Rabu, 02 April 2025

Pasca ICBFBM, Sumut Berpeluang Raih Devisa Senilai Rp 8,3 Triliun

* Ketua Kadin Sumut Khairul Mahali : Semua Sampel Produknya Ada di UKM Sumut
Redaksi - Jumat, 20 November 2020 12:47 WIB
496 view
Pasca ICBFBM, Sumut Berpeluang Raih Devisa Senilai Rp 8,3 Triliun
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi ekspor dan impor.
Medan (SIB)
Pasca pelaksanaan bursa bisnis internasional antara Indonesia dan China melalui Indonesia China Business Forum dan Business Matching (ICBFBM) di Shanghai-China pada 5-10 November kemarin, daerah Sumatera Utara sangat berpeluang besar meraih sebagian jatah atau devisa dari total Rp 8,3 triliun nilai ekspor yang berpotensi dari kerja sama tersebut.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Provinsi Sumatera Utara, Khairul Mahalli yang juga Ketua Umum Gabungan Perusahaan Eksportir Indonesia (GPEI) Sumut, menegaskan peluang besar tersebut dikarenakan Sumut memiliki persediaan produk yang selama ini dibutuhkan konsumen di China, termasuk produk-produk dari kalangan usaha kecil-menengah (UKM) yang menembus pasar kelas menengah di negeri panda itu.

"Pada acara ICBFBM yang diwujudkan dengan penandatanganan naskah perjanjian kerjasama bisnis (Letter Of Intent-Lol) antara Indonesia-China, Menteri Perdagangan RI Agus Suparmanto dengan optimis mencetuskan Indonesia berpotensi meraup 584 juta dolar AS atau Rp 8,3 triliun dari ekspor dan dagang berbagai produk dari Indonesia. Dalam hal ini daerah Sumut juga berpeluang besar meraih jatah devisa dari nilai ekspor itu, karena semua sampel produk yang dipamerkan pada ICBFBM itu ada di sektor UKM Sumut," katanya kepada pers di Medan, Kamis (12/11).

Dia mengutarakan hal itu usai mengikuti secara virtual peresmian kantor Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) RI oleh Mendang Agus Suparmanto, bersama Ketua BPKN Rizal I Halim di Jakarta.

Bersama wakil ketua umum Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Provinsi Sumut, Tonny Silvaraja, Khairul Mahalli, menyatakan peluang devisa bisnis dari China itu sejalan dengan program KADINSU dan GPEI Sumut yang telah mencanangkan misi 'UKM Sumut Go Export' pada awal tahun lalu, (sebelum ada lock down atau PSPB akibat Covid-19).

"Lagipula, semua produk yang jadi sampel pada pameran ICBFBM itu ada dan tersedia pada sektor UKM Sumut, yaitu: buah-buahan segar, kopi bubuk, keripik buah, minuman herbal, minuman jelli, makanan ringan kerupuk, fiber crème, bumbu masak, perasa, dan produk turunan kelapa dan lainnya. Kalau saja bukan karena krisis finansial akibat pandemi Covid-19, para delegasi UKM Sumut pasti juga ikut forum ini, seperti biasa di tahun-tahun lalu," papar Khairul dan Tonny Silvaraja.

ICBFBM itu memang hanya diikuti 16 pelaku usaha dan praktisi bisnis barang ekspor dari Indonesia, dan 5 calon konsumen (buyer) di China. Di sektor niaga, China adalah negara importir terbesar produk-produk asal Indonesia (secara kumulatif) selama ini, dengan porsi 10,37 persen, disusul ekspor ke Amerika Serikat 12,14 persen dan ke Jepang 8,44 persen.

Nilai ekspor Indonesia ke China selama ini mencapai nilai 21,81 miliar dollar AS yang didominasi ekspor nonmigas dengan kontribusi sebesar 20,44 miliar dollar AS. Sementara itu, nilai impor Indonesia dari China mencapai 28,46 miliar dollar AS.

Untuk mewujudkan peluang oleh Sumut, Khairul secara khusus menyebutkan pihak KADIN-SU telah membuat komunitas UKM sebagai rangka sosialisasi pasar, investasi produk, plus mediasi permodalan ke perbankan, agar kalangan UKM 'naik kelas' sembari menunggu berakhirnya pandemi Covid-19. (M04/a)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru