Beirut (SIB)
Lebanon masih berjuang menghadapi krisis ekonomi yang melanda negaranya sejak 2019. Kondisi hiperinflasi membuat penduduk setempat mulai menambang bitcoin atau menyimpan kekayaan lewat kripto.
Banyak penduduk Lebanon yang menganggap kripto sebagai penyelamat untuk bertahan hidup saat ini. Beberapa menambang token digital sebagai satu-satunya sumber pendapatan, ada juga yang mengatur pertemuan rahasia melalui Telegram untuk menukar tambatan stablecoin dengan dolar Amerika Serikat (AS) untuk membeli bahan makanan.
Gebrael contohnya, arsitek asal Beit Mery yang telah kehilangan pekerjaan dan perlu mencari cara lain untuk mendapatkan uang dengan cepat. Ia menemukan subreddit yang menghubungkan pekerja lepas dengan pemberi kerja yang bersedia membayar dalam bitcoin.
"Bitcoin benar-benar memberi kami harapan. Saya lahir di desa saya, saya telah tinggal di sini sepanjang hidup saya dan bitcoin telah membantu saya untuk tinggal di sini," kata Gebrael dikutip dari CNBC, Senin (7/11).
Pekerjaan pertama sang arsitek adalah membuat iklan pendek untuk sebuah perusahaan yang menjual ban. Gebrael dibayar US$ 5 atau setara Rp 77.825 (kurs Rp 15.565) dalam bitcoin dan ketagihan meski jumlahnya sedikit.
Saat ini, setengah dari pendapatan Gebrael berasal dari pekerja lepas di mana 90% di antaranya dibayar dalam bitcoin. Sisanya berasal dari gaji yang dibayar oleh firma arsitektur barunya dalam dolar Amerika Serikat (AS).
Selain menjadi cara yang nyaman untuk mencari nafkah, bitcoin juga telah menjadi bank untuk menyimpan kekayaannya.
"Ketika dibayar dengan dolar AS, saya menarik semua uang saya kemudian untuk membeli sejumlah kecil bitcoin setiap hari Sabtu.
Sisanya disimpan sebagai uang belanja untuk kebutuhan sehari-hari dan renovasi rumah," jelasnya.[br]
Mata uang Lebanon telah kehilangan lebih dari 95% nilainya sejak Agustus 2019. Upah minimum secara efektif anjlok dari US$ 450 menjadi US$ 17 per bulan, tingkat inflasi tiga digit diperkirakan akan terjadi tahun ini dan saldo rekening bank hanyalah angka di atas kertas.
"Tidak semua orang percaya bahwa bank-bank itu bangkrut, tetapi kenyataannya memang demikian," kata CEO perusahaan manajemen yang berbasis di Zurich yang didedikasikan untuk aset digital, Ray Hindi.
"Situasinya tidak berubah sejak 2019. Bank membatasi penarikan dan simpanan itu menjadi IOU. Anda bisa saja mengeluarkan uang Anda dengan potongan rambut 15%, lalu 35% dan hari ini kami berada di 85%," tambah Hindi. (detikFinance/a)