Rabu, 12 Maret 2025
Mabes Polri Diserang

Jokowi: Tidak Ada Tempat Bagi Terorisme di Tanah Air

* Polri Audit Sistem Pengamanan Mabes dan Markas Kepolisian Se-Indonesia
Redaksi - Sabtu, 03 April 2021 08:11 WIB
614 view
Jokowi: Tidak Ada Tempat Bagi Terorisme di Tanah Air
Internet
Presiden Joko Widodo
Jakarta (SIB)
Mabes Polri, Jakarta, diserang kemarin. Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memerintahkan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, dan Kepala BIN Jenderal (Purn) Budi Gunawan meningkatkan kewaspadaan.

"Saya juga telah memerintahkan Kapolri, Panglima TNI, dan Kepala BIN untuk meningkatkan kewaspadaan," ujar Jokowi dalam video yang disiarkan kanal YouTube Setpres, Kamis (1/4).

Jokowi menegaskan tidak ada tempat bagi terorisme di Indonesia.

"Saya tegaskan sekali lagi, tidak ada tempat bagi terorisme di Tanah Air," katanya.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta seluruh masyarakat untuk tetap tenang.

"Terakhir terkait dengan terjadinya aksi terorisme kemarin sore di Mabes Polri saya minta kepada seluruh masyarakat di seluruh Tanah Air agar semuanya tetap tenang," kata Jokowi.

Jokowi juga meminta warga tetap waspada. Dia meminta agar seluruh masyarakat bersatu melawan terorisme.

"Tapi tetap waspada dan menjaga persatuan dan kita semuanya bersatu melawan terorisme," ujarnya.

Audit
Mabes Polri diserang oleh seorang wanita bernama Zakiah Aini yang membawa senjata kemarin sore. Pascaperistiwa itu, Polri melakukan audit sistem pengamanan di Mabes Polri dan markas kepolisian seluruh Indonesia.

"Makanya tetap kita lakukan audit. Masalah pengamanan kita lihat dari hasil audit, apabila ditemukan kekurangan-kelemahan, ini akan kita perbaiki. Ya mudah-mudahan hari ini sudah. Masalah pengamanan markas kepolisian tidak hanya di Mabes, tapi seluruh wilayah markas kepolisian. Tentunya pengamanannya akan lebih baik lagi dan terus meningkatkan kewaspadaan," ujar Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Rusdi Hartono kepada wartawan di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (1/4).

Rusdi mengatakan Polri menjadikan peristiwa kemarin sebagai pelajaran yang tak boleh terulang lagi. Dia menyebut segala kekurangan sistem pengamanan di markas kepolisian bakal diperbaiki ke depannya.

"Dengan peristiwa kemarin tentunya banyak belajar dari itu semua. Saya katakan kita akan mengaudit bagaimana pengamanan di Mabes Polri yang ada berjalan. Kalau masih ada kekurangan, kita perbaiki. Mudah-mudahan hari ini sudah makin baik, kewaspadaan tetap ditingkatkan. Mudah-mudahan ini tidak terulang lagi kejadian-kejadian semacam ini di Mabes Polri maupun markas-markas polisi di wilayah," terangnya.

Lebih lanjut Rusdi mengatakan pihaknya saat ini masih menyelidiki mengapa Zakiah Aini bisa lolos dari pemeriksaan. Dia kembali menegaskan, Polri kini melakukan audit di bagian sistem pengamanan.

"Ya ini sedang didalami (Zakiah Aini) sampai lolos seperti itu. Dan sekali lagi, itu menjadi bagian audit bagaimana pengamanan di Mabes Polri. Dan juga sekali lagi markas-markas polisi di kewilayahan," katanya.

Diketahui, Zakiah Aini menyerang Mabes Polri. Dia sempat melepaskan enam kali tembakan dalam tiga kesempatan.

Dua kali tembakan dilepaskan ke petugas di dalam pos jaga. Dua tembakan lagi dilepaskan ke petugas di luar pos jaga.

Atas hal itu, polisi menembak Zakiah Aini di lokasi. Zakiah Aini dinyatakan tewas tertembak di dada.

Tangkap
Sementara itu, sejumlah terduga teroris ditangkap oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri pasca-bom bunuh diri yang dilakukan L dan YSF di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Total ada 32 terduga teroris yang sudah ditangkap dari beberapa wilayah.

Dari 32 terduga tersebut, 18 orang ditangkap di Makassar. Mereka masuk kelompok Kajian Villa Mutiara dan berkaitan dengan L dan YSF.

"Penanganan terhadap pelaku, sampai siang hari ini Densus terus mengembangkan masalahnya. Telah diamankan sampai siang hari ini 18 yang diduga terlibat di dalam kasus Gereja Katedral di Makassar khususnya ini kelompok Villa Mutiara," ujar Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Rusdi Hartono kepada wartawan di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (1/4).

Rusdi mengungkapkan, satu dari 18 terduga teroris yang ditangkap di Makassar merupakan otak pembuat bom berinisial W. Polisi terus mengembangkan kasus tersebut.

Selain itu, Densus 88 juga menangkap tujuh terduga teroris di Jakarta yang sebelumnya disebutkan ada lima. Namun Rusdi tidak menjelaskan secara rinci siapa dan di mana dua terduga teroris yang baru ditangkap.

"Nanti kita update, yang jelas sudah 7 dan akan dikembangkan terus. (Ditangkap di) Jakarta dan sekitarnya. Ini belum diketahui untuk Jakarta jaringan mana, masih didalami oleh Densus. Nanti apabila sudah tuntas tugas Densus, rekan-rekan akan tahu ini jaringan mana," katanya.

Selanjutnya, lima orang terduga teroris ditangkap di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Mereka masuk jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

"Kemudian untuk penahanan lain di NTB tetap 5. Di Jawa Timur, ada 2 yang diamankan. Di Jakarta sudah 7 yang Condet dan Bekasi. Sekarang jumlahnya sudah 7 yang diamankan Densus 88 (di Jakarta)," tutur Rusdi.

Lebih lanjut, Rusdi mengatakan dari 20 orang yang menjadi korban bom bunuh diri di depan Gereja Katedral, masih ada 4 yang dirawat di RS Bhayangkara. Keempat korban itu kondisinya semakin membaik.

"Dari 20 korban kasus Gereja Katedral di Makassar, alhamdulillah sekarang tinggal 4 korban yang masih di Rumah Sakit Bhayangkara di Makassar. Tinggal 4 dirawat dan mudah-mudahan keempatnya pun keadaannya semakin membaik," tutupnya. (detikcom/d)

Sumber
: Hariansib.com edisi cetak
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru