Minggu, 22 Desember 2024

1 Tahun Peringati Serangan Hamas dan Agresi Israel ke Palestina Tewaskan 41.870 Orang

Wilfred Manullang - Senin, 07 Oktober 2024 10:04 WIB
178 view
1 Tahun Peringati Serangan Hamas dan Agresi Israel ke Palestina Tewaskan 41.870 Orang
(AFP PHOTO/ANAS BABA)
Sistem pertahanan rudal Iron Dome Israel (kiri) mencegat roket (kanan) yang ditembakkan oleh gerakan Hamas menuju Israel selatan dari Beit Lahia di Jalur Gaza utara seperti yang terlihat di langit di atas Jalur Gaza semalam pada 14 Mei 2021.
Tel Aviv (harianSIB.com)

Hari ini Senin (7/10/2024) genap setahun militan Hamas tanpa diduga menyerang Israel yang menewaskan 1.200 orang dan lebih dari 200 lainnya menjadi sandera.

Mendapat serangan tersebut, Israel menyerang Jalur Gaza yang hingga kini telah menewaskan 41.870 orang. Sementara itu, korban luka-luka mencapai 97.166 orang dan 11.000 orang masih dilaporkan menghilang

Hingga kini, Israel dan Hamas belum kunjung menyepakati gencatan senjata.

Baca Juga:

Menurut catatan pemerintah Israel, sebanyak 101 orang masih disandera oleh Hamas di Jalur Gaza sejak Oktober 2023. Sekitar 31 orang di antaranya diyakini telah meninggal.

Konflik bertambah luas setelah militan Hizbullah ikut menembakkan roket ke wilayah Israel. Situasi semakin panas menyusul kematian pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, serta Iran menembakkan 200 rudal belum lama ini.

Baca Juga:

PM Israel Benjamin Netanyahu telah menyatakan tekad untuk meraih kemenangan dan menegaskan bahwa militer negaranya telah "mengubah realitas secara total" dalam setahun sejak serangan Hamas pada 7 Oktober yang menjadi awal perang Gaza terbaru.

Dalam pernyataannya kepada pasukan Israel, Netanyahu menegaskan, "Israel akan menang" saat terus berperang melawan militan di Jalur Gaza dan Lebanon, serta bersiap untuk menyerang Iran.

"Setahun yang lalu, kami menderita pukulan yang mengerikan. Selama 12 bulan terakhir, kami telah mengubah realitas secara total," katanya dikutip dari CNBCIndonesia.com

Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel, Letnan Jenderal Herzi Halevi, juga menyatakan bahwa dalam setahun terakhir, Israel telah mengalahkan sayap militer Hamas. Meskipun Israel telah berulang kali melancarkan operasi melawan Hamas di beberapa wilayah Gaza, para militan terus menunjukkan tanda-tanda berkumpul kembali dan membangun kembali kekuatan mereka.

Pada akhir September, Israel mengalihkan fokusnya ke utara dengan memperkuat aksi militer terhadap Hizbullah, kelompok yang didukung oleh Iran. Hizbullah secara rutin meluncurkan roket dari Lebanon sebagai bentuk dukungan terhadap Hamas.

Israel telah melakukan berbagai serangan di perbatasan Lebanon dengan tujuan menghentikan ancaman dari kelompok militan tersebut.

Hamas, di sisi lain, menyebut serangan pada 7 Oktober sebagai "tindakan mulia" dan menyatakan bahwa rakyat Palestina sedang "menulis sejarah baru dengan perlawanan mereka". Serangan tersebut menyebabkan 1.205 orang tewas, sebagian besar di antaranya adalah warga sipil.

Di Gaza utara, militer Israel menyatakan bahwa mereka telah mengepung wilayah Jabaliya setelah adanya indikasi bahwa Hamas sedang membangun kembali kekuatan meskipun sudah setahun terjadi serangan udara. Tim penyelamat melaporkan bahwa 17 orang, termasuk sembilan anak-anak, tewas pada hari Minggu akibat serangan udara Israel di wilayah tersebut.

Netanyahu juga menegaskan bahwa tindakan Israel di Lebanon bertujuan membawa "stabilitas, keamanan, dan perdamaian di seluruh wilayah".

Namun, Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati meminta masyarakat internasional untuk menekan Israel agar menyetujui gencatan senjata.

Sementara itu, Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris menyatakan bahwa Washington akan terus memberikan tekanan pada Israel dan para pemimpin Arab untuk menyetujui gencatan senjata di Gaza.

Para pemimpin Yordania dan Uni Emirat Arab juga mendesak adanya upaya internasional untuk menghentikan kedua perang tersebut, sementara Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani memperingatkan bahwa konflik ini dapat "menjerumuskan kawasan dan dunia ke dalam konflik berkepanjangan". (*)

Editor
: Wilfred Manullang
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru