Sabtu, 19 April 2025

Sistem Microsoft Terganggu, Antrean Panjang Penumpang Mengular di Bandara Changi Singapura

Wilfred Manullang - Jumat, 19 Juli 2024 22:39 WIB
407 view
Sistem Microsoft Terganggu, Antrean Panjang Penumpang Mengular di Bandara Changi Singapura
Foto: CNA/Try Sutrisno Foo
Penumpang mengantre di konter check-in Jetstar di Terminal 4 Bandara Changi pada 19 Juli 2024.
Singapura (harianSIB.com)
Antrean panjang penumpang hingga tertinggal pesawat terjadi di Bandara Changi, Singapura, menyusul gangguan secara global pada operasi peralatan Microsoft.

Antrean panjang disebabkan matinya mesin check-in mandiri mati di Terminal 1 Bandara Changi. Beberapa penumpang ymengatakan mereka cemas dan frustrasi karena mereka tidak yakin bisa berangkat ke penerbangan mereka.

Penumpang lain ada ketinggalan penerbangan karena pemadaman TI (Teknologi Informasi) global dan perdebatan dengan manajemen penerbangan Scoot.

Baca Juga:

Dilansir dari CNA dan dikutip Detikcom, Jumat (19/7/2024), Changi Airport Group mengatakan pemadaman IT global telah berdampak pada lebih dari 10 maskapai penerbangan. Beberapa maskapai penerbangan yang terdampak antara lain Scoot, Jetstar, Cebu Air Pacific, dan Firefly.

"Kami terus memantau dan mengelola situasi yang timbul dari pemadaman sistem TI secara global," katanya. "Kami telah bekerja sama dengan mitra bandara kami untuk menyediakan sumber daya tambahan guna mendukung proses check-in manual.

Baca Juga:

"Pada saat yang sama, staf darat Bandara Changi telah memberikan bantuan kepada penumpang yang terkena dampak... Kami berterima kasih kepada penumpang kami atas kesabaran dan pengertian mereka, dan membantu menjaga situasi di terminal kami tetap tertib."

Gangguan teknologi yang dipicu oleh pembaruan perangkat lunak menjungkirbalikkan bisnis di seluruh dunia pada hari Jumat malam. CrowdStrike, salah satu perusahaan keamanan siber paling populer di dunia, mengatakan salah satu pembaruannya menyebabkan sistem operasi Microsoft Windows mogok dan menampilkan layar biru, yang secara informal dikenal sebagai Blue Screen of Death.

Perusahaan AS itu mengatakan itu bukan insiden keamanan atau serangan siber dan perbaikan telah dilakukan. Gangguan TI terjadi di seluruh dunia, sehingga berdampak pada penerbangan, perbankan, dan operasional perusahaan di negara-negara seperti Singapura, Amerika Serikat, Inggris, India, dan Australia.

CEO CrowdStrike George Kurtz telah meminta maaf atas kegagalan teknologi global yang mengganggu banyak industri, dan berjanji untuk bekerja sama dengan semua pelanggannya saat mereka berupaya agar operasi mereka kembali online.

Kurtz menambahkan bahwa pembaruan pada perangkat lunak "Falcon Sensor" yang banyak digunakan memiliki "bug perangkat lunak" yang menyebabkan masalah pada sistem operasi Microsoft. (*)

Editor
: Wilfred Manullang
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru