Selasa, 04 Februari 2025

Ribuan Warga Demo Tolak Wajib Vaksinasi Covid-19 di Yunani Berujung Rusuh

* Pembatasan Mobilitas Picu Gelombang Protes di Sejumlah Negara
Redaksi - Senin, 26 Juli 2021 09:53 WIB
385 view
Ribuan Warga Demo Tolak Wajib Vaksinasi Covid-19 di Yunani Berujung Rusuh
(Foto Dimitris Lampropoulos/Anadolu Agency via Getty Images)
ANTI VAKSIN: Ribuan pengunjukras anti-vaksin memegang spanduk dan mengibarkan bendera saat berbaris ke parlemen di Athena, Yunani, Sabtu (24/7). 
Athena (SIB)
Pusat kota Athena, Yunani dipadati ribuan pengunjuk rasa menentang vaksinasi wajib Covid-19 yang diatur pemerintah. Aksi ini sudah berlangsung 3 kali selama bulan Juli.

Seperti dilansir dari Reuters, Minggu (25/7) lebih dari 4.000 orang berunjukrasa di luar parlemen Yunani pada Sabtu (24/7). Mereka menentang vaksinasi wajib bagi para pekerja, seperti staf tenaga kesehatan dan perawat.

Seorang petugas polisi yang tidak ingin disebutkan namanya, menyebut aksi protes berlangsung ricuh usai beberapa pedemo melemparkan bom molotov ke arah polisi. Menanggapi lemparan tersebut, polisi Yunani menembakkan gas air mata dan meriam air guna membubarkan para demonstran.

Unjuk rasa serupa juga terjadi pada Rabu (21/7) lalu. Kekerasan juga tak dapat terhindarkan dalam aksi tersebut.
Menurut jajak pendapat terkini, mayoritas warga Yunani akan mendapatkan vaksinasi Covid-19. Saat ini, sekitar 45 persen dari 11 juta populasi telah divaksinasi lengkap.

Usai kasus Covid-19 melonjak, pemerintah Yunani telah mewajibkan vaksinasi untuk para tenaga kesehatan dan staf panti jompo. Para guru juga didesak untuk menjalani vaksin menjelang awal tahun ajaran baru September mendatang.

Yunani melaporkan hampir 2.500 kasus harian pada Sabtu (24/7). Dengan penambahan tersebut, kini total ada 474.366 kasus Covid-19 sejak awal pandemi, sementara ada 12.890 kematian hingga kini.

Protes
Sementara itu, lebih dari 100 ribu orang dilaporkan menggelar aksi protes di Australia, Prancis, Italia dan Yunani pada Sabtu (25/7) waktu setempat yang memicu bentrokan dengan polisi.

Sebagaimana dilaporkan AFP, massa menggelar protes lantaran tidak terima dengan sanksi pemerintah terhadap mereka yang tidak divaksinasi. Massa juga mengkritisi pembatasan mobilitas di masa pandemi yang ditujukan agar masyarakat lebih banyak divaksinasi.

Di Australia, puluhan pengunjuk rasa ditangkap setelah aksi protes mereka di Sydney. Kepolisian setempat mengecap mereka yang ambil bagian dalam aksi tersebut sebagai 'orang bodoh'.

Pihak peserta aksi menjuluki protes mereka sebagai unjuk rasa "kebebasan". Para peserta membawa tanda dan spanduk bertuliskan 'Bangun Australia'.

Sebelumnya juga di Sydney dilaporkan bahwa para demonstran melempari petugas dengan tanaman pot dan botol air karena mereka menentang perintah tinggal di rumah selama sebulan. Aksi tersebut pecah sehari setelah pihak berwenang menyarankan pembatasan dapat tetap berlaku hingga Oktober.

Lalu di Prancis, polisi mengerahkan gas air mata dan meriam air terhadap beberapa pengunjuk rasa. Diperkirakan 160 ribu orang turun ke jalan dalam protes nasional terhadap izin kesehatan Presiden Emmanuel Macron yang secara drastis akan membatasi akses ke restoran dan ruang publik bagi orang-orang yang tidak divaksinasi.

"Freedom, freedom," teriak para demonstran di Prancis, sembari membawa poster bertuliskan 'Macron, Tyrant'.
Di Italia, para pengunjuk rasa berkumpul di Roma untuk berdemonstrasi menentang aturan "Green Pass" untuk sekadar makan malam dan hiburan dalam ruangan.

Sementara itu Perdana Menteri negara bagian New South Wales Gladys Berejiklian mengaku 'muak' oleh para pengunjuk rasa yang 'tindakan egoisnya' telah membahayakan keselamatan banyak masyarakat.

Sejauh ini kepolisian telah mengeluarkan hampir 100 sanksi dan menangkap 57 orang, sementara di Melbourne tercatat enam orang telah ditangkap. (CNNI/detikcom/a)

Sumber
: Koran SIB
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru