Jumat, 22 November 2024

Penyetor Pajak Terbesar, Dr Darmin Nasution: Sawit adalah Anugerah untuk Indonesia

Oki Lenore - Selasa, 05 November 2024 13:07 WIB
1 view
Penyetor Pajak Terbesar, Dr Darmin Nasution: Sawit adalah Anugerah untuk Indonesia
Foto: SIB /Oki Lenore
Sawit Anugerah untuk Indonesia: Diskusi ilmiah dan bedah buku "Sawit adalah Anugerah yang Perlu Diperjuangkan" diadakan IPOSS, Senin (4/11) di Medan diarahkan Dr Darmin Nasution SE MA.
Medan (harianSIB.com)
Indonesia Palm Oil Strategic Studies (IPOSS) mengadakan rangkaian kegiatan ilmiah di seluruh Indonesia. Pada Senin (4/11) dilakukan diskusi dan bedah buku "Sawit adalah Anugerah yang Perlu Diperjuangkan" yang diarahkan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia pada Kabinet Kerja Dr Darmin Nasution SE MA.

Dewan Pengawas Independen IPOSS itu mengatakan sawit adalah anugerah untuk Indonesia. Satu buktinya, pemasukan keuangan negara dengan produksi sawit terbesar di dunia ini adalah dari sawit. "Itu sebabnya, harus dipahami peran penting sawit bagi pembangunan dan kehidupan bangsa. Ada pula yang belum paham bahwa ada yang belum memosisikan sawit sebagaimana mestinya sebab belum mendapat informasi utuh mengenai tanaman primadona tersebut," ujar Gubernur Bank Indonesia periode 2010-2013 tersebut.

Sebagai nara sumber Guru Besar Fakultas Kehutanan IPB Prof Dr Ir Yanto Santosa DEA, Pakar Hukum Kehutanan Dr Sadino SH MH dan Guru Besar Fakultas Kehutanan USU Prof Dr Ir Abdul Rauf MP.

Baca Juga:

Prof Yanto Santosa menilai judul buku sangat tepat sawit masih jadi perdebatan dan menjadi anak tiri sebab belum ada aturan jelas yang mengaturnya. "Sebab isunya belum diposisikan secara utuh dan benar. Mulai dianggap sebagai tanaman yang merusak lingkungan karena menyerap air sangat tinggi hingga mendeforestasi lahan hutan di Indonesia," ujarnya sambil mengatakan harus dibedakan antara degradasi dan deforestasi. "Karena fungsinya tidak berubah setelah menjadi kebun sawit," ungkapnya, mengundang tawa dan aplaus dari peserta yang memenuhi Aula Prof Dr Suhadji Hadibroto di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sumatera Utara (USU) Medan tersebut.

Dr Sadino mengatakan, saat ini Indonesia tanpa sawit mau jadi apa sebab pemasukan pajak terbesar dari sawit. "Kalau masalah lingkungan, semua ada dampaknya. Tapi kontribusi sawit saat ini tidak bisa digantikan, tetapi regulasi sawit saat ini tidak ada, masih tidak diakui oleh negara," ungkapnya sambil mencontohkan regulasi yang 'mendiskriminasi' sawit yang padahal belum ada subtitusi yang mengatur. "Padahal secara sustainability sawit memberi keberlanjutan yang jelas," sebutnya.

Baca Juga:

Dalam buku disimpulkan bahwa kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq) adalah komoditas andalan utama Indonesia yang menyerap 16,2 juta pekerja baik secara langsung maupun tidak langsung (Siregar, 2022). Bahkan kelapa sawit sebagai sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) yang dikenal ramah lingkungan dan rendah emisi dibandingkan sumber energi dari fosil.

Pasca implementasi program biodiesel berbahan baku kelapa sawit, pemerintah berhasil mengurangi kebutuhan impor bahan bakar minyak (BBM) sehingga turut memperkuat neraca perdagangan dan kemandirian energi.

Prof Abdul Rauf memastikan tanah hasil tanaman sawit lebih baik daripada lahan bekas tanaman karet. "Lahan yang tidak bisa tumbuh tanaman lain tetapi sawit berhasil tumbuh disana. Ada sejumlah lahan yang tadinya semak tidak bisa ditumbuhi tanaman lain, kini berfungsi, hanya butuh lebih besar pengelolaannya saja," ungkapnya sambil membuktikan tanaman utama sawit dapat disandingkan dengan tanaman lainnya seperti Kakao, Pinang, Jabon dan pohon lainnya.

Moderator minta publik paham esensi sawit. "Keseharian individu tergantung pada sawit, minimal dari produk turunanya," simpul mantan Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan pada tahun 2005-2006 serta Direktur Jenderal Pajak pada tahun 2006-2009 tersebut. (**)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru