Jakarta (SIB)
Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar mengungkap keistimewaan Masjid Istiqlal setelah direnovasi. Menurut Nasaruddin, Presiden Jokowi pun senang dan gembira melihat kondisi Masjid Istiqlal setelah renovasi.
"Presiden sangat, bahagia, gembira, sangat senang melihat Masjid Istiqlal sudah seperti ini. Dia bandingkan waktu sebelum direnovasi, masyaallah," kata Nasaruddin saat ditemui di Kompleks Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Minggu (10/7).
Nasaruddin menyebut, Istiqlal mendapat penghargaan World Bank dengan kategori masjid paling bersih dan bebas dari Covid-19.
"Baru saja kita mendapatkan penghargaan internasional, dari World Bank, tepatnya Washington DC, bahwa rumah ibadah paling bersih dan hijau adalah Masjid Istiqlal," ujar Nasaruddin.[br]
"Ini mengalahkan seluruh masjid dan tempat ibadah di seluruh dunia ya. Ini kami juga mendapatkan pekerjaan bahwa satu-satunya masjid yang katakanlah bebas Covid itu di ruang utama, sudah dua kali lab ya meneliti tidak ada. Alhamdulillah karena telaten kita memelihara kebersihan dan kesucian," lanjut Nasaruddin.
Nasaruddin juga menjelaskan sistem keamanan Istiqlal. Dia menyebut, ada 160 CCTV yang tersebar di masjid dan bisa mendeteksi seluruh pergerakan.
"Kemudian juga kita mampu mendeteksi tingkat kriminal yang ada di sekitar masjid dan rumah ibadah, seperti itu. Karena CCTV kita ini ada 160 dan sangat canggih, pergerakan apapun bisa terdeteksi tempo hitung detik," ujarnya.[br]
"Misalnya kehilangan handphone atau ambil handphone, itu jangan coba-coba, karena dalam hitung detik itu bisa ketahuan," imbuhnya.
Selain itu, Nasaruddin melanjutkan, Masjid Istiqlal mempunyai program pendidikan untuk tingkat universitas yang dibiayai Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Mereka yang diterima dalam program kader ulama tersebut alan menjalani pendidikan di Universitas Al-Azhar dan Universitas Harvard.
"Dan kita melakukan pendidikan disebut kader ulama, dan satu-satunya di dunia pendidikan kader ulama perempuan. Pendidikan kader ulama perempuan itu sepenuhnya diberi beasiswa oleh LPDP, dan itu nanti akan ada program 6 bulan di Al-Azhar University dan 6 bulan di Harvard University, dan itu nanti akan melahirkan ulama dunia," tutur Nasaruddin.
Nasaruddin menyebut, jebolan program kader ulama Masjid Istiqlal kerap diminta oleh para duta besar untuk dijadikan imam di negara tempat mereka bertugas.[br]
"Alhamdulillah telah kami undang para dubes. Kemarin ada 40 dubes di sini. Ada di antara mereka minta alumni pendidikan kader ulama kita itu jadi imam di negeri masing-masing.
Jadi belum selesai program pendidikannya sudah di order teman-teman kita dari Amerika, Jepang, Korea, dan beberapa negara lain, minta alumni kader ulama ini untuk menjadi imam di negara mereka masing-masing," kata Nasaruddin.
"Kenapa bukan dari Timur Tengah, kenapa bukan dari Arab? Bahkan Qatar dan Emirat juga minta ke kita untuk menjadi imamnya. Kenapa? Karena kita, memang salah satu kebanggaan kita di sini adalah mampu memberikan pencerahan atau moderasi umat beragama yang menekankan aspek kebersamaan," lanjutnya. (detikcom/f)