Kamis, 19 Desember 2024

Mensos Risma Paparkan Program PENA untuk Penerima Bansos dan Penyandang Disabilitas di Prancis

Redaksi - Senin, 15 April 2024 10:48 WIB
207 view
Mensos Risma Paparkan Program PENA untuk Penerima Bansos dan Penyandang Disabilitas di Prancis
(Dok. Kemensos)
BERSAMA : Mensos Risma bersama dengan Direktur Pusat Pengembangan OECD Ragnheidur Elin Arnadottir (Ragga). 
Paris (SIB)
Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini menghadiri pertemuan bilateral dengan para petinggi Pusat Pengembangan Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) di Paris, Prancis, Rabu (10/4).
Pertemuan tersebut digelar usai dirinya didapuk sebagai pembicara dalam forum infrasturktur OECD. Risma berdiskusi dengan Direktur Pusat Pengembangan OECD Ragnheidur Elin Arnadottir, yang akrab disapa Ragga, serta Direktur Urusan Tenaga Kerja dan Sosial OECD Stefano Scarpetta. Dalam pertemuan bilateral tersebut Risma menekankan kemungkinan dukungan OECD untuk pembangunan sosial di Indonesia dalam jangka pendek.
Risma juga memaparkan perkembangan program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat bertajuk Pahlawan Ekonomi Nusantara (PENA) yang dimulai sejak akhir 2022.
"Program PENA telah menggraduasi (mengeluarkan) sebanyak 21.333 keluarga keluar dari kemiskinan. Ini artinya, keluarga tersebut tidak lagi menjadi penerima bantuan sosial (bansos). Mereka yang keluar dari kemiskinan termasuk lebih dari 3.500 keluarga dari penyandang disabilitas,” ujar Risma dalam rilis yang diterima, Sabtu (13/4).
Pada kesempatan sama, Ragga mengatakan bahwa Mensos Risma telah berkontribusi positif dalam banyak kegiatan Pusat Pengembangan OECD secara daring maupun secara langsung di Paris dan Kosta Rika. Risma dinilai pihaknya turut berperan dalam berbagai aktivitas krusial yang digagas OECD, mulai dari inklusivitas sosial, start-up yang berdampak sosial, global value chain, hingga infrastruktur.
Ragga juga menyampaikan konteks mengubah pendekatan pemberian bansos menjadi pemberdayaan.
“Perubahan pendekatan tersebut pasti tidak mudah bagi Indonesia karena harus mentransformasikan pola pikir, Meski begitu, perubahan pendekatan ini sangat menarik,” kata Ragga. Ragga melanjutkan, Indonesia sebagai anggota OECD ke depan akan memiliki banyak mitra untuk meningkatkan skala penanganan masalah.
Peningkatan juga dilakukan dalam upaya-upaya penanganan masalah, termasuk aksi pemberdayaan PENA, serta contoh-contoh penanganan terbaik lainnya yang dapat diterapkan dalam konteks ke-Indonesiaan. Ia pun berencana segera menyelenggarakan aktivitas bersama anggota OECD di Bali.
“Pengalaman Indonesia (dalam melakukan aksis pemberdayaan) bisa menjadi contoh bagi anggota-anggota OECD nantinya,” imbuhnya. Sementara itu, Stefano menyampaikan perkembangan proses Indonesia untuk menjadi anggota OECD, serta pentingnya mencapai standar dan konsistensi penerapannya.
“Kami berharap, komunikasi berkelanjutan terus terjalin antara OECD dan Indonesia,” kata Stefano. (**)



Baca Juga:
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru