Kamis, 19 Desember 2024
* Hari Keempat Gencatan Senjata, Total 175 Sandera-Tahanan Dibebaskan

Setelah Gencatan Senjata Berakhir, Israel akan Kembali Perangi Hamas

* 5 Pemimpin Senior Brigade Al-Qassam Hamas Tewas dalam Serangan Israel
Redaksi - Selasa, 28 November 2023 08:50 WIB
289 view
Setelah Gencatan Senjata Berakhir, Israel akan Kembali Perangi Hamas
(dok. REUTERS/STAFF)
Situasi kehancuran di Jalur Gaza yang difoto saat gencatan senjata berlangsung.
Jalur Gaza (SIB)
Militer Israel menegaskan pasukannya akan kembali berperang melawan Hamas setelah gencatan senjata kemanusiaan di Jalur Gaza berakhir. Israel menghentikan pertempuran melawan Hamas sejak Jumat (24/11) pekan lalu saat kesepakatan gencatan senjata demi pembebasan sandera diberlakukan.
Seperti dilansir Al Arabiya, Senin (27/11), penegasan itu disampaikan oleh Kepala Staf Militer Israel Letnan Jenderal Herzi Halevi dalam pernyataannya yang dirilis pada Minggu (26/11) waktu setempat.
"Militer Israel dan pasukannya berjuang keras untuk melindungi kehidupan rakyat kami sambil menjunjung tinggi nilai-nilai (militer Israel). Kami telah menciptakan kondisi untuk kerangka pembebasan kelompok pertama anak-anak dan ibu-ibu yang disandera selama jeda ini," ucap Halevi, seperti diberitakan The Times of Israel. "Ketika kerangka itu selesai, kami akan kembali ke operasi kami dengan gigih, untuk terus membebaskan para sandera dan membubarkan Hamas sepenuhnya," tegasnya.
Penegasan ini disampaikan Halevi saat berbicara dengan para prajurit dan komandan militer Israel pada Minggu (26/11) waktu setempat. Dia menyebut bahwa pasukan Israel memanfaatkan jeda pertempuran ini untuk belajar, lebih mempersiapkan kemampuan dan juga untuk beristirahat sebentar.
"Dan kami akan segera kembali setelah gencatan senjata berakhir untuk menyerang Gaza, untuk bermanuver di Gaza. Kami akan melakukannya untuk membubarkan Hamas dan juga menciptakan tekanan besar untuk memulangkan sebanyak mungkin sandera dalam waktu secepat mungkin, hingga sandera terakhir," tegas Halevi.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga mengunjungi pasukannya di Jalur Gaza Palestina di hari kedua gencatan senjata berlangsung dengan Hamas pada Minggu (26/11). Dalam video yang dirilis kantor Perdana Menteri Israel di YouTube, Netanyahu menyatakan agresi militer di Jalur Gaza akan tetap berlangsung sampai kemenangan berpihak ke Israel.
"Kita akan terus berlanjut sampai akhir, sampai kemenangan, Tidak ada yang bisa menghentikan kita," kata Netanyahu di tengah kerumunan tentara Israel. Belum jelas kapan pastinya kunjungan Netanyahu berlangsung. Namun, video tersebut diunggah akun YouTube IsraeliPM sekira 12 jam lalu.
Dilansir dari New York Times, Senin (27/11), biasanya informasi mengenai kunjungan pemimpin negara ke titik konflik yang sensitif disebarkan setelah sang PM keluar dari wilayah tersebut. Menurut penilaian New York Times, Netanyahu kemungkinan mengunjungi utara Jalur Gaza yang memang dikuasai oleh militer Israel. Jika terkonfirmasi, kunjungan Netanyahu ke Gaza ini berlangsung kala Israel dan Hamas menerapkan gencatan senjata selama empat hari sejak Jumat (24/11).
Menurut para pejabat Israel, ini merupakan lawatan perdana Netanyahu ke Gaza sejak Israel melancarkan agresi ke wilayah tersebut imbas peperangannya dengan Hamas pada 7 Oktober lalu. Netanyahu didampingi oleh penasihat keamanan Israel, Tzachi Hanegbi, Penasihat Militer Israel Avi Gil, dan Wakil Panglima Militer Israel Amir Baram.
Foto-foto yang dirilis pemerintah Israel menunjukkan Netanyahu mengenakan T-shirt, celana jins, dan jaket antipeluru berwarna khaki serta helm. Dalam salah satu foto, Netanyahu terlihat sedang melihat peta, berkonsultasi dengan komandan, dan berdiri tepat di dalam terowongan yang Israel klaim buatan Hamas dan baru-baru ini ditemukan oleh mereka.

Dibebaskan
Gencatan senjata di Jalur Gaza antara Israel dan Hamas telah memasuki hari keempat pada Senin (27/11) waktu setempat. Selama tiga hari terakhir gencatan senjata berhasil dipertahankan, dengan puluhan sandera dibebaskan oleh Hamas dan lebih dari 100 tahanan Palestina dibebaskan dari penjara-penjara Israel.
Seperti dilansir Al Jazeera, Senin (27/11), Israel dan Hamas melakukan pertukaran tahanan dan sandera selama tiga hari pertama gencatan senjata di Jalur Gaza yang dimulai sejak Jumat (24/11) waktu setempat. Sesuai kesepakatan, gencatan senjata berlangsung selama empat hari dan akan berakhir pada Senin (27/11) waktu setempat.
Laporan Al Jazeera menyebut bahwa dalam kurun waktu tiga hari pertama gencatan senjata, total 175 orang telah dibebaskan. Angka itu terdiri atas sedikitnya 58 orang yang sebelumnya disandera Hamas dan sedikitnya 117 warga Palestina yang dibebaskan dari penjara-penjara Israel.
Jika didata secara rinci, menurut Al Jazeera, maka sejauh ini sudah 39 sandera Israel yang dibebaskan oleh Hamas secara bertahap dalam tiga kelompok, yang masing-masing terdiri atas 13 orang setiap harinya. Para sandera Israel yang dibebaskan oleh Hamas selama gencatan senjata itu terdiri atas perempuan, termasuk warga lanjut usia (lansia), dan anak-anak.
Belasan sandera lainnya yang dibebaskan oleh Hamas terdiri atas 17 warga negara Thailand, satu warga negara Filipina dan satu sandera lainnya yang berkewarganegaraan Rusia-Israel. Hamas, dalam pernyataannya, menyebut bahwa seorang warga Rusia-Israel bernama Ron Krivoy dibebaskan sebagai tanggapan atas upaya Presiden Vladimir Putin dan dukungannya untuk perjuangan Palestina.
Selain para sandera Hamas, terdapat juga total 117 tahanan Palestina yang telah dibebaskan oleh Israel dari beberapa penjara di wilayahnya. Sejak gencatan senjata berlangsung pada Jumat (24/11), Israel membebaskan 39 tahanan Palestina setiap harinya sebagai imbalan atas pembebasan sandera oleh Hamas di Jalur Gaza.
Para tahanan Palestina ini kebanyakan dibawa ke Tepi Barat dan beberapa dibawa ke Yerusalem Timur usai dibebaskan oleh Israel. Menurut laporan otoritas Palestina, ada lebih dari 3.200 warganya yang ditangkap Israel di wilayah Tepi Barat sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza pada awal Oktober lalu. Dalam kesepakatan yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir, Israel dan Hamas setuju untuk menghentikan pertempuran di Jalur Gaza selama empat hari, terhitung sejak Jumat (24/11) pekan lalu, demi memungkinkan pembebasan sandera secara bertahap.
Berdasarkan kesepakatan itu, Hamas harus membebaskan 50 sandera, yang terdiri atas perempuan dan anak-anak, secara bertahap selama gencatan senjata berlangsung. Sebagai imbalannya, Israel harus membebaskan total 150 tahanan Palestina, sebagian besar tahanan perempuan dan anak-anak, dari penjaranya. Kesepakatan gencatan senjata kemanusiaan itu juga mencakup masuknya ratusan truk pengangkut bantuan kemanusiaan dan medis ke seluruh wilayah Jalur Gaza tanpa terkecuali.
Sementara itu, untuk rencana pembebasan sandera pada Senin (27/11) waktu setempat, laporan media Israel menyebut otoritas Tel Aviv belum menerima daftar para sandera yang akan dibebaskan oleh Hamas. Hamas dilaporkan menyandera sekira 240 orang, termasuk warga negara asing, setelah menyerang Israel secara mengejutkan pada 7 Oktober lalu. Sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, tewas akibat serangan Hamas tersebut.
Israel kemudian melancarkan serangan udara, darat dan laut terhadap Jalur Gaza untuk merespons serangan Hamas itu. Laporan otoritas kesehatan Gaza menyebut nyaris 15.000 orang tewas akibat rentetan serangan Israel selama lebih dari tujuh pekan terakhir.


TEWAS
Sementara itu, sayap militer Hamas menyebut komandan brigade utaranya dan empat pemimpin senior lainnya telah tewas dalam serangan Israel terhadap kelompok tersebut. Dalam pernyataan yang dirilis, Minggu (26/11) waktu setempat, Brigade Ezzedine al-Qassam mengatakan Ahmed al-Ghandour adalah anggota dewan militernya, dan menyebutkan tiga orang lainnya, di antaranya Ayman Siyyam, kepala divisi roketnya.
Sementara Brigade Ezzedine al-Qassam cabang Tepi Barat mengonfirmasi kematian seorang pemimpin lainnya.
"Kami berjanji kepada Allah bahwa kami akan melanjutkan perjalanan mereka dan bahwa darah mereka akan menjadi penerang bagi para mujahidin dan api bagi penjajah," demikian pernyataan sayap militer Hamas tersebut, seperti dikutip Al Arabiya, Senin (27/11). Tidak disebutkan kapan mereka terbunuh. Sementara itu, militer Israel mengonfirmasi bahwa mereka telah membunuh "lima komandan senior."
Militer Israel mengidentifikasi al-Ghandour sebagai "tokoh terkemuka dalam perencanaan dan pelaksanaan pembantaian 7 Oktober" ketika para milisi Hamas menyerbu Israel, menewaskan 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menculik sekira 240 lainnya.
Sejak itu, Israel telah melancarkan kampanye militer besar-besaran, yang menurut penguasa Hamas di Gaza telah menewaskan hampir 15.000 warga Palestina, sebagian besar warga sipil.
Militer Israel menyebut al-Ghandour memimpin salah satu dari lima brigade regional sayap militer Hamas di Jalur Gaza.
Militer Israel menyebut dia bertanggung jawab memerintahkan semua kegiatan Hamas di Gaza utara, dan telah memulai "penembakan, pemboman dan peluncuran roket" serta serangan di Tepi Barat. Militer Israel mengidentifikasi Siyyam sebagai tokoh senior yang memimpin divisi roket Hamas selama "kurang lebih 15 tahun."
Wael Rajab, yang disebut sebagai wakil al-Ghandour dan mantan kepala polisi di Gaza utara, juga tewas, demikian pula Raafat Salman, seorang agen senior Brigade Ezzedine al-Qassam di Kota Gaza yang disebut terlibat dalam perencanaan infiltrasi pesawat layang bermotor pada serangan Hamas ke Israel 7 Oktober lalu.
Komandan kelima yang tewas, Farsan Khalifa, adalah seorang agen senior di markas besar Hamas di Tepi Barat yang "membantu dan dekat dengan" kepemimpinan Hamas di Gaza, menurut militer Israel. Militer Israel mengatakan al-Ghandour, Siyyam dan Khalifa tewas dalam serangan yang sama, namun tidak disebutkan di mana atau kapan serangan itu terjadi.
Al-Ghandour - yang nama samarannya adalah Abu Anas - dimasukkan dalam daftar hitam sanksi ekonomi Amerika Serikat pada tahun 2017 sebagai "teroris global." Departemen Luar Negeri AS mengatakan pada saat itu dia adalah anggota biro politik Hamas, serta mantan anggota dewan Syura, yang kelompoknya terdiri dari para pemimpin Hamas dari Gaza, Tepi Barat, dan luar negeri.
Disebutkan bahwa dia telah terlibat dalam banyak operasi Hamas termasuk serangan tahun 2006 di perbatasan Kerem Shalom yang menewaskan dua tentara Israel dan melukai empat lainnya, dan menyebabkan penculikan tentara Israel Gilad Shalit, yang ditahan oleh Hamas selama lima tahun. (**)


SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru