Medan (SIB)
Pengacara Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi merespons laporan pelatih biliar Sumut untuk PON Papua, Khoirudin Aritonang atau Choki, ke polisi. Pihak Edy menduga Choki yang dijewer dan diusir di depan umum itu 'ditunggangi' orang lain.
"Rekaan Pak Edy, itu ditunggangi orang," kata ketua tim pengacara Edy, Junirwan Kurnia, kepada wartawan, Rabu (5/1).
Junirwan tidak menjelaskan, siapa yang menunggangi Choki. Dia mengatakan, Edy heran mengapa Choki sampai melapor ke polisi padahal diberi tali asih.
"Prihatin, kenapa sampai begitu. Dia merasa aneh saja, orang yang dibina dia, mendapat kontribusi setiap bulan, dapat tali asih, kok seperti itu," tuturnya.
Junirwan menjelaskan, peristiwa itu versi mereka. Edy disebut berbicara di acara itu sebagai seorang pembina.
"Dasar beliau memberikan pengarahan sebagai pembina berdasarkan Pasal 33 UU Nomor 3 Tahun 2005. Pemprov di situ sebagai pembina. Jadi bukan semata-mata karena gubernur. Dia punya legalitas," ucapnya.
Saat itu, kata Junirwan, Edy melihat Choki tidak fokus mendengarkannya saat memberikan pengarahan. Untuk itu, Edy memanggilnya ke depan.
"Konteksnya saat itu, ketika seorang pembina memberikan nasihat kepada insan olahraga, posisi beliau itu begini (bersender ke kursi). Ini yang lihat bukan cuma Pak Edy saja. Artinya, sebagai pembina, didengarlah. Jadi bukan tepuk tangannya. Sewaktu (Choki) dipanggil ke depan, Pak Edy terkejut mendengar dia pelatih. Bukan dalam konteks tepuk tangannya, tapi dia tidak mendengar mungkin apa yang terjadi di ruangan itu. Makanya dipanggil," ujar Junirwan.
Junirwan mengatakan saat itu Edy menepuk bahunya dulu. Baru kemudian ingin memegang kupingnya, tapi Choki langsung menolak.
"Tidak dijewer dulu, dipegang dulu bahunya, kemudian dipegang telinganya, dia mengelak, seakan dijewer. Jadi baru tersentuh, dia mengelak, seakan dijewer. Kan dia dikasih mik di situ, kan diajak dialog. Kemudian tanpa izin dia turun, Pak Edy tersinggung," jelasnya.
Junirwan kemudian menjelaskan rasa sayang Edy kepada pelatih dan atlet PON. Meski peristiwa itu terjadi, Edy disebut tetap memberikan bonus kepada Choki.
"Faktanya, walaupun dia begitu, Pak Edy tetap mencairkan bonusnya. Rp 100 juta untuk dia pribadi, gajinya Rp 6 juta," sebut Junirwan.
Junirwan berharap masyarakat memahami substansi dari permasalahan yang dialami Edy dan Choki.
"Kami harapkan publik berpikir secara jernih dan memahami substansi permasalahan itu. Dan pihak-pihak tertentu, tahanlah syahwat politik Anda dan ego penghakiman Anda terhadap klien kami," paparnya.
Untuk diketahui, tiga orang tim pengacara yang ditunjuk Edy dalam kasus ini adalah Junirwan Kurnia, Mardhi Santawijaya, Amwizar. Junirwan Kurnia menjadi ketua tim pengacara.
sayangkan
Terpisah, Ketua Umum Pengprov Persatuan Olahraga Biliar Indonesia (POBSI) Sumut Salomo TR Pardede SE MM menyayangkan kasus Jewer Kuping yang dilakukan Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi kepada Mantan Pelatih Biliar Sumut Khairuddin Aritonang alias Choki dibawa ke ranah hukum.
Salomo memberikan pernyataan resmi, Rabu (5/1) mengaku, tidak menyangka kasus tersebut sampai ke ranah hukum, padahal seharusnya bisa diselesaikan secara kekeluargaan melalui mediasi dari berbagai pihak.
Sejujurnya Salomo mengaku sangat terganggu pasca kejadian tersebut akibat pemberitaan yang viral di mana-mana.Sebagai Ketua Biliar Sumut dirinya merasa terganggu padahal seharusnya bisa cepat diredam seandainya semua pihak bisa dengan kepala dingin menyikapinya.
Dalam persoalan ini, Salomo menegaskan dan meminta agar kejadian yang dialami Choki tidak dikait-kaitkan dengan POBSI Sumut, sebab hal itu adalah persoalan pribadi dia.
Kemudian kata Salomo, posisi Choki sebagai pelatih Biliar Sumut telah berakhir semenjak berakhirnya pelaksanaan PON Papua."Dia diangkat sebagai pelatih mulai dari persiapan hingga berakhir PON Papua.Hal itu sesuai dengan SK dari KONI Sumut," kata Salomo.
Terkait laporan ke polisi, Salomo mengatakan, itu atas inisiatif Choki dan tidak pernah berkonsultasi dengan POBSI Sumut. Namun Salomo mempersilahkan jalur hukum yang ditempuh Choki karena itu adalah hak dia.
Sebenarnya kata Salomo, tindakan Gubernur terhadap Choki merupakan kedekatan ayah dengan anak, namun Choki menanggapi dengan serius. "Saya tidak membela Gubsu tapi kalau kita jujur gaya dan style kepemimpinan Edy Rahmayadi memang begitu, kita harus maklum,"kata Salomo.
Bahkan kata Salomo, Edy Rahmayadi sudah mengatakan bahwa aksi pegang kuping tersebut merupakan jewer sayang dan dia juga pasti tidak menyangka persoalannya panjang dan melebar kemana-mana hingga sekarang.
Lagi pula kata Salomo, upaya mediasi sudah dilakukan KONI Sumut dan POBSI Sumut kepada Choki agar persoalan tersebut tidak terlalu diangkat ke permukaan, namun Choki tetap dengan pendiriannya membawa ke ranah hukum.
Terkait pernyataan Choki di Media bahwa tidak ada bantuan pemerintah berupa peralatan ke POBSI Sumut, Salomo membantah, POBSI Sumut sudah pernah mendapat bantuan 4 unit meja biliar dari Pemprovsu melalui Disporasu dan KONI Sumut yakni meja divisi pool, snooker dan caroom, hingga sekarang meja biliar tersebut masih layak digunakan.
Sementara Ketua Harian Pengprov POBSI Sumut yang juga Pelatih Kepala POBSI Sumut Achmad Fadil Nasution ST mengatakan, kasus yang dialami Choki harus dipisahkan dengan keberadaan Pengrov POBSI Sumut secara organisasi. Kasus Choki kata Fadil adalah persoalan pribadi yang tidak ada sangkut pautnya dengan POBSI secara organisasi.
Hanya saja kata Fadil, yang bersangkutan pernah menjadi pelatih Biliar Sumut sehingga dikaitkan dengan organisasi POBSI. "Kami dalam hal ini tidak berkewajiban melakukan pembelaan terhadap Choki secara organisasi," kata Fadil.
Sebagai teman yang sama-sama pernah menjadi pelatih Biliar Sumut, Fadil bersama Ketua Umum Pengprov POBSI Sumut Salomo TR Pardede SE MM telah memberikan saran kepada Choki untuk "cooling down" dan melakukan upaya mediasi, namun yang bersangkutan tetap pada pendiriannya.
Menambahkan apa yang disampaikan Salomo Pardede terkait perhatian dan bantuan Pemprovsu, Disporasu dan KONI ke POBSI Sumut, Fadil mengaku telah mengalami perbaikan dan peningkatan tahun demi tahun seperti uang pembinaan atlet berupa honor begitu juga terhadap pelatih yang mengalami peningkatan.
"Saya sebagai pelatih harus jujur mengatakan bahwa bantuan dan fasilitas yang kami terima selama ini sudah semakin baik," kata Fadil.
Kemudian kata Fadil, komitmen Pemprovsu melalui Gubernur Edy Rahmayadi dan Wagub H Musa Rajeck Shah terhadap olahraga tidak diragukan lagi terbukti dengan peningkatan anggaran olahraga yang sangat signifikan.
Jadi kata Fadil, persoalan yang dialami Choki biarlah diposisikan secara proposional dan masyarakat pasti bisa menilai duduk persoalan sebenarnya.
Intinya, Fadil menegaskan hubungan POBSI Sumut dengan KONI Sumut pasca kejadian tersebut tetap solid dan tidak mengganggu komitmen POBSI Sumut untuk tetap membina atlet menyongsong PON XXI 2024. (Detikcom/R9/Rel/a)