Sabtu, 15 Maret 2025

Rapim TNI-Polri, Ketua MPR RI Ingatkan Pentingnya PPHN dan 4 Pilar Kebangsaan

Redaksi - Kamis, 09 Februari 2023 11:14 WIB
329 view
Rapim TNI-Polri, Ketua MPR RI Ingatkan Pentingnya PPHN dan 4 Pilar Kebangsaan
Foto : Istimewa
Bambang Soesatyo
Jakarta (SIB)
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo memberikan pembekalan umum pada Rapat Pimpinan TNI-Polri 2023 yang dibuka Presiden Joko Widodo. Dalam paparannya, Bamsoet mengingatkan pentingnya haluan negara untuk kesinambungan pembangunan, transformasi ekonomi, pertahanan dan keamanan dalam mempersiapkan Indonesia Emas 2045.

"Tanpa adanya haluan negara optimalisasi transformasi ekonomi inklusif dan berkelanjutan yang berorientasi pada sebesar-besarnya kepentingan rakyat, baik untuk kepentingan generasi masa kini maupun generasi masa depan, khususnya pembangunan yang bernilai penting dan strategis seperti pembangunan pertahanan dan keamanan yang tidak dapat diselesaikan dalam satu periodisasi pemerintahan akan menjadi mubazir," kata Bamsoet dalam keterangannya, Rabu (8/2).

Bamsoet menjelaskan contoh nyata yang dihadapi Indonesia saat ini adalah pembangunan Ibu Kota Negara IKN yang telah diinisiasi pada masa pemerintahan Presiden Jokowi. Menurutnya, tanpa adanya rujukan pembangunan jangka panjang yang memandu dan mengikat untuk melanjutkan tahapan pembangunan IKN, maka tidak ada jaminan pemerintahan periode berikutnya akan meneruskan kebijakan pemerintahan periode sebelumnya.

"Di sinilah urgensi menghadirkan Pokok-Pokok Haluan Negara (PPHN) yang dapat dijadikan pedoman bagi penyelenggaraan pembangunan jangka panjang untuk menyelamatkan program-program pembangunan yang bernilai penting dan strategis. PPHN harus dikuatkan dengan Ketetapan MPR, agar tidak mudah ditorpedo oleh PERPPU maupun judicial review di Mahkamah Konstitusi," jelas Bamsoet.

Lebih lanjut, Bamsoet juga menyampaikan materi tentang Kebijakan MPR RI dalam Penguatan Empat Pilar Kebangsaan (Empat Pilar MPR RI) Guna Mendukung Peningkatan Produktivitas untuk Transformasi Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan. Hal ini dibahasnya karena ada relevansi serta keselarasan nilai, antara sila-sila yang terkandung dalam Pancasila dengan gagasan pembangunan ekonomi inklusif dan berkelanjutan.

"Yakni sama-sama bertujuan memperjuangkan nilai kemanusiaan, keberadaban, soliditas kebangsaan, partisipasi publik, serta keadilan sosial. Prinsip penting dalam konsep pembangunan ekonomi inklusif adalah merangkul semua kalangan, tidak boleh ada satupun yang merasa ditinggalkan, dan tidak ada satupun kebijakan pembangunan yang memberikan perlakuan eksklusif kepada kelompok tertentu," tegas Bamsoet.

Ia juga memaparkan data satu dasawarsa dari tahun 2011 hingga 202 memperlihatkan, secara umum Indeks Pembangunan Ekonomi Inklusif Indonesia cenderung konsisten mengalami peningkatan dengan rata-rata indeks mencapai skor 6 (dari skala 1 sampai 10).

Dimana masing-masing pilar penopangnya juga masuk dalam kategori 'memuaskan'.[br]



Bamsoet menilai gagasan pembangunan ekonomi inklusif harus dilengkapi konsep pembangunan ekonomi berkelanjutan yang menegaskan segala kebijakan pembangunan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan di masa kini, tidak boleh memberikan dampak buruk, merugikan, atau bahkan mengorbankan kepentingan generasi di masa depan.

Tak hanya itu, menurutnya pembangunan ekonomi berkelanjutan dibangun oleh kesadaran akan ketersediaan sumber daya alam untuk mendukung pembangunan ekonomi sangat terbatas. Kemudian, sebagian sumberdaya tidak dapat diperbaharui dan akan habis pada waktunya. Saat ini, konsep pembangunan berkelanjutan pun telah menjadi fenomena global, dan telah diterima sebagai narasi universal yang diakui oleh komunitas internasional.

"Karena itu, kita harus mendukung sepenuhnya langkah Presiden Joko Widodo yang berulang kali menekankan bahwa Indonesia merupakan bagian dari komunitas global yang mendukung pembangunan berkelanjutan. Misalnya dalam upaya penanggulangan dampak perubahan iklim, Indonesia berkomitmen mewujudkan ekonomi hijau (green economy)," papar Bamsoet.

"Antara lain melalui komitmen pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen pada tahun 2030, pengembangan energi terbarukan sebagai sumberdaya alternatif, hingga percepatan migrasi kendaraan berbahan bakar minyak ke bermotor listrik," imbuhnya.

Bamsoet menambahkan perhatian pada pengelolaan sumber daya alam sebagai salah satu dimensi pembangunan menjadi penting. Khususnya bagi Indonesia yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang begitu berlimpah.

Indonesia saat ini dikenal sebagai penghasil nikel terbesar di dunia. Pada tahun 2021, produksi nikel Indonesia mencapai 1 juta metrik ton. Diperkirakan 37,04% nikel di dunia berada di Indonesia. Sebanyak 90% cadangan nikel Indonesia tersebar di Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara.

Indonesia pun memiliki cadangan batubara berlimpah mencapai 31,69 miliar ton pada 2021. Hal ini menjadikan kita sebagai produsen batu bara terbesar kedua di dunia (setelah China).[br]



Cadangan batubara terbesar juga ditemukan di Provinsi Kalimantan Timur, sebesar 13,61 miliar ton. Indonesia juga menempati urutan ke-6 sebagai penghasil emas terbesar di dunia, kemudian tembaga menempati peringkat ke-7, dan gas alam menempati peringkat ke-13 di dunia.

"Kita patut mendukung upaya Presiden Joko Widodo tentang pentingnya hilirisasi sumber daya alam dari sektor minyak, gas, mineral serta batu bara yang diperkirakan dapat menciptakan sekitar 9,6 juta lapangan kerja serta menghasilkan pemasukan negara hingga USD 715 miliar. Tidak heran jika dalam Rapim TNI-Polri 2023 ini, Presiden Joko Widodo memberikan penugasan penting kepada TNI-Polri agar menjaga program industrialisasi dan hilirisasi yang sedang digencarkan pemerintah agar tak terganggu. Khususnya dalam memberantas praktik ekspor dan tambang ilegal, yang membuat penerimaan negara menjadi berkurang," pungkas Bamsoet. (detikcom/a)



Sumber
: Koran SIB
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru