Senin, 23 Desember 2024

Haiti Kian Mencekam Gegara Geng Kriminal, Pelabuhan Utama Ditutup

Redaksi - Sabtu, 09 Maret 2024 08:39 WIB
240 view
Haiti Kian Mencekam Gegara Geng Kriminal, Pelabuhan Utama Ditutup
(Foto: Dok/Reuters/Ralph Tedy Erol)
MENCEKAM: Situasi mencekam di Haiti saat geng kriminal marak melancarkan serangan untuk memaksa PM Ariel Henry mengundurkan diri pekan lalu. 
Port-au-Prince (SIB)
Pelabuhan utama di wilayah Haiti terpaksa ditutup sementara saat situasi negara itu semakin mencekam akibat maraknya tindak kekerasan oleh geng kriminal setempat. Pemerintah Haiti telah memperpanjang pemberlakuan masa darurat selama satu bulan.
Seperti dilansir AFP, Jumat (8/3), operator pelabuhan utama Haiti mengumumkan penutupan sementara pada Kamis (7/3) waktu setempat, dengan menyebut "tindakan sabotase dan vandalisme yang jahat" sebagai alasannya.
"Selama gangguan terhadap ketertiban umum baru-baru ini, (pelabuhan) telah menjadi korban, sejak 1 Maret dan terjadi lagi semalam, tindakan sabotase dan vandalisme yang jahat," demikian pernyataan Layanan Pelabuhan Karibia.
"Layanan Pelabuhan Karibia tidak bisa menjalankan operasinya dan harus menangguhkan semua layanan," sebut pernyataan itu.
Pemerintah Haiti telah memperpanjang penetapan masa darurat selama satu bulan untuk bagian barat negara tersebut, yang mencakup ibu kota Port-au-Prince, ketika para tahanan kabur dari dua penjara setempat pada awal pekan ini.
Situasi itu semakin menambah jumlah geng kriminal yang berupaya memaksakan kendali atas sebagian besar wilayah Haiti.
Geng-geng kriminal dilaporkan kembali menargetkan polisi dalam serangan mereka pada Rabu (6/3) waktu setempat, dengan salah satunya membakar markas besar Kepolisian Haiti di Bas-Peu-de-Chose -- salah satu area di ibu kota.
Laporan serikat Kepolisian Haiti, Synapoha, menyebut, para personel kepolisian berhasil menyelamatkan diri sebelum serangan terjadi. Disebutkan juga bahwa serangan geng kriminal itu menghancurkan beberapa kendaraan polisi.
Geng-geng kriminal di Haiti mulai melancarkan rentetan serangan sejak pekan lalu, ketika Perdana Menteri (PM) Ariel Henry bepergian ke luar negeri. Geng kriminal di Haiti awalnya menyerang dua penjara setempat yang memungkinkan sebagian besar narapidana melarikan diri.
Serangan kemudian beralih ke kantor polisi, dengan laporan Synapoha menyebut, sedikitnya 10 kantor polisi setempat telah dihancurkan. Setidaknya 15.000 orang diperkirakan telah meninggalkan wilayah Port-au-Prince, yang terdampak paling parah dalam serangan geng kriminal tersebut.
Seorang pemimpin geng kriminal berpengaruh di Haiti, Jimmy Cherizier alias Barbecue, memperingatkan akan adanya perang sipil dan pertumpahan darah massal kecuali PM Henry mengundurkan diri.
Selain menetapkan masa darurat, otoritas Port-au-Prince juga memberlakukan jam malam untuk berusaha menciptakan perdamaian. Namun geng-geng kriminal di Haiti seringkali memiliki persenjataan yang lebih baik dibandingkan dengan pasukan keamanan negara itu.
PM Henry yang berkuasa di Haiti sejak pembunuhan Presiden Jovenel Moise tahun 2021 lalu, seharusnya mengakhiri masa jabatannya pada Februari ini. Namun dia malah menyetujui kesepakatan pembagian kekuasaan dengan oposisi hingga pemilu terbaru digelar.
Ketika kerusuhan pecah di Haiti, PM Henry sedang berada di Kenya untuk merundingkan misi pengerahan polisi internasional yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menstabilkan negaranya.
Situasi kacau di negaranya membuat PM Henry tidak bisa pulang ke Haiti, dengan geng-geng kriminal juga melancarkan tindak kekerasan di bandara utama negara tersebut yang membuat kepulangannya berisiko. Dia juga belum berkomentar atas situasi mencekam yang kini melanda negaranya.
PM Henry kini diyakini masih berada di luar negeri, dengan terakhir kalinya dia dikonfirmasi ada di Puerto Rico. (**)




Baca Juga:
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru