Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri membuat heboh lantaran mempertanyakan alasan ibu-ibu suka mengikuti pengajian. PDIP pun menilai pernyataan Megawati tersebut dipelintir.
Pernyataan Megawati soal ibu-ibu pengajian disampaikan saat acara 'Kick Off Pancasila dalam Tindakan Gerakan Semesta Berencana Mencegah Stunting' beberapa waktu lalu. Megawati saat itu berpikir mengapa ibu-ibu senang mengikuti pengajian.
Dalam pernyataannya, Megawati menegaskan pula bahwa dirinya tidak melarang ibu-ibu ikut pengajian. Pernyataan Megawati ini lantas ramai dibahas di media sosial.
"Saya lihat ibu-ibu itu ya, maaf ya, sekarang kan kayaknya budayanya, beribu maaf, jangan lagi nanti saya di-bully, kenapa to seneng banget ngikut pengajian ya? Iya loh, maaf beribu maaf, saya sampai mikir gitu, iki pengajian ki sampai kapan toh yo? Anak e arep diapakke (anaknya mau diapakan)? Iya dong? Boleh, bukan berarti nggak boleh, boleh, saya pernah pengajian kok," kata Megawati.
Dipelintir
Ketua DPP PDIP Said Abdullah memberi penjelasan terkait pernyataan Megawati. Dia menilai pernyataan Megawati dipelintir seolah-olah Presiden ke-5 RI itu melarang ibu-ibu ikut pengajian, padahal hanya menyarankan agar bisa membagi waktu.
"Pernyataan Ibu Megawati Soekarnoputri dipelintir, seolah Ibu Mega melarang ibu-ibu menunaikan pengajian agama. Mari kita biasa untuk menjernihkan dan mendudukkan fakta secara objektif. Ibu Mega hanya meminta para ibu untuk bisa membagi waktu dengan baik, antara menunaikan pengajian, mengurus anak, termasuk tugas-tugas sosial lainnya," ujar Said Abdullah saat dimintai konfirmasi, Rabu (22/2).
Said Abdullah menegaskan, Megawati sama sekali tidak melarang ibu-ibu mengikuti pengajian. Pernyataan Megawati, kata dia, sesuai konteks acara yang saat itu diikutinya.
"Sama sekali tidak ada kalimat Ibu Mega melarang ibu-ibu menunaikan pengajian. Konteks acara saat itu adalah Ibu Mega sebagai narasumber Seminar Nasional Pancasila dalam Tindakan: 'Gerakan Semesta Berencana Mencegah Stunting, Kekerasan Seksual pada Anak dan Perempuan, Kekerasan dalam Rumah Tangga, serta Mengantisipasi Bencana'," katanya.
Said Abdullah mengatakan, tingginya angka stunting yang dihadapi saat ini mengancam generasi masa depan. Stunting, katanya, membuat generasi masa depan tidak cerdas dan sehat.
Ketua Banggar DPR RI ini mengatakan peran ibu sangat besar bagi agenda untuk mencegah stunting. Megawati, kata dia, hanya ingin ibu-ibu perhatian dan menambah literasi pencegahan stunting.
"Jika para ibu melek tentang bagaimana mencegah stunting, maka angka pertumbuhan stunting kita dapat dicegah. Perhatian ibu Mega adalah para ibu bisa lebih perhatian, menambah literasi untuk mencegah stunting, mempersiapkan generasi masa depan yang sehat dan pintar, jadi sama sekali tidak melarang pengajian. Jadi jangan melintir pernyataan Ibu Mega," kata dia.
Tak Larang
Tak hanya PDIP, Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Sa'adi juga berprasangka baik (husnuzan) atas ucapan Megawati Soekarnoputri tentang ibu-ibu pengajian. Dia melihat Megawati tidak bermaksud untuk melarang ibu-ibu mengaji.
"Maksudnya beliau bukan melarang atau tidak senang dengan kegiatan pengajian tersebut, tetapi sebaiknya dalam mengatur waktunya harus lebih proporsional," kata Zainut kepada wartawan.
Menurutnya, Megawati mengingatkan ibu-ibu untuk seimbang dalam menjalankan tugas merawat, membimbing, dan mendidik anak.
"Jadi inti pesan yang beliau sampaikan adalah terkait dengan pengaturan waktu, bukan pada larangan mengikuti pengajian," ujarnya.
Dia mengatakan, mengikuti pengajian adalah hal yang baik. Namun, kewajiban lain ibu-ibu untuk mengurus rumah tangga, mendidik anak, dan mengerjakan tugas dan kewajiban lainnya tak boleh ketinggalan.
"Apa yang disampaikan oleh Ibu Megawati harusnya dipandang sebagai sebuah kritik yang konstruktif, dan bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi terhadap praktik pengajian yang selama ini berlangsung," kata dia.
Zainut mengatakan ada sebagian dari ibu-ibu yang sangat aktif mengikuti kegiatan pengajian. Menurutnya, ada yang mengikuti pengajian 2-4 kali dalam seminggu dan bahkan ada yang setiap hari.
Dia mengatakan kondisi itu biasanya terjadi karena jadwal pengajian itu bergiliran berdasarkan zonasi tempat (masjid, musala) atau kelompok (jam'iyyah) majelis taklimnya.
Namun, di sisi lain, dia mengatakan Indonesia juga punya masalah soal tingginya kasus stunting, maraknya kekerasan seksual terhadap anak dan perempuan, seks bebas, penyalahgunaan obat terlarang/narkoba oleh remaja, kekerasan dalam rumah tangga dan masalah sosial lainnya.
"Jadi menurut saya dalam konteks seperti itu Ibu Mega menyampaikan pidatonya. Sehingga penyikapannya perlu lebih proporsional dan kontekstual, bukan dijadikan polemik yang berkepanjangan," ujar dia. (detikcom/c)