Jakarta (SIB)
Direktur Eksekutif Institute For Development of Economics and Finance atau Indef, Tauhid Ahmad mengungkapkan nasib Indonesia bila jatuh ke jurang resesi pada akhir tahun ini. Dia berujar, kondisi tersebut akan memberi dampak pada pendapatan per kapita masyarakat hingga munculnya gelombang pengangguran.
“Secara umum kalau dilihat, resesi akan membuat pendapatan per kapita turun,†tutur Tauhid saat dihubungi Jumat( 21/8).
Bagi pekerja sektor formal, pendapatan bulanan akan melorot karena adanya pengurangan pemasukan dari bonus, lembur dan komisi omzet produksi. Pada masa resesi, kata Tauhid, perusahaan akan mengurangi uang-uang tambahan bagi karyawan untuk melakukan efisiensi sekaligus menjaga stabilitas keuangan.
Sedangkan pekerja di sektor informal seperti UMKM, penurunan pendapatan didorong oleh melemahnya tren transaksi penjualan. Karena itu, para pelaku usaha tidak lagi memperoleh pemasukan rutin atau pendapatannya bersifat tidak pasti.
Adapun bagi pekerja tidak tetap lainnya seperti buruh lepas, Tauhid menerangkan, mereka akan kehilangan pekerjaan harian. “Jadi buruh ini kadang dapat pekerjaan kadang tidak,†ucapnya.
Resesi juga akan memukul kondisi bisnis perusahaan. Menurut Tauhid, manajemen terancam melakukan PHK atau merumahkan sebagian karyawan untuk menekan pengeluaran operasional. Situasi tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya gelombang pengangguran.
Tauhid menjelaskan, efek resesi akan berlangsung dalam waktu yang relatif lama. Berkaca dari resesi yang terjadi pada 1997-1998, pemulihan ekonomi bisa terjadi lebih dari satu tahun. Situasi ini menyebabkan masyarakat yang tidak memiliki simpanan akan merasakan pukulan yang cukup berat.
Sedangkan masyarakat yang memiliki simpanan harus mengambil tabungannya. “Untuk membayar cicilan dan sebagainya,†ucapnya.
Indonesia diyakini telah berada di tubir jurang resesi layaknya negara-negara lain di dunia akibat pandemi corona. Kondisi itu ditunjukkan dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi pada kuartal II yang mencapai titik minus 5,3 persen.
Tauhid menilai, meski neraca perdagangan pada Juli 2020 sudah menunjukkan tren positif, sulit menghindarkan Indonesia dari ancaman resesi pada kuartal III mendatang karena sejumlah sektor belum menunjukkan perbaikan yang signifikan.
5 HAL
Tauhid Ahmad mengatakan masyarakat bisa menyiapkan lima hal bila Indonesia masuk ke jurang resesi. Kelimanya meliputi pola manajemen keuangan hingga penyesuaian konsumsi.
“Pertama, masyarakat yang tidak punya cadangan harus sedapat mungkin mengakses bantuan sosial yang disediakan pemerintah,†tutur Tauhid saat dihubungi Jumat (21/8).
Bantuan sosial itu termasuk jaring keamanan yang disiapkan pemerintah dengan alokasi anggaran Rp 72 triliun. Berbagai stimulus ini meliputi bantuan langsung tunai bagi masyarakat miskin di desil terendah, insentif Kartu Prakerja untuk pegawai yang terdampak PHK dan dirumahkan, serta bantuan tunai untuk pekerja dengan gaji di bawah Rp 5 juta.
Kedua, Tauhid mengatakan langkah kedua yang dapat dilakukan adalah merenegosiasi pinjaman. Renegosiasi bisa dimohonkan kepada pemberi pinjaman dengan perpanjangan masa tenor.
Bila berada dalam keadaan sangat mendesak, masyarakat bisa memikirkan untuk pinjaman baru dari pihak-pihak yang dipercaya atau menggadai barang di lembaga yang terjamin legalisasinya. “Karena saat situasi krisis, memegang uang cash jadi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan,†tuturnya.
Ketiga, Tauhid menekankan pola konsumsi masyarakat harus disesuaikan bahkan diubah. Menurut dia, belanja konsumsi harus diprioritaskan untuk kebutuhan-kebutuhan dasar seperti pangan dan pendidikan. Sedangkan kebutuhan yang bersifat tersier, tutur dia, ada baiknya untuk ditunda lebih dulu.
Keempat, masyarakat disarankan mencari penghasilan tambahan di masa-masa sulit. Penghasilan tambahan bisa ditabung menjadi simpanan atau uang cadangan.
Kelima, masyarakat yang bekerja di sektor informal harus beradaptasi dengan keadaan. “Bisa banting setir, yang biasanya menjual kebutuhan tidak mendesak, kini ke produk makanan atau kembali ke kebutuhan dasar. Saya kira, barang pokok atau dasar tetap dibutuhkan saat krisis,†katanya. (T/d)