Medan (SIB)- Makanan ringan yang terbuat dari umbi-umbian dan sayuran yang bercita rasa unik dan original produksi Dapur Reuni Usaha sangat laris manis di Kota Medan Usaha Kecil Menengah (UKM) yang dibina Dinas Koperasi dan UKM Provsu itu membuat makanan dari singkong, ubi ungu, labu dan kentang. Selain itu ada macam varian rasa yaitu keripik singkong rasa jagung, keripik kentang rasa keju, keripik rasa durian, kue bawang ubi ungu, kue bawang rasa keju. Selain itu juga menjual berbagai macam kue kering dan kue basah, dengan varian harga mulai dari Rp5.000 sampai Rp25.000.
Demikian dikatakan Pemilik Dapur Reuni Sri Susiani kepada SIB, Rabu (7/12) menanggapi produk UKM yang saat ini terus banyak orderan untuk oleholeh dan sebagainya. Dijelaskan Sri Susiani, ide membuat keripik daun ubi tumbuk muncul begitu saja ketika ia mengikuti pelatihan di Cikal Universitas Sumatera Utara (USU) 2 tahun lalu.
Tak disangka, produk barunya itu digemari konsumen saat diluncurkan pertama kali dalam kegiatan bazaar ulang tahun Bank Sumut 2013. "Saat itu kami diminta membuat rencana bisnis, saya langsung terpikir membuat keripik daun ubi tumbuk, karena suami saya orang Batak dan sangat suka dengan sayur daun ubi tumbuk. Selain unik, keripik daun ubi juga masih jarang," tutur Sri Susiani di rumah produksi keripiknya Jalan Mesjid Gang Mushola Helvetia Timur, Medan.
Seperti keripik daun bayam yang lebih dulu hits di kalangan masyarakat, keripik daun ubi sangat cocok untuk cemilan keluarga. Rasanya yang crispy tentu disukai anak-anak. Tak hanya enak di mulut, keripik ini juga sehat karena bahan utamanya terbuat dari daun ubi yang kaya dengan zat besi.
Membuat keripik daun ubi ini juga tidak sulit. Daun ubi ditumbuk bersama bumbu dan dimasak dengan santan layaknya memasak sayur daun ubi tumbuk. Setelah masak, sayur daun ubi tumbuk diadon dengan tepung terigu lalu digoreng hingga garing. Kini, kerupuk daun ubi Dapur Reuni ini sudah dipasarkan di berbagai kota di Sumut. Selain Medan, keripik ini juga bisa ditemui di Bandara Kuala Namu dan Binjai. Satu bungkus ukuran 500 gram dijual seharga Rp10.000. "Sambutan pasar cukup menggembirakan, seminggu bisa dua kali kita membuatnya," tutupnya. (A14/ r)