Menkes Sentil Beda Kasta Perawat dan Dokter di RI

Jakarta (SIB)

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyayangkan adanya budaya kasta di antara dokter dan perawat di Indonesia. Kerap kali, perawat tidak dianggap berada di posisi setara dengan dokter.

Berbeda dengan apa yang ditemukan di banyak negara, tidak ada perbedaan sehingga keduanya saling menghormati antar profesi sebagai satu tim. Budi meminta budaya semacam itu sebaiknya tak dilanggengkan.

"Saya pernah cek waktu saya di mandiri, pernah ke Mayo, pernah Singapura, perawat itu di luar negeri sama dokter tuh satu tim, setara ya. Di sini tuh kasta-nya segini (atas dan bawah), perawat tuh dilihat mohon maaf nggak ada, itu perawat sama dokter tuh, dokter posisinya merasa di sini (di atas), di luar negeri itu nggak Pak, posisinya setara," jelas Menkes dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI, beberapa waktu lalu.

"Jadi kalau saya bilang ke teman-teman perawat, jangan kemudian memperkuat perbedaan itu, harusnya diatur supaya sama, perawat tuh pesuruh dekat-dekat pembantu kalau dilihat, nah itu harus disetarakan, jangan kemudian malah dibedakan, makin jauh, itu nggak boleh," sambungnya.

Terpisah, Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia Harif Fadhillah menyebut sejumlah kebijakan atau aturan yang kemudian menggambarkan perbedaan itu. Misalnya, dari sisi prioritas hingga perhatian pemerintah pada perawat. Namun, dalam praktik layanan medis, perawat dan dokter adalah mitra.

"Apalagi kalau UU Keperawatan dicabut dan tidak diakomodir pengembangan profesi perawat dalam RUU Kesehatan Omnibus Law, namun terima kasih dan apresiasi kepada Menkes yang telah memberi gambaran visi kesehatan yang memang seharusnya," terang Harif, ditulis Minggu (5/2).

Meski begitu ia berpesan agar pemerintah tidak keliru dalam intervensi aturan, sehingga tampak bertolak belakang dengan cita-cita mulia Menkes yakni memangkas perbedaan. (detikHealth/c)

Baca Juga:

• Kapolrestabes Medan Temui Korban Penganiayaan Oknum Dokter Koas
• Kapolrestabes Medan VC Dengan Karyawan Roti Bakar Korban Penganiayaan