Kamis, 24 April 2025

Ditekan, Media Besar Jack Ma Terancam Pemerintah China

Redaksi - Senin, 22 Maret 2021 09:59 WIB
510 view
Ditekan, Media Besar Jack Ma Terancam Pemerintah China
Foto: Getty Images/AFP/P. Lopez
Jack Ma
Jakarta (SIB)
Jack Ma tampaknya masih terus diganggu. Kali ini perusahaannya Alibaba dipanggil pemerintah China terkait teknologi deepfake.
Untungnya kali ini Alibaba Group tidak sendirian. Mereka bersama Tencent, ByteDance, Xiaomi, Kuaishou dan perusahaan teknologi China lainnya --total 11 perusahaan-- ditanyai pemerintah China urusan keamanan siber.

Seperti dilihat dari Reuters, Sabtu (20/3) China memanggil mereka dalam pertemuan pada Kamis (18/3) melalui badan ruang siber dan kementerian keamanan. Yang dibahas adalah potensi keamanan dan masalah dari aplikasi deepfake dan audio sosial.

Alibaba Group dan perusahaan lain tentunya tutup mulut usai pertemuan itu. Namun memang belakangan teknologi deepfake lagi naik daun karena berhasil membuat video hiper realistis tapi palsu menampilkan sosok orang melakukan atau mengatakan sesuatu.

Pemerintah China meminta Alibaba Group dkk melakukan penilaian keamanan masing-masing. Mereka diminta melapor jika berencana membuat fitur atau layanan yang bisa memobilisasi masyarakat.

Selain deepfake, audio sosial juga jadi permasalahan sejak Clubhouse melejit di China. Aksi blokir Clubhouse malah membuka jalan untuk lahirnya aneka tiruannya termasuk buatan ByteDance, Kuaishou dengan aplikasi Feichuan dan Xiaomi dengan aplikasi Mi Talk.

Sebelumnya, ada kabar kalau Jack Ma diminta pemerintah China melepas saham di perusahaan medianya, South China Morning Post (SCMP). Alibaba memang memiliki SCMP sejak tahun 2015. Media yang berbasis di Hong Kong ini dinilai cukup kredibel, kalau sahamnya dilepas tentunya ada kekhawatiran dikekang oleh pemerintah China.

Kabar ini tidak lama setelah UC Browser milik Alibaba Group punya Jack Ma juga dilenyapkan dari aplikasi Android di China. UC Browser disikat karena dinilai melakukan promosi menyesatkan yang mendorong publik lebih banyak mendatangi rumah sakit swasta ketimbang rumah sakit pemerintah China.

SCMP ini merupakan media kawakan berbahasa Inggris yang banyak pembacanya . Alibaba membelinya pada tahun 2015 senilai USD 266 juta.

Kabar bahwa Alibaba akan menjual SCMP karena tekanan pemerintah China membuat resah para karyawan dan jurnalisnya. Apalagi walau belum ada kabar siapa pembelinya, ada dugaan adalah perusahaan China sehingga ditakutkan, SCMP akan terkekang, tidak bebas lagi dalam memberitakan.

CEO SCMP, Gary Liu, pun coba menenangkan para pegawai. "Yakinlah bahwa komitmen Alibaba pada SCMP tetap tidak berubah dan akan terus mendukung misi kita dan tujuan bisnisnya," kata dia dalam sebuah memo.

"Tidak ada rencana perubahan kepemilikan. SCMP tetap berkomitmen melayani pembaca global kita dengan jurnalisme independen dan analisis mendalam, seperti yang sudah kita lakukan selama lebih dari 117 tahun," tulisnya lagi, seperti dikutip detikINET dari The Standard.

Sebelumnya di sisi lain, Alibaba juga telah diinvestigasi secara resmi oleh pemerintah China terkait dugaan melakukan praktik monopoli. Bahkan dalam kabar terbaru, regulator anti monopoli China sudah mempertimbangkan untuk menjatuhkan denda lumayan besar pada mereka.

Sumber Wall Street Journal menyebutkan bahwa raksasa e-commerce itu kemungkinan akan didenda lebih dari USD 975 juta atau di kisaran Rp 14 triliun. Perusahaan chip Qualcomm sebelumnya pernah didenda sejumlah itu pada tahun 2015 terkait praktik anti kompetisi. (detiknet/c)

Sumber
: Hariansib.com edisi cetak
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru