Teheran (SIB)
Seorang warga Iran ditembak mati oleh pasukan keamanan setelah merayakan kekalahan tim nasionalnya dari Amerika Serikat (AS) di Piala Dunia.
Iran tersingkir dari Piala Dunia Qatar oleh AS, yang juga musuh bebuyutannya, pada Selasa (29/11) malam.
Kekalahan tersebut menimbulkan tanggapan beragam dari pendukung pro dan anti-rezim.
Banyak warga Iran menolak mendukung tim nasionalnya sendiri sebagai tanggapan atas tindakan keras pemerintah terhadap protes lebih dari dua bulan, yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini dalam tahanan.
Warga Iran, atas nama Mehran Samak, kemudian ditembak mati setelah dia membunyikan klakson mobilnya di Bandar Anzali, kota di pantai Laut Kaspia barat laut Teheran, menurut Kelompok hak asasi pada Rabu (30/11).
Mehran Samak (27 tahun) "menjadi sasaran langsung dan ditembak di kepala oleh pasukan keamanan... menyusul kekalahan tim nasional melawan Amerika", kata kelompok Hak Asasi Manusia Iran (IHR) yang berbasis di Oslo sebagaimana dilansir AFP.
Pusat Hak Asasi Manusia di Iran (CHRI) yang berbasis di New York juga melaporkan bahwa dia dibunuh oleh pasukan keamanan saat perayaan kekalahan itu. Tidak ada komentar segera tentang insiden tersebut dari pihak berwenang Iran.
Fakta yang mengejutkan kemudian muncul, setelah gelandang internasional Iran Saeid Ezatolahi mengungkapkan bahwa dia mengenal Samak.
Anggota timnas Iran yang bermain di pertandingan melawan AS dan berasal dari Bandar Anzali itu kemudian mengunggah fotonya dengan korban, bersama di tim sepak bola remaja.
"Setelah kekalahan pahit tadi malam, berita meninggalnya Anda membakar hati saya," kata Ezatolahi di Instagram, yang menggambarkan Samak sebagai "rekan setim masa kecil".
Dia tidak mengomentari keadaan kematian temannya tetapi berkata: "Suatu hari topeng akan jatuh, kebenaran akan terungkap."
"Ini bukan yang pantas didapatkan kaum muda kita. Ini bukan yang pantas diterima bangsa kita," tambahnya.
Ezatolahi, yang kecewa dengan hasil pertandingn terakhir timnya di Piala Dunia Qatar, terlihat dihibur baik oleh rekan setimnya maupun para pemain AS setelah peluit akhir pertandingan berbunyi.
Pemakaman tegang Tim Iran berada di bawah pengawasan ketat di Piala Dunia, di tengah laporan tekanan dari pihak berwenang untuk tidak menunjukkan dukungan terhadap protes.
Mereka telah menolak menyanyikan lagu kebangsaan di pertandingan pertama mereka, tetapi akhirya kembali bernyanyi di dua pertandingan berikutnya.
CHRI menerbitkan video dari pemakaman Samak pada Rabu (30/11) di mana para pelayat terdengar meneriakkan "Matilah diktator."
Seruan yang ditujukan untuk pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei itu adalah salah satu slogan utama protes yang berkobar setelah kematian Amini dalam tahanan pada 16 September.
IHR mengatakan bahwa pihak berwenang menolak untuk menyerahkan jenazah pria itu kepada keluarga.
Sementara BBC Persia mengatakan pemakaman di Bandar Anzali berlangsung tanpa pengumuman sebelumnya, dan mendpat penjagaan keamanan ketat dalam upaya untuk menghindari insiden besar.
Pasukan keamanan Iran telah menewaskan sedikitnya 448 orang dalam tindakan keras terhadap protes dalam lebih dari dua bulan, termasuk 60 anak di bawah usia 18 tahun dan 29 wanita, menurut IHR.
Seorang jenderal Iran mengatakan pada Senin (28/11) bahwa lebih dari 300 orang tewas dalam kerusuhan itu. (Kompas/a)