Minggu, 20 April 2025

32 Biksu Jalani Tradisi Thudong, Ritual Berjalan Kaki dari Thailand ke Candi Borobudur

* Akui Toleransi Beragama di Indonesia Tinggi
Redaksi - Jumat, 02 Juni 2023 08:54 WIB
351 view
32 Biksu Jalani Tradisi Thudong, Ritual Berjalan Kaki dari Thailand ke Candi Borobudur
(Foto: Eko Susanto/detikJateng)
SAMPAI DI BOROBUDUR: Para biksu yang melakukan thudong dengan berjalan kaki dari Thailand telah sampai di Candi Borobudur untuk melakukan peribadatan, Kamis (1/6). 
Magelang (SIB)
Sebanyak 32 biksu yang melakukan ritual Thudong dengan berjalan kaki dari Thailand tiba di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Kamis (1/6). Kehadiran mereka dalam rangka menyambut Trisuci Waisak 2567 BE tahun 2023.
Pantuan wartawan, para biksu memasuki Kompleks Candi Borobudur sekitar pukul 15.30 WIB. Mereka dikawal sejumlah tim gabungan mulai dari TNI, Polri, hingga organisasi masyarakat.
Seluruh biksu disambut gembira oleh masyarakat sekitar. Bahkan, mereka menerima bunga sebelum memasuki area Candi Borobudur.
Mereka berjalan dengan tenang namun pasti. Semangat mereka tidak surut kendati harus menaiki tangga untuk sampai ke puncak candi.
Lantas, 32 biksu menempati posisi masing-masing dan berdoa. Setelah itu mereka bermeditasi dengan khidmat.
Ke-32 biksu Thudong lebih dulu menyambangi Candi Mendut pada pagi hari. Mereka juga berdoa dan berfoto bersama sebelum melanjutkan perjalanan ke Candi Borobudur.
Para biksu ini berangkat dari Nakhon Si Thammarat, Thailand pada 23 Maret lalu.
Seperti diketahui, setelah tiba di Singapura dari Thailand, rombongan biksu tersebut naik perahu dari Singapura ke Pulau Batam, kemudian terbang ke Jakarta, dilanjutkan dengan berjalan kaki dari Jakarta ke Kota Magelang.
Selama periode ini, mereka hanya makan satu kali sehari dan berjalan setidaknya 25-30 km setiap hari.


Kecelakaan di Malaysia
Sebenarnya, 33 biksu melakukan ritual thudong tersebut. Namun sesampai di Indonesia, hanya ada 32 biksu yang masih melanjutkan ritual tersebut.
Ternyata, salah satu biksu sempat mengalami kecelakaan di Malaysia hingga dirawat di rumah sakit. Saat ini biksu tersebut sudah keluar dari rumah sakit dan tiba di Indonesia menggunakan pesawat.
Salah satu biksu thudong, Banthe Kantadhammo menceritakan kejadian kecelakaan yang dialami salah seorang bhikkhu tersebut saat di Kota Kelang, Malaysia.
Saat itu, perjalanan mereka mendapat hambatan yang cukup besar berupa cuaca ekstrem yang mencapai suhu 43 derajat Celcius. Hal itu membuat salah satu biksu mengalami kelelahan hingga terjatuh saat melintas di flyover.
"Terus pagi-pagi sudah bangun dan jam 4 waktu di Kota Kelang ini kita sudah jalan kaki. Pas waktu jalan kaki di flyover, kita naik, dia tidak kuat capek segala macam sehingga jatuh dan sobek ininya (kepala), saya gotong itu darah semua 8 jahitan," kata Bhante Kantadhammo di Magelang, Rabu (31/5/2023).
Kondisi itu membuat biksu yang cedera itu harus ditinggal di Malaysia. Sedangkan 32 biksu lainnya melanjutkan perjalanan ke Indonesia.
Namun beruntung, sebelum Hari Raya Waisak, biksu tersebut sudah dinyatakan sembuh oleh dokter. Kantadhammo menjemput biksu tersebut pada Selasa (30/5).
"Jadi, saya langsung beliin dia tiket untuk datang ke Indonesia dan kemarin jemput," katanya.


Toleransi tinggi
Ke-32 Bhante atau Biksu tersebut mengakui toleransi beragama di Indonesia sangat tinggi, bahkan mereka mengangkat 20 jari untuk menggambarkan tingginya sikap toleran tersebut.
"Dari keterangan bhante yang mengikuti thudong, semua mengakui bahwa toleransi di Indonesia sangat tinggi, dibanding negara yang telah dilaluinya," kata salah satu Bhante yang mengikuti ritual Thudong, Wawan di Cirebon, Jawa Barat, Kamis.
Wawan yang merupakan Biksu asal Cirebon, menuturkan kesan itu bukan dari dirinya, akan tetapi dari semua Bhante yang mengikuti ritual Thudong, baik dari Thailand maupun Malaysia.
Menurutnya ketika ditanya satu per satu, terkait toleransi di Indonesia, para Bhante ini menunjukkan semua jari di tangan dan kaki, ini menggambarkan bahwa toleransi sangat baik.
Ia menjelaskan para Bhante ini sudah melakukan perjalanan dari Thailand, Malaysia, dan kali ini di Indonesia, namun menurut mereka di Indonesia negara paling berkesan karena sambutan dari masyarakatnya begitu antusias.
"Kami sudah berjalan dari Thailand, Malaysia, dan juga Indonesia. Saya sebenarnya tidak mau mengungkap hal ini (toleransi di Indonesia), tapi memang ini yang dirasakan oleh para bhante," tuturnya.
Apa yang dikatakan Bhante Wawan dibenarkan oleh Bhante Maha Or, salah satu peserta Thudong dari Malaysia, di mana ia juga membagikan pengalaman selama menempuh perjalanan yang sudah dilalui di tiga negara, yaitu Thailand, Malaysia, dan Indonesia.
Maha Or mengapresiasi masyarakat Indonesia, karena toleransi di Indonesia lebih baik dibandingkan di negara lainnya yang sudah dilalui.
"Yang paling bagus di Indonesia, umatnya bertoleransi, menunggu kedatangan kita, masyarakatnya menyambut, masyarakat Indonesia sangat luar biasa, dari segi toleransinya, seperti menyambut kedatangan sanak saudara," katanya. (Metro TV/Antara/detikcom/d)


Baca Juga:



Baca Juga:
Sumber
: Koran SIB
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru