Jakarta (SIB)
Menko PMK, Muhadjir Effendy, mengatakan, mobilitas warga akan diperketat selama penerapan PPKM level 3 se-Indonesia di masa libur Natal dan tahun baru. Namun Muhadjir memastikan tak ada penyekatan selama masa pemberlakuan kebijakan tersebut.
"Mobilitas tentu saja akan diperketat, terutama dalam kaitannya dengan protokol kesehatan, termasuk swab antigen mungkin juga ada yang perlu masih PCR, kemudian vaksin terutama mereka yang akan bepergian. Tapi intinya sesuai arahan bapak presiden tidak ada penyekatan," kata Muhadjir kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (18/11).
Muhadjir mengimbau masyarakat tidak bepergian selama libur Natal dan tahun baru. Dia meminta masyarakat mengatur ulang kegiatan tapi kegembiraan tetap terjaga.
"Tetapi kita imbau kita serukan kepada seluruh masyarakat untuk tidak bepergian kecuali untuk tujuan-tujuan primer. Lebih baik mulai sekarang mendesain, merencanakan kegiatan menyongsong libur Nataru yang bersifat keluarga saja tapi nyamannya, gembiranya tetap terjaga," ujar Muhadjir.
Muhadjir juga akan berkoordinasi dengan para tokoh agama mengenai pembatasan selama libur Natal dan tahun baru. Pemerintah ingin pembatasan tersebut tidak mengganggu kekhidmatan masyarakat dalam melaksanakan ibadah.
"Begitu juga kaitannya dengan mereka yang akan merayakan dan melaksanakan ibadah Natal, itu juga akan begitu. Kami akan berkonsultasi dengan tokoh-tokoh agama baik itu dari Katolik, saya sudah berkontak dengan Bapak Kardinal.
Kemudian juga tokoh-tokoh dari Protestan untuk nanti kita ingin dapat masukan, gimana. Jangan sampai pembatasan dalam rangka libur Nataru ini mengurangi kekhusyukan dan makna ibadah Natal itu sendiri," imbuh Muhadjir.
Perihal syarat perjalanan, Muhadjir mengatakan hal itu akan diatur lebih lanjut oleh Menhub dan Kapolri. Namun dia memastikan tak ada perubahan yang berarti prinsipil.
"Syarat perjalanan nanti akan diatur lebih lanjut oleh Pak Menhub. Pak Menteri Perhubungan dan Kapolri. Jadi sekarang sedang berkoordinasi intensif. Tapi insyaallah nggak ada hal-hal yang prinsip, nggak ada perubahan-perubahan yang prinsip," tutur Muhadjir.
Tak Boleh Besar Kepala
Pemerintah mengingatkan mengenai pandemi Covid-19 yang belum berakhir.
"Sangat urgen. Karena kita tahu bahwa pandemi belum selesai. Memang beberapa indikator Covid-19 di kita sangat baik, mulai dari angka kasus-kasus kemudian kematian dan kasus aktif, kita memang landai bahkan mungkin sekarang dalam posisi terbaik di dunia dan banyak sekali negara yang memuji kemampuan kita meredam lonjakan gelombang kedua," ujar Muhadjir Effendy.
Muhadjir meminta masyarakat tidak lengah. Dia menyinggung kenaikan kasus Covid-19 di Eropa.
"Tapi ini kan kita tidak boleh sembrono. Tidak boleh merasa gede kepala, besar kepala, bahwa kita sudah selesai. Karena kita tahu di beberapa negara termasuk di Eropa dan juga tetangga kita di kawasan Asia Tenggara, kondisinya masih sangat mengkhawatirkan. Karena itu, demi untuk keselamatan kita bersama, menjaga konsistensi Covid-19 sekarang ini. Maka arahan bapak presiden selama libur Nataru yang biasanya diikuti dengan pergerakan orang besar-besaran, itu kita perketat," ujar Muhadjir.
Dilarang
Muhadjir menyampaikan, salah satu poin dalam kebijakan PPKM level 3 akhir tahun ini adalah pelarangan pertemuan dalam skala besar. Prosedur penanganannya kini sedang dirumuskan oleh Polri.
"Dan salah satu kebijakannya sesuai arahan beliau, kita berlakukan seluruh secara nasional ketentuan yang berlaku pada PPKM level 3 plus tadi itu nanti kita akan batasi dan kita larang pertemuan-pertemuan yang skala besar. Misalnya apa? yaitu pesta old and new, itu kita larang yang dibolehkan pesta old and new di tingkat keluarga saja, mungkin 10, 15 keluarga masih dibolehkan," ujar Muhadjir.
"Tapi kalau di hotel menggelar rame-rame, hura-hura tidak boleh, apalagi kemudian diikuti pesta petasan kemudian pawai tahun baru itu semua akan dilarang dan sekarang sedang disiapkan protapnya oleh Bapak Kapolri," imbuh Muhadjir.
'Senjata Canggih'
Terpisah, Koordinator Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa Bali Luhut Binsar Pandjaitan mengibaratkan Indonesia sedang berperang melawan pandemi Covid-19. Kabar baiknya, Indonesia disebut sudah memiliki senjata yang cukup canggih dalam melawan pandemi Covid-19. Apa sih itu?
"Kalau saya ibaratkan dengan kondisi perang dengan PeduliLindungi kita sudah punya senjata canggih untuk mencegah kasus kembali meningkat," tuturnya dalam keterangan tertulis, Kamis (18/11).
Sejak awal peluncurannya, aplikasi PeduliLindungi disebut telah digunakan lebih dari 170 juta kali dengan rata-rata penggunaan harian lebih dari tiga juta. Luhut juga mengapresiasi konsistensi penggunaan QR Code PeduliLindungi untuk perlindungan masyarakat Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jenderal ini menjelaskan dalam 10 hari terakhir jumlah kasus harian nasional mampu dijaga di bawah kisaran 500 kasus per hari dan angka kematian juga menurun drastis.
"Dengan PeduliLindungi sebagai bagian integral dari strategi penanganan Pandemi Covid-19 hingga saat ini kita mampu menjaga kasus tetap pada tingkat yang rendah, meski mobilitas aktivitas masyarakat sudah sangat meningkat tajam," urainya.
Hanya saja, Luhut menegaskan kehati-hatian perlu dipertimbangkan atau dilakukan sehingga potensi kenaikan mobilitas pada periode Natal dan Tahun baru tidak terjadi. Ia melihat melihat kedisiplinan pemakaian aplikasi PeduliLindungi mulai menurun seiring menurunnya jumlah kasus positif.
Namun sekali lagi kita tidak boleh lengah, kita harus tetap hati-hati karena saat ini kasus dunia kembali meningkat," pungkasnya. (Detikcom/Detikhealth/a)