Sabtu, 19 April 2025

Ada Potensi Konflik di Taiwan, RI Tegaskan Hanya Mengakui Satu China

Redaksi - Jumat, 05 Agustus 2022 09:57 WIB
349 view
Ada Potensi Konflik di Taiwan, RI Tegaskan Hanya Mengakui Satu China
(Foto: VOA)
Xi Jinping versus Tsai Ingwen. 
Jakarta (SIB)
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI angkat bicara terkait dengan kunjungan Ketua House of Representatives (HOR) atau Ketua DPR Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi ke Taiwan yang memicu kemarahan China.

Kemlu RI menyebut sikap RI mendukung 'One China Policy'.

"Indonesia tetap menganut kebijakan 'One China Policy'," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah dalam keterangannya di situs Kemlu RI, Kamis (4/8).

Keterangan Kemlu RI tanpa menyebut nama Pelosi dan kunjungannya ke Taiwan. Namun yang jelas, keterangan Kemlu RI terbit usai kunjungan Pelosi ke Taiwan dan berkembangnya situasi di Taiwan.

Adapun yang dimaksud dengan 'One China Policy', Indonesia hanya mengakui satu China, dalam hal ini Republik Rakyat China (RRC).

Taiwan adalah pulau di tenggara daratan China. Pemerintahan di Taiwan saat ini adalah kelanjutan dari Partai Nasionalis Kuomintang pimpinan Chiang Kai-sek, yang kalah perang melawan Partai Komunis China pimpinan Mao Zedong, pada 1949.

Sejak saat itu, Taiwan menjadi negara demokratis, beribu kota di Taipei, merasa punya kedaulatan terlepas dari kontrol RRC. Namun, di sisi lain, RRC merasa bahwa Taiwan adalah bagian darinya.

"RI hanya mengakui 1 China, tidak ada 2 China," kata Faizasyah saat dihubungi.

Indonesia menilai ada potensi konflik di Taiwan. Indonesia menyebut ada persaingan antara kekuatan besar, tanpa menyebut kekuatan besar mana yang dimaksud. Namun yang jelas, ada potensi gangguan keamanan akibat rivalitas dua raksasa itu.[br]



"Jika tidak dikelola dengan baik, rivalitas tersebut dapat menciptakan potensi konflik terbuka dan mengganggu stabilitas dan perdamaian yang ada, termasuk di Taiwan Strait," katanya.

Faizasyah mengatakan Indonesia mendorong semua pihak melakukan upaya nyata untuk mengurangi ketegangan yang dapat memperburuk situasi. Hal itu agar stabilitas di kawasan dapat terjaga.

"Dunia memerlukan kearifan dan tanggung jawab para pemimpin dunia agar perdamaian dan stabilitas dapat terjaga," ujarnya.

Sebelumnya, Pelosi dan rombongannya, yang mencakup enam anggota parlemen AS lainnya, tiba di Taipei pada Selasa (2/8) tengah malam waktu setempat.

Pada Rabu (3/8) pagi, Pelosi mengunjungi parlemen Taiwan kemudian kantor kepresidenan Taiwan untuk bertemu Presiden Tsai Ing-wen.

Kunjungan yang dilakukan di tengah rentetan ancaman dan peringatan keras China ini, menjadikan Pelosi dari Partai Demokrat AS ini sebagai pejabat AS dengan posisi tertinggi yang mengunjungi Taiwan dalam 25 tahun terakhir.

Kedatangan Pelosi ke Taiwan itu disambut China dengan latihan militer. Militer China mengatakan dalam siaga tinggi sebagai tanggapan kunjungan tersebut.

Kini Pelosi telah meninggalkan Taiwan usai menuntaskan kunjungan kontroversial yang memancing amarah China. (detikcom/d)





Sumber
: Koran SIB
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru