Jakarta (SIB)
Baliho elite PDI Perjuangan sekaligus Ketua DPR RI, Puan Maharani, terpasang di daerah-daerah. Apakah baliho Puan terkait Pilpres 2024?
Anggota DPR RI Fraksi PDIP Hendrawan Supratikno memberi penjelasan soal baliho Puan Maharani. Menurut Hendrawan, selain baliho, ada billboard Puan Maharani yang dipasang kader PDIP di Senayan.
"Yang dipasang itu bermacam-macam. Yang billboard itu spontanitas kolektif fraksi. Yang baliho dan spanduk ada yang dipasang oleh DPD/DPC, kader di daerah dan para relawan," kata Hendrawan, Senin (2/8).
"Yang anggota DPR memasang billboard," katanya.
Hendrawan menjelaskan maksud pemasangan baliho Puan Maharani dan billboard tersebut. Selain itu, Hendrawan menjelaskan pesan-pesan yang tertuang dalam baliho ataupun billboard tersebut.
"Ini ekspresi kegembiraan karena Mbak PM (Puan Maharani) adalah perempuan pertama Ketua DPR dari 23 ketua DPR dalam sejarah RI. Tagline-nya macam-macam. Ada yang berkaitan dengan imbauan perkuatan gotong royong menghadapi pandemi, penguatan semangat kebangsaan, dan dorongan optimisme menghadapi masa depan," ujar Hendrawan.
Lalu, apakah ada maksud politis di balik pemasangan baliho Puan Maharani? Hendrawan menepisnya sembari menegaskan PDIP fokus menangani pandemi Covid.
"Kami belum bicara 2024. Kami lebih fokus untuk memperkuat persatuan dalam menghadapi persoalan-persoalan berat yang sedang kita hadapi," kata Hendrawan.
Koreksi
Namun baliho Ketua DPR Puan Maharani tersebut dikomentari anggota DPR Fadli Zon. Fadli Zon mengoreksi diksi yang menurutnya salah.
"Mari gunakan bahasa Indonesia yg baik dan benar apalagi dlm bentuk baliho besar yg terpampang ke seantero negeri," kata Fadli Zon dalam cuitan Twitter yang dibagikan kepada wartawan, Senin (2/8). Fadli Zon menyatakan cuitannya ini terkait baliho Puan Maharani.
Adapun Fadli Zon mengoreksi kata 'kebhinnekaan' di dalam baliho Puan. Fadli menyebut komentarnya ini sekadar koreksi.
"Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yg benar itu 'kebinekaan' bukan 'kebhinnekaan'. Tapi kelihatannya semua baliho sdh dipajang. Sekedar koreksi," ujarnya.
Fadli Zon memerinci arti 'kebinekaan'. Fadli Zon juga berbicara soal persatuan.
"'Kebinekaan' artinya keberagaman, berbeda-beda. Harusnya bukan keberagaman (perbedaan) yg ditonjolkan, tp persatuan dlm keberagaman itu. Unity in diversity, 'Bhinneka Tunggal Ika' dlm serat 'Kakawin Sutasoma' karya Mpu Tantular. Jd jgn kita kepakkan sayap," ujarnya. Perbedaan, tapi persatuan.
Tepis
Menanggapi hal itu, Hendrawan Supratikno menyebut, koreksi yang disampaikan Fadli Zon pada penulisan 'bhinneka' di baliho Puan Maharani benar jika dilihat sesuai KBBI. Namun demikian, Hendrawan menyebut koreksi tersebut menjadi salah lantaran kata 'bhinneka' dalam baliho Puan Maharani mengikuti konteks 'Bhinneka Tunggal Ika'.
"Fadli Zon benar, dalam KBBI yang ada kebinekaan. Namun 'kebhinnekaan' benar bila yang diacu adalah konteks 'Bhinneka Tunggal Ika', dan itu konteks narasi tersebut," kata Hendrawan.
Hendrawan menyebut konteks yang ada dalam baliho Puan Maharani mengandung makna 'saling menghormati dan saling menghargai'. Sementara itu, koreksi yang disampaikan Fadli Zon, kata Fadli Zon, memiliki tafsir 'membesar-besarkan perbedaan'.
"Kebhinnekaan mengandung makna 'saling menghormati dan saling menghargai', jadi tidak benar tafsir 'membesar-besarkan perbedaan'," ucapnya.
Meski demikian, Hendrawan berterima kasih kepada Fadli yang selalu mengingatkan arti penting konteks. Dia lantas menyebut konteks lah yang membuat teks menjadi bermakna.
"Terima kasih untuk Pak Fadli Zon yang selalu mengingatkan kita terhadap arti penting konteks. Dalam kajian sastra dan budaya, 'konteks' membuat 'teks' menjadi penuh makna," ujarnya. (detikcom/a)