Karena itu, dia mendukung upaya
Polri dalam penerapan cooling system. Hal itu, kata dia, dapat meredam konflik yang terjadi di masyarakat.
"Ternyata
Polri kita sigap menangkap sinyal itu dan kemudian membuat sebuah program agar situasi itu bisa diselesaikan dan dieliminer dengan sebuah sistem cooling system," ucap Syafi'i
Dengan kolaborasi antar tokoh-tokoh pemuka agama, masyarakat, pemuda, kata Syafi'i diharapkan dapat mencapai tujuan bersama untuk membangun Indonesia. Terlebih, lanjut dia, untuk bisa meredam polarisasi akibat kontestasi pemilu.
Baca Juga:
"Sehingga pasca pemilu, kita bisa melihat masyarakat bisa menerima secara bersama siapapun yang menjadi pemenang dalam Pemilu ini. Saya kira kondisi ini sesuatu yang sangat kita harapkan," pungkas dia.
Gestur Politik PrabowoMenurutnya, menerima hasil kontestasi, kata dia, merupakan salah satu cara menjaga suasana kondusif
Pilkada.
Baca Juga:
"Ini tentu saja tidak bisa kita pisahkan dari gestur politik presiden kita, bahwa Pak Prabowo (Presiden Prabowo Subianto) sejak Pemilu 2019 Ingin menunjukkan bagaimana sebenarnya ciri demokrasi Indonesia yang sesungguhnya," kata Syafi'i.
Syafi'i menyebut, situasi
Pilkada mirip dengan peristiwa anak kecil yang berkelahi karena hal tertentu. Namun, setelah itu kembali berteman.
Hal itu, kata dia, berbeda dengan pola demokrasi yang ada saat ini. Dalam demokrasi saat ini, kata dia, yang kalah akan menjadi oposisi.
"Yang tugasnya cuma satu mengkritisi saja, yang baik dikritisi, kurang baik, yang tidak baik apalagi. Makanya, beliau (Presiden Prabowo) bertekad meninggalkan ciri demokrasi yang seperti itu," ujar dia.
Dia kemudian mencontohkan mengenai polarisasi yang terjadi pada Pemilu 2019. Bahkan, kata dia, fenomena 'cebong' dan 'kampret' terkaji sampai di dalam lingkungan terkecil, seperti keluarga.
"Apa yang beliau lakukan, itu yang saya bilang tadi gestur politiknya itu menjadi poin yang sangat penting," ucap Syafi'i
Lebih jauh, dia mengatakan, Presiden Prabowo kala itu bersedia menjadi pembantu kompetitornya yang adalah Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi). Menurut Syafi'i, langkah politik yang luar biasa dinamis dari Prabowo itu menjadi salah satu penyebab situasi menjadi lebih tenang.
"Kenapa? karena pihak pendukung beliau kemudian merasakan harus bersama-sama dengan beliau mendukung pemerintahan yang sah karena menang dalam Pemilu," katanya.
Setelah itu, Prabowo terpilih sebagai presiden pada Pemilu 2024. Dia menuturkan Prabowo bahkan aktif menghimpun semua lawan politiknya untuk bergabung bersama-sama membangun Indonesia.
Syafi'i mengklaim tak ada oposisi pada pemerintahan Prabowo. Dia menyebut Prabowo selalu menegaskan Indonesia memiliki ciri demokrasi tersendiri, yakni demokrasi Pancasila. (**)