Jakarta
(harianSIB.com)
Ketua
Dewan Ekonomi Nasional (
DEN)
Luhut Binsar Pandjaitan bercerita momen rapat kabinet bersama
Presiden Prabowo Subianto. Rapat itu salah satu yang dibahas harga pangan yang mendorong
laju inflasi, yaitu
cabai.
Luhut bilang saat rapat itu dia berpesan ke Prabowo agar tidak terlalu banyak makan
cabai. Meski di sisi lain dia mengakui komoditas pangan itu sangat digemari masyarakat Indonesia.
Baca Juga:
"Saya bilang, 'Pak, jangan terlalu banyak makan
cabai, saya ada masalah dengan perut saya karena
cabai'," cerita Luhut dalam acara
Indonesia Economic Summit 2025, di Shangri La, Jakarta, Selasa (18/2) seperti yang diberitakan Harian SIB.
"Cabai sangat disukai masyarakat, apalagi di bulan Ramadan dan juga Lebaran," sambung mantan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi itu.
Harga
cabai memang kerap kali mengalami kenaikan cukup signifikan. Apalagi di momen hari raya, maka tak heran sering masuk komponen yang mengalami inflasi.
Baca Juga:
Beberapa waktu lalu, harga
cabai sempat mengalami kenaikan bahkan hampir setara harga daging sapi. Kini, harga komoditas itu disebut berangsur mengalami penurunan.
PecatLuhut juga mengatakan tak segan meminta kepada
Presiden Prabowo Subianto memecat pejabat yang mengeluhkan efisiensi anggaran.
Luhut mengatakan efisiensi anggaran dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas belanja dan meningkatkan perekonomian negara, khusunya di daerah.
"Dan kalau ada komplain lagi, jangan ragu, datang saja ke kami. Kalau saya tidak bisa tangani, saya akan laporkan ke Presiden. Saya bilang ke Presiden, 'Pak, kalau ini tidak bisa urus, pecat saja, Pak'," kata Luhut.
Meski begitu, Luhut mengatakan, pemerintah harus hati-hati dalam mengalokasikan efisiensi anggaran yang nilainya sebesar Rp 300 triliun itu.
"Langkah efisiensi anggaran dilakukan untuk meningkatkan kualitas belanja dan meningkatkan multiplier effect terhadap ekonomi daerah. Ini saya kira sangat penting, efisiensi anggaran, tetapi kita harus hati-hati lagi bagaimana mengalokasikan Rp 300 triliun ini," jelasnya.
Luhut mengatakan melalui efisiensi, peran sektor swasta akan digenjot untuk pertumbuhan ekonomi negara. Dia pun mencontohkan Prancis yang melibatkan sektor swasta untuk ekonomi hingga 85%.
"Prancis, perusahaan besar, perusahaan menengah, 85% ekonomi pada dasarnya digerakkan oleh perusahaan swasta. Jadi hanya 50% oleh anggaran nasional," terangnya.
Luhut membuka bagi siapa saja yang ingin menyampaikan saran dan keluhan terkait dengan efisiensi anggaran tersebut. Dia meyakini akan menyampaikan masukan terkait efisiensi kepada
Presiden Prabowo Subianto.
Sebagai informasi, Indonesia tengah melakukan efisiensi besar-besaran keuangan negara. Lewat Instruksi Presiden nomor 1 tahun 2025,
Presiden Prabowo Subianto menargetkan penghematan anggaran sebesar Rp 306 triliun dari APBN tahun 2025.
Namun, orang nomor satu di Indonesia itu memaparkan penghematan yang berhasil dilakukan sejauh ini mencapai US$ 20 miliar, jumlahnya sekitar 10% dari APBN 2025. Bila dikonversikan ke rupiah, jumlahnya mencapai Rp 327 triliun (kurs Rp 16.350).
Hal ini dipamerkan Prabowo saat menjadi pembicara di gelaran World Government Summit 2025, dia hadir melalui konferensi video. Acara itu dihadiri langsung oleh pimpinan berbagai negara di dunia.
"Melalui pengelolaan anggaran negara yang cermat, kami telah menghemat lebih dari US$20 miliar, setara dengan sekitar 10% dari anggaran tahunan kami," beber Prabowo dalam video paparannya yang disiarkan virtual lewat kanal YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (14/2). (**)