Pandeglang (SIB)
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pandeglang menetapkan status tanggap bencana akibat gempa magnitudo (M) 6,6 mengguncang Banten. Status tersebut diputuskan usai gempa itu berdampak parah terhadap kerusakan rumah penduduk.
Hingga malam ini, BPBD Pandeglang mencatat sudah ada 263 rumah warga yang mengalami kerusakan. Ratusan rumah yang rusak akibat guncangan gempa itu berasal dari 23 kecamatan di Pandeglang.
"Berdasarkan keputusan bupati, Pemkab Pandeglang menaikkan status tanggap bencana setelah diketahui ada 23 kecamatan yang terdampak gempa," kata Plt Kepala Pelaksana BPBD dan Damkar Pandeglang Girgi Jantoro, Jumat (14/1).
Pemkab Pandeglang juga berencana mendirikan tenda-tenda pengungsian bagi warga. Sebab, sejumlah rumah warga ada yang mengalami rusak parah dan tak bisa dihuni kembali.
"Kami sudah koordinasi dengan BPBD Provinsi Banten dan BNPB akan menjamin kebutuhan dasar masyarakat yang terdampak. Khususnya untuk warga yang mengungsi akibat rumahnya mengalami rusak berat," ucapnya.
Hingga kini, BPBD Pandeglang masih terus mengupdate data kerusakan akibat gempa Banten. Petugas sudah diterjunkan ke lokasi-lokasi terparah untuk terus menyinkronkan data tersebut.
"Masih terus didata untuk kerusakan rumah dan korban baik korban jiwa maupun yang mengalami luka-luka. Laporan sementara ini baru ada dua warga yang luka ringan dan sudah ditangani puskesmas setempat," imbuhnya.
Diketahui, gempa bumi dengan M 6,6 terjadi di Sumur, Banten. Gempa ini tak berpotensi menimbulkan gelombang tsunami.
Gempa terjadi pada pukul 16.05 WIB. Lokasi gempa berada di koordinat 7,01 Lintang Selatan dan 105,26 Bujur Timur.
Pusat gempa berada di laut pada kedalaman 10 km. Getaran gempa dirasakan kuat di Jakarta dan daerah sekitarnya.
Bertambah
BPBD Pandeglang menyatakan rumah rusak di Kabupaten Pandeglang, Banten akibat gempa magnitudo (M) 6,6 bertambah. Jumlah rumah yang rusak menjadi 738 dari sebelumnya 263.
"Kemungkinan data bangunan rumah rusak itu terus bertambah," kata Girgi Jantoro, seperti dilansir dari Antara, Sabtu (15/1).
Bangunan rumah yang rusak tersebar di 27 kecamatan dan 113 desa. Namun yang terparah berada di Kecamatan Sumur, Cibaliung, Panimbang, Cimanggu, dan Cikeusik.
Dari 738 bangunan rumah yang rusak, 164 unit di antaranya mengalami rusak berat. Sedangkan 413 unit rusak ringan, dan 170 unit rusak sedang.
Sedangkan sarana pendidikan, kesehatan, pemerintahan, dan tempat ibadah yang rusak di antaranya gedung sekolah 13 unit, puskesmas 14 unit, kantor desa 3 unit, masjid 4 unit dan 1 unit tempat usaha.
"Kami hingga kini masih melakukan pendataan jumlah kerusakan bangunan dan belum mendata jiwa terdampak bencana," ucapnya.
Girgi mengatakan berdasarkan pengalaman bencana tsunami yang terjadi beberapa tahun lalu di Kabupaten Pandeglang, dipastikan korban bencana gempa kali ini akan menempati hunian sementara (huntara) sebelum mereka mendapatkan hunian tetap (huntap). Selain itu, para korban akan mendapatkan jaminan kehidupan dengan menerima kebutuhan bahan pokok, lauk pauk, dan lainya.
"Kami akan memberikan pelayanan terbaik kepada korban bencana agar mereka hidup layak. Kita yakin mereka bisa terpenuhi kebutuhan dasarnya karena berdasarkan pengalaman," imbuhnya.
Napi Dipindah
Gempa juga menyebabkan kerusakan pada bangunan Lapas Rangkasbitung. Ada 50 orang narapidana yang dipindah.
"Upaya evakuasi ini kami lakukan untuk melindungi keselamatan narapidana. Hari ini, Jumat (14/01) malam kami mengosongkan 5 kamar hunian dengan memindahkan 50 orang narapidana. Rinciannya adalah 25 orang dipindahkan ke Rutan Pandeglang, sementara 25 orang lagi dipindahkan ke Lapas Serang," kata Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Banten, Tejo Harwanto, kepada wartawan, Sabtu (15/1).
Pemindahan dilakukan pada Jumat (14/01) pukul 21.00 WIB dengan menggunakan dua unit mobil transpas dan satu unit mobil Polres Lebak, serta satu unit mobil Kejari Lebak dengan pengawalan anggota Polsek Rangkasbitung dan Polres Lebak. Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas III Rangkasbitung, Budi Ruswanto mengatakan, pihaknya mengumpulkan napi di luar ruangan saat gempa dan melakukan pengecekan kondisi bangunan. (detikcom/a)