Bridgetown (SIB)
Barbados secara resmi menetapkan diri sebagai republik pada Senin (29/11) tengah malam waktu setempat. Negara kepulauan Karibia ini juga mencopot Ratu Inggris Elizabeth II sebagai kepala negara, dalam seremoni khidmat yang dihadiri Putra Mahkota Inggris, Pangeran Charles, pada Selasa (30/11).
Seperti dilansir AFP, Selasa (30/11), menyimbolkan serah terima bersejarah, bendera Royal Standard yang mewakili Ratu Elizabeth II diturunkan dalam seremoni pelantikan Gubernur Jenderal Dame Sandra Mason sebagai Presiden pertama Barbados.
"Saya, Sandra Prunella Mason, bersumpah bahwa saya akan setia dan memiliki kesetiaan sejati pada Barbados sesuai hukum, bantu saya Tuhan," ucap Mason saat membaca sumpah jabatannya sebagai Presiden Barbados.
Era baru bagi negara dengan penduduk 285.000 jiwa ini mengakhiri pengaruh Inggris selama berabad-abad, termasuk saat perbudakan selama lebih dari 200 tahun hingga tahun 1834.
Jam malam yang diberlakukan sejak lama selama pandemi virus Corona (Covid-19) ditangguhkan sementara demi memberikan kesempatan warga Barbados untuk merayakan penetapan itu, yang mencakup pertunjukan kembang api yang menandai transisi bersejarah ini.
"Saya ingat di masa lalu kita akan sangat bersemangat soal Ratu dan Pangeran Charles dan Putri Diana dan pernikahan kerajaan," ucap Anastasia Smith (61) yang berprofesi sebagai perawat, kepada AFP.
"Tapi saya tidak tahu apakah kita pernah benar-benar melihat mereka sebagai keluarga kerajaan kita. Sekarang, semua orang bicara soal republik. Saya tidak yakin apakah hidup saya akan berubah. Tapi saya pikir kita melakukan hal yang benar dan ini menjadi momen membanggakan bagi Barbados," ujarnya.
Seremoni 'Pride of Nationhood' digelar tertutup untuk publik lebih luas, namun warga Barbados yang paling terkenal, penyanyi Rihanna, hadir bersama para pejabat tinggi dalam acara itu. Seremoni itu juga dilengkapi parade militer.
Barbados yang terkenal dengan pantainya ini mendapat kemerdekaan dari Inggris tahun 1966. Pada Oktober lalu, Barbados memiliki Mason sebagai presiden pertama -- setahun setelah Perdana Menteri Mia Mottley menyatakan negara itu akan sepenuhnya meninggalkan masa lalu kolonial. (Detikcom/a)