Medan (SIB)
Sudah banyak usaha dilakukan manusia agar hubungan dengan Tuhan Allah dapat pulih kembali, seperti usaha menaati hukum Tuhan dengan mempersembahkan korban atau persembahan. Tapi semua usaha itu sia-sia, karena usaha tersebut tidak sempurna, tidak ada kemampuan manusia untuk memperoleh keselamatan.
“Tapi syarat keselamatan itu adalah korban, harus ada yang dikorbankan, syarat itu yang dibuat Tuhan. Syarat itu tetap dilakukan Tuhan sebagai syarat beroleh keselamatan, artinya harus ada yang dikorbankan atau dipersembahkan,†kata Bishop Emeritus GKPI Pdt Oloan Pasaribu MTh dalam khotbahnya pada peringatan Jumat Agung, wafatnya Yesus Kristus, Jumat (15/4) di Gereja GKPI Sriwijaya, Medan.
Korban itu, kata Pdt Oloan Pasaribu, adalah Tuhan Yesus sendiri yang mati tersalib di bukit Golgota. Yesus sebagai korban satu kali untuk selama-lamanya, karena korban selama ini selalu berulang sesuai kesalahan yang dibuat. Manusia beroleh pengampunan dosa lewat penyaliban Tuhan Yesus melalui proses panjang yang disebut dengan “Via Dolorosa†(lalan penderitaan).
Seorang manusia yang diurapi sebagai Raja terang pendeta yang akrab disapa Olpas ini menderita tidak berdaya, dipandang sangat memalukan. Tapi Firman Tuhan berkata bahwa hamba yang menderita akan berhasil, ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan. Karena, menderita adalah jalan yang ditempuh Yesus atas kehendak Bapa, sesungguhnya Dia dapat membuat jalan suka cita yang langsung ke Sorga.
“Memang banyak orang yang gagal memahami konsep Mesias yang menderita, ada pemahaman kalau menderita itu bukan Mesias. Sehingga ini menjadi bahan diskusi dimana-mana, bahkan jadi bahan olok-olokan. Itu dikarenakan orang gagal memahaminya. Yesus menderita karena turut merasakan penderitaan manusia, lalu Tuhan mengambil penderitaan kita.
Kalau kita satu dalam penderitaan Kristus, kita juga satu dalam dalam keberhasilan dan kebangkitanNya,†terangnya.
Kepada warga jemaat GKPI Pdt Oloan Pasaribu berpesan agar jangan lagi mau diperbudak dosa, lawanlah si jahat. Karena manusia sudah kembali jadi sangat berharga, sebagai mahkota ciptaan Tuhan sehingga harus melakukan segala kebaikan dan setia kepada Tuhan. “Keselamatan itu bukan datang dari nilai-nilai Hukum Taurat, tapi datang dari Alah di dalam Kristus.
Status kita sekarang adalah orang yang dibenarkan, dikuduskan, didamaikan, diampuni, ditinggikan, diangkat menjadi anak Allah, pewaris, pekerja utusan Tuhan agar seluruh dunia percaya dan diberkati Tuhan,†ungkapnya.
Dia (Pdt Oloan) juga berpesa agar jemaat menguatkan iman, karena dunia ini tempat untuk berbuah di tengah penuh tantangan dan cobaan. Karena Tuhan berfirman: Hendaklah engkau setia sampai mati dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan. Makanya umat manusia wajib untuk saling mengampuni.
Ibadah peringatan Jumat Agung ditandai dengan Perjamuan Kudus dipimpin Bishop Emeritus Pdt Oloan pasaribu didampingi Pdt Naomi Hutagalung STh, guru jemaat Pnt Dr J Lumban Gaol SE MSi. Tampak hadir dalam pelayanan ibadah Sekretaris jemaat Pnt Reynold Panggabean SE, bendahara jemaat Pnt Marudut Silalahi ST, mantan Guru Jemaat Pnt Haposan Purba, Pnt Henrico Sihombing. Tampak juga hadir Bendahara Umum PGI Wilayah Sumut Marnix Hutabarat dan lainnya. (A8/a)