Sejumlah peternak di Nagori (Desa) Parmonangan Kecamatan Jorlanghataran Simalungun resah. Pasalnya saat ini ratusan ternak sapi diduga mengidap Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
"Populasi sapi di Nagori Parmonangan 600 ekor dan saat ini rata-rata telah mengidap PMK. Mulut dan lidah sapi tampak luka-luka hingga sulit mengunyah dan makan. Kuku sapi terlihat pecah-pecah membuat ternak sulit berjalan," ujar Kepala Desa Parmonangan Prayetno di kediamannya Desa Parmonangan, Rabu (15/6).
Disebutkannya akibat penyakit yang diderita ternak, kondisi ratusan sapi dewasa saat ini tampak sudah kurus dan 8 anak sapi telah mati diduga akibat mengidap PMK.
Kata Prayetno, para peternak telah berupaya memberikan berbagai jenis obat-obatan dan suntikan dengan harapan penyakit yang menerpa sapi dapat teratasi, namun upaya tersebut tidak membuahkan hasil.
Diakuinya, Dinas Peternakan Kabupaten Simalungun telah memberikan obat, vitamin dan menyuntik sapi, namun kondisi kesehatan ternak belum ada tanda-tanda perubahan.[br]
"Para peternak sapi juga mulai bingung membayar bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) setiap bulannya, karena modal pembelian sapi yang dipinjam dari perbankan," tambah Prayetno.
Prayetno berharap kepada pemerintah agar menyediakan vaksin untuk mengatasi penyakit PMK yang menerpa ratusan ternak sapi di desa binaannya dan meminta perbankan memberikan keringanan dalam membayar bunga KUR.
Bertambah Terus
Sementara itu di tempat terpisah, Dekan Fakultas Peternakan IPB University Idat Galih Permana mengungkapkan, wabah PMK sudah menyebar di 186 kota dan kabupaten yang ada di 18 Provinsi di Indonesia. Jumlah angka hewan ternak yang terjangkit PMK juga terus bertambah.
"Kalau kita lihat perkembangan sampai hari ini sudah menyebar 18 provinsi dan 186 kabupaten/kota. Yang sudah terjangkit sebanyak 165 ribu lebih ekor ternak yang sudah terpapar PMK, artinya setiap hari, (PMK) ini bertambah terus," kata Idat di IPB Branangsiang Kota Bogor, Rabu (15/6).
"(Terus menyebar) Karena kemarin data sebarannya di 182 kabupaten dan kota, sekarang sudah 186 kabupaten dan kota, yang dalam satu hari ini wilayah terinfeksi PMK," tambahnya.
Sebagai bentuk respon dan upaya penanggulangan, kata Idat, kemudian IPB University membentuk tim satgas pengendalian PMK yang melibatkan pakar penyakit hewan, peternakan dan mahasiswa.
"Tentunya ini berangkat dari keprihatinan kita semua, civitas dan mahasiswa ipb, karena ini bukan hanya penyakit terjadi hewan saja tetapi juga soal hajat hidup orang banyak, para petani juga para peternak," kata Idat.
"Untuk merespon wabah PMK ini kemudian IPB, kemudian membuat tim penanganan PMK, yang dimana pada beberapa waktu lalu juga sudah menerjunkan tim dosen dan mahasiswa untuk melakukan penanganan ke beberapa daerah di Jawa Barat," tambahnya.[br]
Anggota tim satgas pengedalian PMK ini nantinya akan dikirim ke daerah-daerah yang diperlukan penanganan agar wabah PMK dapat dikendalikan. Tim Satgas yang terdiri dari dosen, mahasiswa dan sarjana Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) itu akan melakukan pendampingan terhadap peternak dalam penanganan wabah PMK, melakukan pengobatan hingga melakukan proses vaksinasi terhadap hewan ternak yang terpapar PMK, terutama sapi dan domba.
"Tugas mereka di antaranya yakni adalah membantu pengendalian penyakit hewan, katakanlah membantu memberi obat-obatan, melakukan disinfekstan, antibiotik dan lain sebagainya. Mudah-mudahan nanti vaksin juga datang dan mereka sudah siap melakukan proses atau program vaksinasi," katanya.
"Vaksin sudah datang 10 ribu, akan datang kembali 8 ribu, selanjutnya akan dikirim kembali, sekarang kita tunggu arahan selanjutnya dari pemerintah," tambahnya. (D9/detikcom/d)