Jakarta (SIB)
Polda Papua mengamankan total 13 orang terkait kerusuhan yang dipicu hoax penculikan anak di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan. Kericuhan ini diketahui memakan korban jiwa sebanyak 10 orang.
"Sebanyak 13 orang (yang diamankan)," kata Kabid Humas Polda Papua Kombes Ignatius Benny Ady Prabowo saat dimintai konfirmasi, Sabtu (25/2).
Ignatius mengatakan 13 orang tersebut dalam pemeriksaan. Dia belum bisa mengatakan 13 orang itu dari pihak mana saja.
"Dalam pemeriksaan," katanya.
Sebelumnya, kerusuhan pecah di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan. Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri mengatakan ada 18 orang personel TNI dan Polri yang terluka.
"Atas insiden di Wamena, korban luka-luka dari aparat ada 18 orang, yang 16 di antaranya terkena lemparan batu dan 2 orang terkena panah, yakni 1 perwira polisi dan 1 anggota TNI. Dan ini sudah kita minta untuk segera ditangani," ujar Fakhiri seperti dilansir detikSulsel, Jumat (24/2).
Fakhiri mengatakan ada 10 orang yang tewas dan 14 warga mengalami luka-luka. Dia mengatakan ada 13 rumah yang dibakar saat kerusuhan pecah.
"Jadi 10 korban jiwa ini dua di antaranya merupakan korban dari amukan massa perusuh. Lalu delapan orang lainnya merupakan massa perusuh," katanya.
Usut Kerusuhan
Sebelumnya, Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri memerintahkan Propam turut mengusut atau mengevaluasi anggotanya saat penanganan kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan. Diketahui, kerusuhan tersebut mengakibatkan 10 orang tewas.
"Saya sudah berpesan kepada anggota untuk lebih lagi soft dan tenang dalam menghadapi masyarakat yang mungkin lagi marah. Dan juga tim dari Propam saya minta langsung Kabid Propam untuk langsung melakukan evaluasi secara menyeluruh pola penanganan yang saat itu di lapangan," ujar Mathius kepada wartawan, Jumat (24/2).
Mathius mengatakan kerusuhan di Wamena ini tentunya menjadi evaluasi bagi Polda Papua. Dia tak mau lagi kejadian seperti ini kembali terjadi.[br]
"Supaya ini bisa menjadi bahan yang nanti akan saya evaluasi apakah memang akan menilai beberapa pejabat yang hadir dalam penanganan itu sehingga kami tidak mau lagi ke depan akan berdampak seperti itu (banyak korban jiwa)," katanya.
Mathius pun meminta anggotanya yang di lapangan dapat menyelesaikan persoalan dengan cara membaca situasi secara tepat. Meski demikian, Mathius tak menampik bahwa kondisi di lapangan tak mudah karena terus terjadi provokasi.
Lebih lanjut, Mathius mengatakan harusnya pemimpin lapangan saat itu harus lebih pandai membaca situasi. Namun, dia juga paham bagaimana mudahnya terprovokasi saat di lapangan.
"Kita bisa mengizinkan para pejabat itu menyelesaikan permasalahan di lapangan tentunya dia harus bisa membaca situasi dengan tepat. Tetapi memang sebagaimana yang terjadi di lapangan sesuai yang dilaporkan Kapolres karena saat kejadian ada yang memprovokasi sehingga bisa terjadi seperti itu. Namun tentunya ini bagian yang harus saya evaluasi," katanya. (detikcom/d)