Kamis, 19 Desember 2024

Banjir Landa Sulsel, Jalan Trans-Sulawesi Ditutup

* Banjir Rob Rendam 100 Rumah di Polman Sulbar
Redaksi - Rabu, 08 Desember 2021 07:50 WIB
360 view
Banjir Landa Sulsel, Jalan Trans-Sulawesi Ditutup
Foto Ant/Arnas Padda
BANJIR: Relawan mengevakuasi warga saat terjadi banjir di Kelurahan Batua, Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (7/12). Ratusan rumah di daerah itu terendam banjir akibat curah hujan yang tinggi dan sebagian warga sudah mulai mengungsi.<
Pangkep (SIB)
Hujan deras selama tiga hari yang mengguyur Sulawesi Selatan mengakibatkan sejumlah kabupaten dan kota tergenang banjir.

Polisi pun terpaksa menutup jalur bagi pengendara motor dan mobil akibat Jalan Trans Sulawesi di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) terendam banjir hingga sekitar 1 meter.

Penutupan Jalan Trans Sulawesi ini dilakukan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.

Apalagi, arus banjir yang menggenangi jalan trans di Pangkep cukup deras. Bahkan, kabel listrik yang melintang ikut terseret banjir.

Kepala Seksi Hubungan Masyarakat Kepolisia Resor Pangkep Ipda Hasri Laco membenarkan jalan trans di Kabupaten Pangkep telah ditutup sementara sejak pagi.

Penutupan ini dilakukan, mengingat banjir terus meninggi dan arusnya pun cukup deras.

“Polisi terpaksa tutup jalan untuk menghindari jatuhnya korban akibat banjir ini karena ketinggian air sudah mencapai pinggang orang dewasa dan arusnya pun cukup deras,” kata Hasri saat dikonfirmasi, Selasa (7/12).

Hasri mengungkapkan, banjir pertama kali melanda Kabupaten Barru yang berada di sebelah Kabupaten Pangkep sejak Senin (6/12).

Kemudian banjir terus meluas hingga ke Kabupaten Pangkep serta kabupaten dan kota di Sulawesi Selatan. “Kalau Barru sejak kemarin banjir rob juga dan arus kendaraan terhambat. Kalau Pangkep, baru tadi pagi. Makanya kita tutup jalan trans dulu, karena sudah membahayakan.

Kalau banjir sudah surut, jalan trans kembali dibuka untuk dilalui kendaraan,” ungkapnya.

Sementara itu, Jalan Trans Sulawesi Selatan di Kota Makassar pun terendam banjir.

Ketinggian banjir di Jalan Perintis Kemerdekaan, Jalan Urip Sumoharjo dan Jalan Pettarani bervariasi mulai 30 hingga 50 sentimeter.

Banjir Rob
Sedikitnya 100 rumah warga di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat (Sulbar), terendam banjir rob dengan ketinggian mencapai 50 centimeter. Selain itu, satu kapal nelayan juga hancur akibat dihempas gelombang tinggi.

Peristiwa yang sempat menimbulkan kepanikan warga ini, terjadi di Lingkungan Ujung, Kelurahan Polewali, Kecamatan Polewali. Air mulai naik pada sore hari sekitar pukul 18.30 WIB.

Lurah Polewali Abdul Karim mengungkapkan, banjir rob yang terjadi kali ini lebih parah dibanding tahun sebelumnya. Ia menyebut, banjir akibat pasang surut air laut ini, kerap berlangsung selama beberapa bulan.

"Banjir rob yang terjadi kali ini lebih parah karena hujan di hulu, jadi bersamaan dengan air pasang datang,"ujar Karim kepada wartawan, Minggu (5/12) malam.

"Selama ini tiap tahun terjadi banjir rob di Kelurahan Polewali, khususnya di Lingkungan Ujung. Kemungkinan ini bisa terjadi sampai bulan tiga tahun depan," sambungnya, sembari memantau pemukiman warga yang terendam banjir.

Menurut Karim, pihaknya telah berulang kali melaporkan peristiwa tahunan ini ke pihak terkait, namun belum mendapat perhatian.

"Saya sudah tiga kali ini bermohon ke Balai, untuk dibuat tanggul atau pemecah ombak. Soalnya ada sekira 100 rumah penduduk di sini yang kena dampak, namun sampai saat ini belum ada tanggapan,"tutur Karim kecewa.

Peristiwa yang disebabkan pasang surut air laut ini, mengakibatkan sejumlah warga di daerah ini terpaksa mengungsi. Satu kapal nelayan senilai 100 juta rupiah juga hancur dihempas gelombang tinggi.

"Untuk sementara ada yang mengungsi tiga keluarga. Ada kapal nelayan, bagang nilainya 100 juta rupiah, hancur dihantam ombak. Kita bermohon pemerintah memberi perhatian, membangun tanggul untuk mengamankan pemukiman masyarakat saya," pungkas Karim.

Salah satu warga setempat, Saparuddin berharap pemerintah segera turun tangan memberikan perhatian. Fenomena naiknya muka air laut, membuat mereka hidup dalam keresahan.

"Karena itu, kami sangat berharap kepada pemerintah agar segera membangun tanggul pemecah ombak. Soalnya kami semua yang ada di sini sangat khawatir, setiap kali kondisi seperti ini terjadi," kata Saparuddin.

Mencegah timbulnya kerugian yang lebih besar, warga yang rumahnya terendam banjir rob, memilih mengamankan harta bendanya ke tempat aman. Sementara lainnya, beramai-ramai menambatkan perahu mereka ke daratan, agar tidak hancur dihempas gelombang tinggi.

Sebagian warga juga memilih berjaga di pinggir pantai, sembari memantau kondisi ombak, untuk mengantisipasi terjadinya hal tidak diinginkan. (Kps.com/detikcom/d)

Sumber
: Koran SIB
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru