Jakarta (SIB)
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan menyatakan riset di Indonesia masih jauh tertinggal dari negara lain. Dia meminta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) memainkan peran untuk meningkatkan kualitas riset Indonesia.
"Dalam konteks riset, saya melihat negara kita ini masih sangat jauh terbelakang dalam masalah riset. Oleh karena itu, saya paling keras sekali untuk mendorong riset ini. BPPT harus memainkan peran yang sangat penting dalam pembangunan kita," ujar Luhut dalam Rakernas Penguatan Ekosistem Inovasi Teknologi BPPT 2021, Selasa (9/3).
Luhut menuturkan BPPT sebenarnya memainkan peran penting bagi negara, terutama saat pandemi Covid-19. Dia melihat BPPT melakukan sejumlah riset, mulai dari alat pengetesan hingga vaksin.
Meski demikian, purnawirawan TNI itu melihat Indonesia masih belum berani untuk berubah. Dia melihat masih ada upaya segelintir oknum membuat Indonesia mengandalkan produk luar negeri, ketimbang produk dalam negeri.
Lebih lanjut, Luhut mengingatkan Indonesia bukan negara jelek. Dari sisi PDB, Indonesia terbilang lebih baik dari banyak negara. Bahkan, dia menyebut sejumlah perusahaan asing berniat menanam investasi di dalam negeri.
Namun, Luhut menyampaikan dirinya tidak pernah mengemis agar perusahaan asing berinvestasi di Indonesia. Dia mengaku hanya membuat posisi Indonesia dengan perusahaan asing saling menguntungkan.
"Jangan kalian pikir beging-beging. Saya bilang 'hey, you need us'. Saya tahu mereka juga butuh kita, kita butuh dia. Jadi semua harus kita buat berimbang. jangan kita tempatkan posisi kita, posisi yang minta-minta. kita kaya," ujarnya.
Terkait hal itu, Luhut pun menegaskan tidak mempermasalahkan jika perusahaan asing tidak jadi berinvestasi di Indonesia. Dia masih percaya banyak perusahaan hebat di dalam negeri.
"Jadi kalau orang bilang dia ini hebat-hebat, kalo dia mau pergi, ya pergi saja., cari yang lain. Banyak yang masih bagus-bagus di republik ini. Jadi kita kerja tim," ujar Luhut.
Di sisi lain, Luhut mengklaim telah berkomunikasi dengan Presiden Joko Widodo perihal sebuah produk. Dia menyebut Jokowi sepakat sebuah produk harus diprioritaskan dibuat di dalam negeri jika memungkinkan.
"Saya bilang sama Pak Presiden, apa yang bisa dibikin di dalam negeri, buat dalam negeri. Dan kita sepakat itu. Saya bilang Menteri Perdagangan (Muhammad Lutfi) juga paten. Saya bilang 'Fi, lu jangan mau impor-impor itu, tanya gue dulu'," ujarnya.
Luhut mengakui kemajuan riset Indonesia membutuhkan proses. Namun, dia meminta BPPT dkk memiliki semangat untuk maju, terlebih banyak produk yang sudah dihasilkan oleh BPPT.
Luhut menambahkan Indonesia tidak akan bisa menjadi high income country jika tidak menguasai teknologi. Saat ini, Indonesia masih berada pada upper-middle income country dengan GNI per kapita US$4.050.
Lebih dari itu, Luhut menegaskan pemerintah akan terus melakukan hilirisasi meski ada kritikan dari sejumlah pihak. Pemerintah juga akan terus melawan negara maju yang menghambat ekspor komoditi dalam negeri karena tidak ingin Indonesia dilecehkan.
"Pengalaman saya ini, itu negara maju tidak ada satu pun yang ingin negara berkembang menjadi negara maju. Kita harus berani keluar dari keterkungkungan itu. Kita bisa, saya minta kita kompak dan bekerja dalam tim," ujar Luhut. (CNNI/f)
Sumber
: Hariansib edisi cetak