Jakarta (SIB)
Deputi IV Kantor Staf Presiden (KSP) Juri Ardiantoro menyebut, isu ijazah palsu Presiden Joko Widodo (Jokowi) sengaja digulirkan Bambang Tri Mulyono dan pihak-pihak lain karena mereka tidak ingin melihat kesuksesan Jokowi memimpin Indonesia.
Juri juga menduga adanya pihak-pihak yang khawatir terhadap pengaruh Jokowi di Pemilu 2024.
"Mereka khawatir terhadap kontestasi 2024. Di mana ketokohan dan keberhasilan Pak Jokowi yang diyakini memiliki pengaruh yang sangat kuat dan menjadi kiblat pilihan politik masyarakat. Jadi sekali lagi, ini bukan soal ijazah saja," kata Juri dalam keterangan tertulis dari KSP, Senin (17/10).
Sebagai mantan Komisioner KPU, Juri memberikan kesaksiannya soal proses validasi keabsahan berkas-berkas Presiden Jokowi, termasuk ijazah. Juri pernah dua kali melakukan verifikasi, yaitu saat Jokowi mendaftarkan diri sebagai calon Gubernur DKI Jakarta pada 2012, dan sebagai calon presiden pada 2014.
"Pada saat Pak Jokowi mendaftar sebagai calon gubernur DKI saya menjadi Ketua KPU Provinsi DKI. Dan saat beliau mendaftar sebagai capres, saya menjadi Komisioner KPU RI," ujar Juri.
Juri menegaskan, dalam dua peristiwa tersebut, KPU telah melakukan verifikasi lapangan, termasuk membuka dan menerima pengaduan publik bagi calon-calon yang mendaftar.
"Hasil dari pemeriksaan, verifikasi, dan tidak adanya aduan publik, saat itu KPU memutuskan tidak ada keraguan bahwa dokumen-dokumen yang diajukan memenuhi syarat alias asli. Termasuk dokumen ijazah," tegas Juri.
Juri menilai, tuduhan dan gugatan terhadap keaslian ijazah Presiden Jokowi oleh Bambang Tri Mulyono dan pihak-pihak lain sejatinya bukan hanya persoalan ijazah. Dia mengatakan orang-orang tersebut ingin membuat kegaduhan.
"Sekali lagi, ini bukan soal ijazah, mereka sengaja mengganggu Pak Jokowi. Karena saya yakin Bambang Tri Mulyono dan pihak-pihak lain yang ikut mengamplifikasi tuduhan itu, sebenarnya tahu bahwa ijazah Pak Jokowi asli," ujar dia.
Sebelumnya, Jokowi angkat bicara mengenai isu ijazah palsu yang ramai diperbincangkan belakangan ini.
Jokowi menyinggung isu ijazah palsu itu saat bertemu dengan teman-temannya semasa berkuliah di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM).
"Ini loh urusan ijazah palsu, sekolah lima tahun kan, ampun. Kalau mahasiswa kan masih komplet, kalau yang SD kan sudah carinya di mana," kata Jokowi, seperti dilihat di YouTube Sekretariat Presiden, Minggu (16/10).
"Tapi yang dimasalahkan SMA Pak," kata seorang teman Jokowi menimpali.
"SMA juga kan ribuan loh," kata Jokowi.
"Tapi yang dimasalahkan SMA loh Pak, kan ada dobel stempel," ujar teman Jokowi lagi.
"Itu program, program pemerintah, sebagai SMPP, ya kaya dulu SMK sebelumnya SMEA," ujar Jokowi.
Mereka lantas menunjukkan foto-foto wisuda semasa kuliah. Mereka saling mengenang momen satu sama lain.
Jokowi menjelaskan teman-teman semasa kuliah yang ia temui berasal dari daerah yang berbeda-beda, dari Sabang sampai Merauke.
Dalam pertemuan tersebut, Jokowi bersama temannya mengenang kembali momen semasa kuliah yang diabadikan melalui kamera saat itu.
"(Saya melihat) foto-foto waktu wisuda, ada yang foto waktu di mapala (mahasiswa pecinta alam). Saya sendiri fotonya sudah hilang, tapi ternyata kawan-kawan masih simpan semuanya komplet," tambahnya. (detikcom/a)