Banda Aceh (SIB)
Sepuluh papan bunga berisi sindiran Aceh jadi provinsi termiskin di Sumatera terpasang di depan kantor Gubernur Aceh. Keberadaan papan bunga itu menarik perhatian warga.
Pantauan wartawan, papan bunga berbagai tulisan itu terpasang berjejer di jalan di depan Gubernur Aceh, di Banda Aceh, Rabu (17/2). Beberapa papan bunga bertulisan 'Selamat Sukses Kepada Pemerintah Aceh Atas Prestasi Provinsi Termiskin se-Sumatera'. Di bawahnya tertera pengirim 'rakyat Aceh'.
Selain itu, ada yang bertulisan 'Selamat Sukses Kepada Gubernur Aceh Yang Telah Berhasil Merebut Kembali Juara Termiskin se-Sumatera'. Di papan bunga lain tertulis 'Terima Kasih Pak Gubernur Telah Mempersembahkan Juara 1 Termiskin se-Sumatera' dan pengirimnya tertulis 'Mantan Penjilat'.
Belum diketahui pemasang sepuluh papan bunga tersebut. Petugas Satpol PP sempat mendatangi lokasi, tapi tak lama kemudian pergi.
Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh mencatat penduduk miskin di Tanah Rencong meningkat 19 ribu orang pada September 2020. Secara persentase, angka kemiskinan di Serambi Mekah sebesar 15,43% atau tertinggi di Sumatera.
"September 2019 tahun lalu sebelum terdampak Covid-19, kemiskinan Aceh sebesar 15,01%, kemudian turun pada Maret 2020 (menjadi) sebesar 14,99%, dan September 2020 dengan adanya pandemi Covid-19 tidak hanya di Aceh tapi juga nasional, kemiskinan Aceh meningkat menjadi 15,43%," kata Kepala BPS Aceh Ihsanurrijal dalam konferensi pers virtual, Senin (15/2).
Bila dilihat dari persentase penduduk miskin menurut provinsi di Pulau Sumatera, Aceh menduduki peringkat pertama. Angka kemiskinan Aceh 15,43%, diikuti Bengkulu 15,30% dan Sumatera Selatan 12,98%.
Angka penduduk miskin di Aceh pada Maret 2020 sebesar 14,99% atau nomor dua di Sumatera. Provinsi dengan angka penduduk miskin tertinggi saat itu adalah Bengkulu, yakni 15,03%.
Alasan Warga
Sementara itu, Koordinator Masyarakat Pengawal Otsus (MPO) Aceh Syakya Meirizal menyebut papan bunga itu sebagai bentuk kritik sosial.
"Ini inisiatif saya, tetapi saya meminta kawan-kawan yang punya kesepahaman untuk menyumbang papan bunga. Ada yang sumbang satu papan bunga, ada yang sumbang dua papan bunga," kata Syakya.
Syakya menyebut, pihaknya sengaja mengirim karangan bunga karena tidak dapat menyampaikan aspirasi lewat demo. Menurutnya, penyumbang papan bunga tersebut sepakat ada masalah besar dalam tata kelola Pemerintah Aceh.
"Terutama penggunaan anggaran untuk penanggulangan kemiskinan dan pemberdayaan ekonomi," jelas Syakya.
"Hari ini, kita ingin kritik sosial kepada jajaran Pemerintah Aceh, terutama Gubernur Aceh sebagai pengambil kebijakan dalam wujud papan bunga ini," sambungnya.
Menurutnya, selama pandemi Covid-19 Pemerintah Aceh mengalihkan dana Rp 1,5 triliun yang diperuntukkan untuk bantuan sosial masyarakat terdampak Corona. Anggaran itu bersumber dari APBA 2020.
"Tetapi, anggaran yang sudah ditetapkan Gubernur Aceh, tidak dicairkan, dibuat menjadi silpa. Seandainya angggaran itu dicairkan, mungkin angka kemiskinan di Aceh tidak akan terdongkrak terlalu tinggi," sebutnya. (detikcom/f)
Sumber
: Hariansib edisi cetak