Jumat, 14 Maret 2025

MUKI Cemas Fenomena “Kaleng-kaleng” di Gereja, Komisioner KPID: Pendeta Harus Perkaya Literasi

Redaksi - Minggu, 25 September 2022 09:24 WIB
776 view
MUKI Cemas Fenomena “Kaleng-kaleng” di Gereja, Komisioner KPID: Pendeta Harus Perkaya Literasi
Foto: MUKI Medan /Pdt Krisman Saragih
SAMBUTAN: Ketua DPC MUKI Medan, Boydo K Panjaitan SH MM, saat menyampaikan sambutan di Wisuda Angkatan I Sekolah Alkitab Saem Ekklesia Medan di Jalan Seser-Medan Amplas, Medan, Sabtu (24/9).
Medan (SIB)

Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Majelis Umat Kristen Indonesia (MUKI) Medan, Boydo K Panjaitan SH MM, mencemaskan fenomena pimpinan agama “kaleng-kaleng” di kehidupan gereja. “Kondisi itu karena, katakanlah oknum, si pemuka agama itu memrioritaskan kehidupan sekuler ketimbang rohaniah. Olah sana - olah sini bahkan tipsani (akronim tipu sana tipu sini). Saya pun pernah jadi korbannya. Ini yang harus diberantas,” tegasnya saat menyampaikan sambutan di Wisuda Angkatan I Sekolah Alkitab Saem Ekklesia Medan di Jalan Seser - Medan Amplas, Medan, Sabtu (24/9).

Menanggapi fenomena tersebut, di podium yang sama, Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Sumatera Utara (Sumut), Ev Ramses Simanullang SE MSi, meminta gereja mewajibkan pengerjanya, mulai dari pendeta hingga unsur terkecil dalam pelayanan memperkaya literasi. “Literasi itu semacam kode etik guna menambah kualitas. Jika misalnya pendeta memiliki kode etik kependetaan, diperkuat dengan literasi, menjadi lebih baik. Lebih profesional,” tegas pria yang dua periode menjadi anggota KPID Sumut tersebut.

Sebelumnya, Boydo Panjaitan risau tentang lembaga keumatan dan pimpinan agama “kaleng-kaleng” yang memanfaatkan nama gerejawi untuk kepentingan duniawi. Yang menakutkannya, oknum pemuka tersebut, memraktikkan urusan keduniawian semata dengan memanfaatkan lembaga rohani dan jabatan religi.

Fenomena tersebut, lanjutnya, semakin kelihatan menjelang hajatan politik. “MUKI ingin gereja dan bagian dari gereja benar-benar steril dari hal-hal seperti itu. Jika ingin berpolitik, berpolitiklah dengan baik dan menjadi panutan. Saya ini orang politik. Meniti karier politik di PDI Perjuangan, yang justru berupaya maksimal mengelaborasikan politik santun dan bersih dengan memasukkan hal-hal rohani dalam politik. Idealnya seperti itu,” tambahnya.

Ia juga minta lembaga-lembaga religi yang didalamnya Sekolah Alkitab Ekkelisa Medan memraktikkan kehidupan suci berdasarkan ajaran Yesus Kristus dalam tiap kata dan perbuatan serta langkah sekuler. “MUKI Medan, katakanlah saya pribadi, ingin Sekolah Alkitab Ekkelisa Medan ini menjadi filter dan terus menjadi penyaring agar kehidupan duniawi perlahan-lahan mengarah menjadi lebih baik sesuai ajaran-Nya,” tegas Boydo Panjaitan.

Menjawab kerisauan tersebut, Ev Ramses Simanullang berkenan menjadi bagian dalam mengisi literasi pemuka agama termasuk pendeta. “Literasi sangat penting. Apalagi dalam kehidupan religi. Jika pemuka agama, pimpinan gereja memiliki literasi yang baik, maka lembaganya akan terdampak hingga memiliki kharisma tersendiri. Tak hanya untuk lingkungan gerejanya tapi juga pada dunia,” tegasnya.[br]

Ia menunjuk kedangkalan literasi. “Saya bersedia... gunakanlah saya untuk mengisi literasi tersebut sesuai kapasitas saya. Termasuk literasi digital,” jelasnya.

Ia mengurai betapa pentingnya literasi digital di era Revolusi Industri 4.0 bahwa segala sesuatu bersentuhan langsung dengan digital.

“Saya ingin, gereja jangan tertinggal dari digitalisasi global. Gereja justru harus memenangkan proses digitalisasi agar warganya juga dalam posisi menang,” harapnya.

Ev Ramses Simanullang minta Sekolah Alkitab Ekklesia Medan jangan memikirnya “PK” (sebutan untuk honor) untuknya. “Sebagai panggilan rohani saya, izinkan saya berdonasi. Inilah panggilan dan pelayan saya. Jika berkenan,” tambahnya.

Direktur Sekolah Alkitab Ekklesia Medan, Pdt Daniel K Sitorus STh, melaporkan kondisi jatuh-bangun institusi yang dibangunnya.

“Bahkan tiga bulan sebelum ini, karena status administrasi, institusi ini hampir ditutup. Tapi karena tekad saya melayani-Nya, semua dicukupkan-Nya melalui orang-orang yang takut akan Tuhan,” sebutnya.

Gembala Sidang Gereja Pantekosta Serikat Di Indonesia (GPSDI) Jemaat Hosana Medan itu mnunjuk campur tangan Sinode GPSDI melalui Wakil Ketua Pdt Lie A Min BMATH, para tokoh Kristen mulai MUKI Sumut, MUKI Medan, para aktivis Kristen hingga pelayanannya dapat berkibar kembali. “Karena saya sudah bertekad menyerahkan diri, sekali GPSDI tetap GPSDI. Bantulah kami untuk mengibarkan panji-panji gereja demi memuliakan-Nya,” harapnya.

Pdt Daniel K Sitorus menunjuk wisudawan yang sudah ditempa untuk menjadi utusan-Nya dan bekerja untuk-Nya. “Kami menempa mereka untuk berkarya di ladang-Nya. Silakan menyebar ke seluruh penjuru sebagaimana murid Yesus menyebarkan kabar suka,” tegasnya.

Mereka yang diwisuda adalah Dewina Gulo, Sadarman Zebua, Yedidian Zega, Mayer Hutauruk dan Ester Gulo. “Kami meraskan perubahan. Datang dari desa yang tak ada di dalam peta tapi ditempa untuk menyebarkan kabar suka. Kami berharap dukungan orangtua agar kami hidup bersama-Nya dengan segala suka duka. Karena menjadi pelayan-Nya adalah berani hidup susah tapi bahagia,” tegas Dewita Gulo yang putri Pdt Sojanolo Gulo.[br]

Ketua MUKI Sumut, Pdt Deddy Mauritz Simanjuntak SH MH MTh memastikan, para wisudawan adalah siap hidup susah karena sudah mengikuti pendidikan moral religi di MUKI. “Kami berharap oranguta menyiapkan putra-putrinya menjadi pelayan-Nya karena masyarakat berharap peran gereja melalui perutusannya melayani banga dan negara,” ujarnya.

Hadir di kegiatan itu puluhan gembala-gembala yang dikenal sebagai aktivis gereja. Di antaranya Pdt Krisman Saragih STh dari Gereja Pentakosta Sumatera Utara /P, eks relawan gempa tsunami Siberut - Sumbar Pdt Rijen Sihombing, Pdt Mardos Nababan. (R10/a)

Sumber
: Koran SIB
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru