Jakarta (SIB)
Menteri Kesehatan RI (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebut subvarian Omicron EG.5 sudah mulai mendominasi kasus Covid-19 di Indonesia. Dia menyebut varian ini banyak dari pelaku perjalanan luar negeri.
"Datangnya dari mana? Terutama dari perjalanan luar negeri. Kenyataannya varian ini penularannya cepat, tapi fatality-nya sangat rendah," kata Menkes dikutip dari Antara, Sabtu (16/12).
Kemenkes mencatat per 15 Desember 2023 ada 336 kasus konfirmasi harian dengan 2 di antaranya meninggal dunia. Total kasus aktif Covid-19 berjumlah 1.721 pasien.
Menkes menambahkan subvarian EG memiliki ciri penyebaran yang cepat namun risiko kematian rendah. Melihat hal ini dia mengimbau warga negara Indonesia (WNI) yang melakukan perjalanan ke luar negeri atau pelancong untuk melakukan tes PCR jika mengalami gejala.
Mereka yang aktif melakukan perjalanan ke luar negeri juga diminta untuk melengkapi dosis vaksinasi agar mencegah penularan meluas.
"Kalau merasa batuk atau tetangga ada yang batuk-batuk atau ke luar negeri, tidak ada salahnya konservatif sedikit pakai masker untuk mengurangi risiko," ujarnya.
4 Strategi
Budi Gunadi juga mengungkapkan empat strategi jika Indonesia menghadapi pandemi seperti Covid-19. Dia mengibaratkan pandemi melawan virus sama seperti perang.
"Perang itu yang dihadapi manusia ada tiga jenis. Pertama perang dengan alam. Kedua, perang sesama manusia. Dan ketiga perang menghadapi patogen atau pandemi," kata Budi dalam diskusi di Media Center, seperti dikutip Jumat (15/12).
Dari semua perang yang dihadapi manusia, perang melawan patogen mencatatkan kematian yang paling banyak di dunia. Budi mencontohkan pandemi Black Death atau Maut Hitam yang melanda Eropa, Asia, dan Afrika Utara antara 1347-1353 dan diperkirakan merenggut nyawa 200 juta jiwa.
Untuk menyiapkan perang melawan pandemi, eks Wakil Menteri BUMN ini mengatakan strategi pertama yang perlu dilakukan adalah menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten.
"Kita perlu siapkan orangnya. Tenaga cadangan kesehatan, sama seperti militer. Kita bikin juga cadangan kesehatan secara digital. Jadi kita catat secara digital orang-orang kita yang punya pengalaman menghadapi bencana tuh gimana dan siapa. Dan itu bisa dipanggil at any time," katanya menjelaskan.
Strategi kedua adalah mempersiapkan senjata terbaik melawan pandemi seperti dengan melengkapi alat-alat kesehatan.
"Kalau pertahanan nembak pakai senjata, kesehatan nembaknya pakai suntikan. Jadi kalau pertahanan punya pabrik senjata, kita (kesehatan) punya pabrik alat suntik, RnD (Research and Development), segala macam, kan gitu," ujarnya.
Strategi selanjutnya melawan potensi pandemi adalah dengan meningkatkan pengawasan seperti menyiapkan PCR lab di 416 kabupaten dan 98 kota di seluruh Indonesia. Sementara strategi terakhir adalah menyiapkan amunisi senjata pamungkas seperti Teknologi DNA rekombinan dan lainnya.
"Lab itu intel kesehatan untuk melihat virusnya datang dari mana. Kita juga perlu ada Laboratory Genomic Sequencing. Jadi kalau kita sudah tahu musuh-musuh kita yang buat ratusan juta orang mati dari hewan, kita sudah siapkan strateginya Integrated One Health," kata Budi mengakhiri. (Detikhealth/Liputan6)