Jakarta (SIB)
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Kepala BIN Budi Gunawan mengungkapkan berbagai kecurangan terkait karantina pencegahan Corona, termasuk joki karantina. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo meminta kasus joki karantina tak terjadi lagi.
"Tadi sudah disampaikan Pak Menkes, Pak Kabin, berkaitan fakta-fakta yang ditemukan masih ada lokasi-lokasi tertentu yang ditemukan bahwa untuk pasien yang dikarantina atau masyarakat yang dikarantina ini kemudian digantikan," ujar Sigit di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Kamis (6/1).
Sigit meminta semua petugas mewaspadai fenomena joki karantina dan berbagai kecurangan lainnya. Sigit mengatakan karantina harus diawasi dengan ketat agar Indonesia tidak kebobolan varian baru Corona.
"Apabila rekan-rekan melakukan kegiatan pengawasan secara ketat dari mulai proses masuk, kemudian masuk ke lokasi karantina, dan betul-betul dilaksanakan disiplin terhadap kegiatan di sana, maka itu tentunya akan sangat bermanfaat untuk menjaga, agar kita tidak kebobolan terkait dengan adanya varian baru ataupun varian lama," tuturnya.
Sigit menegaskan petugas tidak boleh lengah mengawasi para pelaku perjalanan luar negeri yang dikarantina. Dia meminta kecurangan terkait karantina tidak terulang.
"Tapi kalau kita lengah di situ, tentunya akan jadi masalah. Karena kita kemudian betul-betul dalam posisi yang kecolongan. Jadi saya minta ini tidak ada lagi, tidak boleh terjadi lagi. Tolong kerja samanya yang baik," jelas Sigit.
"Dalam kesempatan ini, tentunya bagi teman-teman apalagi dengan adanya tambahan aplikasi (Monitoring Karantina Presisi). Kalau bisa deteksi ada masyarakat yang mencoba keluar tapi tertangkap tentunya kita sepakat dari kepolisian, kalian akan kami beri reward terhadap yang mampu mengamankan masyarakat yang dikarantina yang belum waktunya tapi keluar," sambungnya.
Sigit juga berjanji menindak tegas petugas yang membantu pelaku karantina kabur. Petugas yang melanggar bakal dihukum.
"Kalau sampai terdeteksi ada konspirasi melepaskan, membebaskan yang belum waktunya, maka kita nggak segan-segan beri hukuman. Ini semua harus kita lakukan untuk jaga agar kita bisa memberikan pengawasan dan benteng utama betul-betul berjalan baik. Jadi saya harapkan ini jadi motivasi dan semangat rekan-rekan semua," imbuh Sigit.
Ungkap Kecurangan
Sebelumnya, Budi Gunawan membeberkan modus-modus kecurangan yang terjadi saat karantina untuk mencegah penyebaran virus Corona. Budi menjelaskan BIN menemukan banyak pelanggaran dan kecurangan di lapangan. Setidaknya ada tiga hal yang disoroti BIN.
"Dari hasil surveillance di lapangan, perlu saya informasikan bahwa faktanya masih banyak pelanggaran yang menunjukkan masih tidak disiplin dan tidak tertib dalam melaksanakan karantina. Masih banyak pemain-pemain pengganti," tuturnya.
Budi menjelaskan pelanggaran karantina kedua berkaitan dengan interaksi antara pelaku karantina dan orang yang tidak melakukan karantina. Dia mengungkap interaksi tersebut seperti dengan penjual makanan, driver ojek online (ojol), hingga teman-teman.
"Yang kedua, ada interaksi terjadi karena para penjual makanan, ojol, maupun saudara atau teman-teman datang ke tempat karantina," jelas Budi.
Lebih lanjut, Budi mengatakan kecurangan ketiga berbentuk adanya pelaku karantina yang bernegosiasi dengan petugas supaya bisa karantina mandiri di rumah.
"Termasuk upaya untuk negosiasi membujuk para petugas bisa karantina mandiri di rumah," ujarnya.
Kreatif
Sementara itu, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin yang mendengar adanya joki karantina selama pandemi Covid-19, menyindir pihak yang menggunakan jasa joki karantina ini.
"Orang Indonesia itu kreatif-kreatif. Untuk vaksinasi ada namanya joki vaksinasi, saya dengar juga untuk karantina ada joki karantina," ujar Budi di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Kamis (6/1).
Budi meminta petugas mengawasi secara ketat para pelaku karantina meski kini sudah ada aplikasi Monitoring Karantina Presisi. Dia meminta para pelaku karantina tetap dicek secara fisik di kamar masing-masing.
"Itu kalau nanti kalau aplikasinya (Monitoring Karantina Presisi) sudah dipasang secara acak atau random, dicek juga secara fisik," tuturnya.
Lebih lanjut Budi mengungkapkan khawatir pelaku karantina menggunakan jasa joki karantina. Dirinya khawatir orang yang ada di dalam kamar karantina bukanlah pelaku karantina yang sebenarnya.
"Jadi coba dicek, apakah diketok kamarnya, jangan-jangan HP-nya ditinggalin, orangnya nggak ada. Atau ada HP, ada orangnya, cuma orangnya dijokiin dengan yang lain," imbuh Budi. (detikcom/d)