Mulanya, Jenderal Sigit menjelaskan mengenai kerugian yang dialami Indonesia akibat judi online yang menyasar semua kalangan, termasuk anak-anak.
"Terkait dengan kemajuan digitalisasi, salah satunya adalah judi online, karena judi online ini memang masuk hampir di semua kalangan, saat ini dengan berbagai macam pola dan modus mereka untuk mengubah permainan-permainannya, sehingga kemudian anak-anak di bawah umur kemudian tertarik kemudian untuk ikut," katanya.
Baca Juga:
Jenderal Sigit juga menyebut kerugian transaksi judol yang mencapai ratusan triliun rupiah. Menurutnya, judol harus dicegah sedini mungkin.
"Ini tentunya menjadi PR kita, karena dari PPATK ini menyampaikan bahwa akumulasi uang kita yang keluar, capital outflow ke negara-negara luar ini ratusan triliun, dan ini tentunya harus kita cegah, caranya gimana? Ya mulai dari hal yang bersifat dini preventif pencegahan," ucapnya.
Baca Juga:
Jenderal Sigit mengatakan, peran penting para orang tua untuk mengawasi gawai anak-anaknya. Menurutnya, pengawasan harus dilakukan secara konsisten agar anak-anak tidak terjerumus pada kecanduan judi online.
"Tentunya harus kita sosialisasikan, kepada anak-anak kita, kepada keluarga kita, tentang bahaya judi online, karena begitu mereka sudah ikut masuk kecenderungannya akan terjadi addict kecanduan," ucapnya.
"Dan karena bermain judi online ini lebih privat, lebih privasi, sehingga untuk sulit diawasi, sulit untuk dikontrol, sehingga mau tidak mau kita harus rajin cek handphone-nya anak-anak kita, untuk kemudian bisa mengetahui, karena kalau tidak begitu tentunya ini pelan-pelan generasi muda kita akan mengalami kerusakan," katanya.
Jalur SantriJenderal Sigit juga mengatakan, rekrutmen polisi dari jalur santri masih menjadi salah satu program prioritas. Sigit mengatakan, polisi yang memiliki latar belakang santri diharapkan memiliki karakter yang matang.
"Tentunya rekrutmen jalur santri ini menjadi salah satu program prioritas di kepolisian, karena kita ingin punya polisi polisi yang tidak hanya paham tentang ilmu kepolisian, namun juga memiliki kematangan di dalam karakter kesehariannya," kata Sigit.
Dia mengatakan, santri telah dibekali pendidikan keimanan yang kuat. Dia berharap hal itu membuat polisi berlatar belakang santri kuat menghadapi berbagai godaan dalam bertugas.
"Karena dibekali dengan iman yang kuat, sehingga pada saat menghadapi tantangan, godaan, semuanya bisa bertahan. Oleh karena itu, rekrutmen jalur santri tentunya menjadi hal yang harus kita lanjutkan," ujarnya. (**)