Ia mencontohkan, kasus
geng motor pada tahun 1999 dimana anak remaja yang merupakan ketua
geng motor memperkosa dan memasukkannya ke TV.
"Mereka anggap itu yang hebat. Dan yang mereka anggap hebat berbeda dengan kebenaran di masyarakat," katanya.
Baca Juga:
"Hal inilah yang mulai terjadi pada tahun 2000, saya sudah mengamati fenomena ini. Hal ini semakin ngetren karena semakin cepat aksesnya melalui online, sehingga terkesan tiba-tiba di masyarakat," tambahnya.
Ria menyebut, ada nilai-nilai yang bergeser sehingga maraknya
geng motor dan
tawuran tersebut.
Baca Juga:
"Kita harus memberitahukan kepada generasi ini, apa nilai kebenaran itu. Dari sisi keluarga, orang tua harus tegas menyampaikan mana yang benar dan mana yang salah. Sehingga para pelaku
geng motor dan
tawuran tidak lagi terombang ambing atas pengertian nilai yang benar," sebutnya.
Disebutkannya, tugas tersebut bukan hanya tugas keluarga, namun juga tokoh agama dan pemerintah sehingga nilai itu tidak abu- abu.
"Pemerintah juga harusnya menyediakan ruang untuk menyalurkan energi dari pelaku yang masih muda. Sediakan tempat mereka berekspresi menyalurkan energi bermotornya dan tempat lain seperti lapangan bola, bela diri dan lainnya," harapnya sembari menyebut dengan menyalurkan energi mereka ke hal positif akan menjadikan mereka jauh dari
geng motor dan
tawuran.
Gerak cepatLain halnya dengan anggota
DPRD Kota MedanRoby Barus SE MAP. Ia menyebut,
geng motor dan
tawuran sudah sangat meresahkan.
"Apalagi yang baru-baru ini. Yang jadi korban adalah anggota TNI. Kepada aparat saja mereka berani, bagaimana dengan masyarakat sipil?," tanyanya.
Ia menyebut para pelaku tidak lagi punya rasa manusiawi dan tidak ada rasa bersalah.
"Jadi harus dilakukan tindakan tegas dan terukur. Supaya ada efek jera," tegasnya.
Lanjutnya, jangan ditangkap lalu nanti lepas, sehingga para pelaku beranggapan jika ditangkap pun akan dilepas juga.
"Kita dukung kepolisian dalam menjaga keamanan kota Medan," ucapnya.