Jakarta (SIB)
Pemerintah terus memperbarui data terkait kasus Corona di Indonesia. Kasus Corona di Indonesia dilaporkan bertambah 1.173 kasus, Kamis (16/6).
Data perkembangan penyebaran Covid-19 ini dipublikasikan di situs Kemenkes, Kamis (16/6).
Dengan tambahan tersebut, jumlah total kasus Covid-19 yang ditemukan di Indonesia sejak Maret 2020 hingga kemarin menjadi 6.064.424 kasus. Dari jumlah tersebut, sebanyak 6.668 kasus masih positif Corona (kasus aktif).
Pada 15 Juni, tercatat ada penambahan 1.242 kasus Corona di Indonesia. Pada 14 Juni, kasus Corona RI bertambah 930.
Kemudian, pemerintah juga melaporkan tambahan 509 orang di Indonesia yang sembuh dari Covid-19 kemarin. Jumlah total yang telah sembuh dari Corona sebanyak 5.901.083 orang.
Lebih lanjut, juga dilaporkan 3 pasien positif Corona di Tanah Air meninggal dunia. Dengan demikian, jumlah total pasien positif Covid-19 yang meninggal sebanyak 156.673 orang.
Pemerintah tak lelah mengimbau warga menaati protokol kesehatan pencegahan Covid-19, yakni mengenakan masker, mencuci tangan menggunakan sabun dengan air yang mengalir, serta menjaga jarak.
Program vaksinasi Covid-19 juga tengah digencarkan agar tercipta kekebalan komunal (herd immunity).
Pemerintah juga telah menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 1 hingga 3 untuk menekan laju penyebaran Corona. Warga diminta menaati aturan yang diberlakukan selama PPKM agar pandemi virus Corona dapat teratasi.
Berdasarkan data sebaran per daerah, provinsi paling banyak melaporkan kasus Corona adalah DKI Jakarta dengan 696 kasus. Disusul Jawa Barat 158 kasus dan Banten 145 kasus.
Estimasi Puncak
Sementara itu, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan puncak subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 diperkirakan mencapai 20 ribu kasus per hari. Perkiraan itu berdasarkan pengamatan dari puncak kasus di negara lain.
"Jadi kalau puncak Delta dan Omicron di 60 ribu kasus sehari, kira-kira nanti estimasi berdasarkan data di Afrika Selatan mungkin puncaknya kita di 20 ribu per hari, karena kita pernah sampai 60 ribu paling tinggi kan," kata Budi dalam akun YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (16/6).
Budi menjelaskan, puncak kasus BA.4 dan BA.5 diperkirakan lebih rendah dari puncak Omicron dan Delta. Tingkat kematiannya juga jauh lebih rendah.
"Tetapi yang perlu kita lihat adalah bahwa fatality rate atau kematiannya jauh lebih rendah mungkin seper-dua belas atau sepersepuluh dari Delta dan Omicron," ujar Budi.
Budi memprediksi puncak kasus BA.4 dan BA.5 itu terjadi pada akhir Juli. Setelah itu, kasus diperkirakan turun lagi.
"Jadi kita percaya bahwa nanti akan ada kenaikan kira-kira maksimalnya mungkin 20 ribu per haru satu bulan sesudah diidentifikasi.
Jadi sekitar minggu ketiga, minggu keempat Juli dan kemudian nanti akan turun kembali," ujar Budi.
Selain itu, Budi menjelaskan mengenai level transmisi berdasarkan kriteria WHO. Budi mengatakan pemerintah memonitor ketat mengenai perubahan level status tersebut.
Masyarakat Indonesia diimbau untuk tidak perlu panik menyikapi kenaikan kasus Omicron BA.4 dan BA.5 kali ini. Tetap menerapkan protokol kesehatan dan mendapatkan vaksinasi Covid-19.
Masyarakat untuk segera melakukan booster vaksinasi Covid-19.
Minta
Terpisah, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meminta para kepala daerah untuk merespons penyebaran varian virus Covid-19 baru BA.4 dan BA.5.
Airlangga menjelaskan, varian baru dapat menular dengan cukup cepat, meski diperkirakan tidak akan menimbulkan kenaikan signifikan pada tingkat rawat inap dan kematian.
Untuk itu, setiap daerah diminta untuk mengantisipasi terjadinya puncak kasus dari varian baru ini. Terlebih Presiden Joko Widodo telah meminta agar proses vaksinasi dosis 3 dipercepat.
"Jumlah vaksin kita masih banyak sekitar 40 juta dalam stok sampai akhir tahun, dan 70 juta lagi yang akan dikirim. Diharapkan Dosis-3 akan didorong, khususnya di beberapa provinsi yang tingkat capaiannya masih rendah," jelas Airlangga dalam keterangan tertulis, Kamis (16/6). (detikcom/a)