Kota wisata Venesia sudah seperti anak emas. Karena, UNESCO sendiri yang merekomendasikan agar masuk ke dalam daftar terancam punah.
Diberitakan BBC, Selasa (1/8), badan kebudayaan PBB itu menganggap kota Venesia di Italia yang ikonik dalam risiko kerusakan yang tidak dapat dipulihkan.
Ancamannya datang dari pariwisata yang luar biasa berkembang, pembangunan yang berlebihan, dan naiknya permukaan laut karena perubahan iklim, menurut laporan dari UNESCO.
Seorang juru bicara pemerintah kota Venesia mengatakan, mereka akan membaca dengan cermat proposal tersebut, lapor Reuters. Mereka menambahkan, akan mendiskusikannya dengan pemerintah Italia.
Venesia dikenal sebagai "La Serenissima" yang diterjemahkan menjadi "sangat tenteram". Namun, julukan itu sudah tidak cocok lagi.
Laporan UNESCO menyalahkan pihak berwenang Italia atas kurangnya visi strategis. Karena mereka tidak bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh salah satu kota paling indah di dunia itu.
Ini merupakan pukulan bagi pihak berwenang, yang dituduh gagal melindungi kota bersejarah dan laguna di sekitarnya.
Tetapi salah satu mantan wali kota Venesia menuduh badan warisan internasional itu sebagai salah satu badan paling mahal dan tidak berguna di muka bumi.
Massimo Cacciari mengatakan, UNESCO memberikan penilaian tanpa pengetahuan dan memberikan pendapat kiri dan kanan, yang sebaiknya diabaikan.
"Mereka tidak memberi kami dana untuk melakukan perubahan, yang mereka lakukan hanyalah mengkritik. Seolah-olah Venesia membutuhkan UNESCO untuk menjadi situs warisan dunia! Kami membutuhkan lebih banyak tindakan dan lebih sedikit kata," katanya.
Dimasukkannya Venesia dalam daftar bahaya kepunahan telah diusulkan oleh UNESCO dua tahun lalu. Tapi, rekomendasi itu dicegah pada menit terakhir karena beberapa tindakan darurat yang diadopsi oleh pemerintah Italia.
Secara khusus, salah satu tindakan tersebut adalah keputusan untuk melarang kapal besar, seperti kapal pesiar di Kanal San Marco. Ada pula janji untuk meluncurkan rencana konservasi yang ambisius untuk kota tersebut.
Larangan kapal besar sedang diberlakukan, meskipun UNESCO mengatakan tindakan itu harus diperluas ke model kapal lain yang sangat berpolusi.
Namun rencana untuk menyelamatkan Venesia tidak pernah dilaksanakan, dan tetap menjadi fatamorgana.
Menurut surat kabar Italia la Repubblica, pakar UNESCO telah menulis beberapa surat kepada pemerintah Italia untuk meminta pembaruan dan jadwal. Jawaban yang mereka terima dianggap tidak cukup memuaskan.
Laporan UNESCO, yang dilihat oleh la Repubblica mengatakan, pihak berwenang yang menangani keadaan darurat di Venesia tidak memiliki strategi untuk mengatasi ancaman perubahan iklim.
Pemanasan planet berdampak merusak dengan menyebabkan naiknya permukaan air laut, sehingga Venesia yang dikelilingi air sangat rentan terhadap banjir.
Selain itu, sekitar 28 juta turis mengunjungi Venesia setiap tahun. Hal ini menyebabkan semakin banyak proyek perluasan kota, yang juga dianggap merusak tata kota, menurut UNESCO.
Salah satu contohnya, UNESCO percaya bahwa bangunan tinggi dapat berdampak visual negatif yang signifikan pada lanskap kota dan harus dibangun jauh dari pusat kota.[br]
Terpisah dilaporkan, kawasan Malioboro masuk dalam sumbu filosofi Yogyakarta yang diusung menjadi warisan dunia UNESCO. Untuk itu, kendaraan bermotor rencananya dilarang lewat.
"Kita sedang merancang Malioboro jadi sumbu filosofi yang diakui oleh warisan dunia," ujar Sekda DIY Beny Suharsono saat ditemui wartawan di kantornya, Rabu (2/8).
Beny menjelaskan, salah satu langkah yang dilakukan yakni pembatasan kendaraan bermotor yang lewat Jalan Malioboro. Kemudian, kawasan bebas rokok dan pedestrian.
"Sekarang sudah dimulai, penurunan frekuensi mobil terutama dari jam 6-9 malam. Kemudian bebas kawasan merokok. Semi pedestrian itu kan sudah dilakukan," ujar dia.
Ke depannya, menurut Beny, kawasan Malioboro menjadi kawasan full pedestrian. Artinya, sudah tidak boleh ada kendaraan bermotor lewat di Jalan Malioboro.
Namun Beny menyadari langkah tersebut masih panjang prosesnya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, salah satunya soal pengantaran barang bagi pedagang di kawasan Malioboro.
"Kecuali nanti kita sepakat ya, yang loading ke Malioboro pakai kendaraan listrik, misalnya," kata dia.
Terpisah, Plt Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DIY Sumariyoto mengatakan, untuk menjadikan kawasan Malioboro full pedestrian merupakan tantangan besar dan perlu proses panjang.
"Kalau hanya sekedar nutup, saya kira gampang cuma tinggal pasang portal aja selesai. Cuma kita harus memperhatikan aktivitas di sana," ujar Sumariyoto saat dihubungi wartawan, Rabu (2/8).
"Ya kalau full pedestrian berarti tidak boleh selama 24 jam, kecuali VVIP atau kalau jika nanti belum ada titik temu (atau) diskusi dengan para pedagang, bisa kita identifikasi semuanya, kita jadwalkan untuk drop out barang-barang," dia menambahkan.
Sumariyoto menambahkan, tantangan lain ialah dalam pemenuhan transportasi publik yang menuju ke Malioboro maupun sebaliknya.
Menurutnya, Pemda DIY sudah merencanakan adanya angkutan bus listrik untuk melayani penumpang menuju kawasan Malioboro. Saat ini masih dalam kajian.
"Nanti dikonversikan ke elektrifikasi, bus listrik. Di tahun 2025 kita juga berharap kita layani dengan bis listrik di situ. Di tahun ini kita baru studi untuk kelayakannya, kemudian nanti didetailkan tahun 2024, nanti 2025 berharap itu bisa beroperasi," kata Sumariyoto
"Desain awal kita butuh 6 unit nanti menghubungkan antara di Kridosono, di Ngabean. Kridosono-Malioboro-Ngabean, Jadi hanya melayani di situ saja. Harga sekitar kira-kira Rp 3,25 miliar per unit bus listrik," dia menegaskan. (Detiktravel/r)