Jakarta (SIB)
Putra mendiang diktator Filipina Ferdinand Marcos meraih kemenangan telak dalam pemilihan presiden yang digelar pada Senin (9/5) waktu setempat.
Dilansir dari kantor berita AFP, Selasa (10/5), dengan penghitungan awal yang hampir selesai, Ferdinand "Bongbong" Marcos Junior telah memperoleh lebih dari 50 persen suara, dan lebih dari dua kali lipat jumlah suara saingan terdekatnya, Leni Robredo yang liberal.
Kemenangan Marcos merupakan pukulan telak bagi jutaan warga Filipina liberal yang mengharapkan perubahan setelah enam tahun pemerintahan yang semakin otoriter oleh Presiden Rodrigo Duterte. Putri Duterte, Sara memenangkan kursi wakil presiden (Wapres) dengan telak, yang dipilih secara terpisah.
Marcos junior dengan tegas menolak untuk mencela tindakan brutal dan koruptif keluarganya selama berkuasa di negeri itu.
Dengan ingatan tentang rezim yang memudar seiring waktu dan dilumuri oleh posting Facebook yang menyesatkan yang tak terhitung jumlahnya, para pemilih Filipina beralih ke Marcos untuk menghidupkan kembali apa yang dianggap banyak orang sebagai kejayaan masa lalu.
"Dia akan mengangkat negara kita dari kemiskinan yang kita alami sekarang," kata pendukung dan pensiunan polisi Anthony Sola, yang menyebut dirinya sangat gembira dengan kemenangan Marcos.
Pria berusia 50 tahun itu menepis tuduhan bahwa keluarga Marcos mencuri sekitar US$ 10 miliar selama periode terakhir kekuasaan mereka. "Saya tidak percaya mereka mencuri uang, karena jika mereka melakukannya, mereka seharusnya sudah dipenjara," cetusnya.
Menyampaikan pidato larut malam dari markas kampanyenya di Manila, Marcos berterima kasih kepada para sukarelawan atas "pengorbanan dan pekerjaan" selama berbulan-bulan.
Tapi dia belum mengklaim kemenangan, seraya mengingatkan bahwa "penghitungan belum selesai". Komisi Pemilu belum mengumumkan hasil penghitungan resmi.
Di jalan-jalan, ratusan pendukung yang gembira menyalakan kembang api hingga larut malam, mengibarkan bendera nasional dan naik ke mobil-mobil yang diparkir untuk meneriakkan kemenangan.
Menangi
Presiden Filipina Rodrigo Duterte yang segera mengakhiri masa jabatannya bisa menghadapi dakwaan internasional terkait perang narkoba mematikan yang digaungkan pemerintahannya. Namun kemenangan yang diraih putrinya, Sara Duterte, dalam pemilihan wakil presiden (wapres) dinilai menunjukkan popularitas Duterte masih tetap tinggi.
Seperti dilansir AFP, Selasa (10/5), Sara berhasil mengamankan lebih dari separuh jumlah suara yang dibutuhkan dalam pemilu wapres pada Senin (9/5) waktu setempat. Hal ini menandai masih besarnya dukungan untuk nama Duterte yang menjadi buah bibir untuk kebrutalan dan impunitas di negara tersebut.
Lebih dari 6.200 orang secara resmi dilaporkan tewas dalam perang narkoba yang berlangsung sejak Duterte menjabat tahun 2016. Kebijakan perang narkoba itu memicu kecaman luas dan bahkan memicu penyelidikan oleh Mahkamah Pidana Internasional (ICC).
Cara pemerintahan Duterte menegakkan keadilan dengan cepat telah membuat banyak warga Filipina muak dengan birokrasi, korupsi dan disfungsi yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari.
Popularitas Duterte dinilai telah menular pada putrinya, yang oleh para pendukungnya dipandang sebagai tangan yang aman untuk melanjutkan warisan ayahnya -- dan melindungi ayahnya dari kemungkinan tuntutan pidana di Filipina maupun di luar negeri ketika dia mengakhiri jabatannya.
Kesuksesan Sara dalam pemilu wapres meneguhkan posisi keluarga Duterte dalam pusat politik Filipina untuk enam tahun ke depan dan memastikan nama Duterte dalam jajaran dinasti politik berpengaruh di negara tersebut.
Dengan pasangannya, calon presiden (capres) Ferdinand Marcos Jr -- putra mendiang diktator Ferdinand Marcos -- juga berhasil meraup keunggulan dalam pemilu presiden (pilpres) pada hari yang sama, dua keturunan dari pemimpin Filipina itu telah diangkat ke posisi terpilih yang tertinggi di negara tersebut.
Dalam kampanye, keduanya diketahui banyak menganut kebijakan-kebijakan Duterte, yang membuat khawatir para aktivis hak asasi manusia (HAM), jurnalis dan pemimpin keagamaan setempat.
Bersatunya Sara Duterte dan Ferdinand Marcos Junior telah menyatukan dua keluarga berpengaruh di Filipina. Meskipun perannya sebagai Wapres sebagian besar akan bersifat seremonial, jabatan itu menempatkan Sara sangat dekat dengan puncak jabatan tertinggi di Filipina dan dalam posisi terdepan untuk maju capres enam tahun mendatang.
Sara juga bisa memiliki pengaruh yang signifikan dalam pemerintahan selanjutnya. Sang ayah, Duterte, tentu berharap demikian ketika dia bersiap mengakhiri jabatannya pada 30 Juni mendatang, yang kemudian menjadikannya sasaran empuk untuk dituntut pidana. (detikcom/a)