Jenewa (SIB)Organisasi Kesehatan Dunia (
WHO), seperti dilansir Harian SIB, pada Selasa (20/8) menegaskan, mpox bukanlah Covid-19 baru. Sebab, sudah ada banyak yang diketahui tentang
virus mpox dan cara untuk mengendalikannya.
Direktur WHO untuk wilayah Eropa, Hans Kluge, mengatakan, meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan pada jenis Clade 1b, penyebaran mpox dapat dikendalikan.
Pada Juli 2022, WHO pernah mengumumkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD) atas wabah internasional mpox jenis Clade 2b yang tidak terlalu parah, yang sebagian besar menyerang pria gay dan biseksual. Peringatan tersebut telah dicabut pada Mei 2023.
Baca Juga:
"
Mpox bukanlah Covid yang baru. Kami tahu cara mengendalikan mpox. Dan, di kawasan Eropa, langkah-langkah yang diperlukan untuk menghilangkan penularannya sama sekali," katanya dalam sebuah konferensi pers di Jenewa, melalui tautan video, sebagaimana dilansir AFP.
Ia memastikan, dua tahun lalu,
WHO berhasil mengendalikan mpox di Eropa berkat keterlibatan langsung dengan masyarakat yang paling terdampak.
"Kami melakukan pengawasan yang ketat; kami menyelidiki kasus-kasus baru secara menyeluruh; dan kami memberikan nasihat kesehatan masyarakat yang baik," jelas Kluge.
Baca Juga:
Ia menerangkan, perubahan perilaku, tindakan kesehatan masyarakat yang tidak diskriminatif, dan vaksinasi mpox berkontribusi dalam mengendalikan wabah ini. Kluge mengatakan, risiko penularan mpox terhadap populasi umum adalah rendah.
"Apakah kita akan melakukan karantina wilayah di kawasan Eropa
WHO, karena Covid-19 yang lain? Jawabannya jelas, tidak," katanya.
Kluge menyebut, rute penularan mpox yang paling utama adalah melalui kontak langsung dari kulit ke kulit. Namun, ia mengatakan, ada kemungkinan bahwa seseorang yang berada dalam fase akut infeksi mpox, terutama dengan lepuh di mulut, dapat menularkan
virus ke kontak dekat melalui droplet, dalam situasi seperti di rumah atau di rumah sakit.
"Cara penularannya masih belum jelas. Diperlukan lebih banyak
penelitian," ungkap Kluge.
Juru bicara
WHO Tarik Jasarevic mengatakan,
WHO tidak merekomendasikan penggunaan masker. "Kami tidak merekomendasikan vaksinasi massal. Kami merekomendasikan untuk menggunakan vaksin dalam situasi wabah untuk kelompok yang paling berisiko," tambahnya.
WHO diketahui telah mengumumkan keadaan darurat kesehatan global pada 14 Agustus untuk kasus mpox karena kekhawatiran dengan meningkatnya kasus Clade 1b di Republik Demokratik Kongo dan penyebarannya ke negara-negara terdekat.
Seks BerisikoDilaporkan terpisah, tercatat ada 88 kasus terkonfirmasi
Mpox atau cacar monyet di Indonesia hingga Sabtu (17/8). Kasus tersebar di DKI Jakarta sebanyak 59 kasus konfirmasi, Jawa Barat 13 kasus konfirmasi, Banten 9 konfirmasi, Jawa Timur 3 konfirmasi, Daerah Istimewa Yogyakarta 3 konfirmasi, dan Kepulauan Riau 1 konfirmasi.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 87 kasus telah dinyatakan sembuh. Plh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P)
Kemenkes RI
dr Yudhi Pramono,
MARS mengatakan, dari 88 kasus yang dikonfirmasi, 54 di antaranya memenuhi kriteria untuk dilakukan whole genome sequencing (WGS) guna mengetahui varian
virusnya.
"Dari 54 kasus ini seluruhnya varian Clade IIB. Clade II ini mayoritas menyebarkan wabah
Mpox pada Tahun 2022 hingga saat ini dengan fatalitas lebih rendah dan ditularkan sebagian besar dari kontak seksual," ujar dr Yudhi pada konferensi pers Perkembangan Kasus
Mpox di Indonesia, Sabtu (17/8).
Adapun penularan
virusMpox dapat melalui kontak erat dengan cairan tubuh atau lesi kulit orang yang terinfeksi, atau kontak tidak langsung pada benda yang terkontaminasi atau droplet.
Penyakit
Mpox juga dapat menyebar melalui kontak langsung kulit ke kulit atau membran mukosa termasuk saat melakukan kontak seksual. Penularan melalui droplet biasanya membutuhkan kontak erat yang lama, sehingga anggota keluarga yang tinggal serumah atau kontak erat dengan kasus berisiko lebih besar untuk tertular.
"Kepada masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, menerapkan perilaku seksual yang sehat seperti tidak gonta ganti pasangan ataupun perilaku seks sesama jenis," ucap dr Yudhi.
Durasi kesembuhan pasien
Mpox bervariasi mulai dari 2-4 minggu. Periode lama sakit paling singkat adalah 14 hari dari timbulnya gejala pertama.
Dari sisi pencegahan dan perawatan pasien
Mpox,
Kemenkes mengupayakan pemenuhan vaksin dan obat-obatan termasuk antibiotik. Sebagian besar kasus
Mpox di Indonesia diberikan terapi suportif dan simtomatis. Kasus tersebut dilakukan perawatan dan isolasi, baik di rumah sakit maupun isolasi mandiri.
"Kementerian Kesehatan telah melaksanakan vaksinasi
Mpox bagi kelompok risiko tinggi pada tahun 2023 terhadap 495 sasaran. Dan pada tahun 2024 ini sedang dalam proses penyiapan total 4.450 dosis vaksin, yakni 2.225 sasaran dengan 2 dosis per individu," pungkasnya.(**)