Jumat, 14 Maret 2025

Gagal Transfusi, Betty Ginting MD Meninggal Pasca Operasi Melahirkan

- Kamis, 14 Januari 2016 14:34 WIB
341 view
Gagal Transfusi, Betty Ginting MD Meninggal Pasca Operasi Melahirkan
Pasir Pengaraian (SIB)- Gagal menjalani transfusi karena stok darah kosong, Betty Ginting (34), warga Desa Tandun Barat, Kecamatan Tandun, Kabupaten Rokan Hulu Rohul, Provinsi Riau, Kamis (7/1) sekira pukul 07.15 WIB, meninggal dunia di RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) Rohul, Pasir Pengaraian, beberapa jam pasca menjalani operasi melahirkan. Pihak keluarga sangat menyesalkan pihak rumah sakit tersebut, karena stok darah golongan O yang seyogianya ditransfusikan kepada korban tidak ada (kosong). Kekesalan pihak keluarga, juga karena sebelumnya pihak rumah sakit/dokter yang akan melakukan operasi sama sekali tidak memberitahukan untuk mempersiapkan darah dimaksud.

Demikian penuturan S Ginting, ayah kandung korban kepada SIB, Sabtu (9/1) di rumahnya di Desa Koto Tandun, Rohul. Andaikan, sebelum dilakukan operasi ada pemberitahuan dari pihak rumah sakit untuk menyediakannya, tentu pihak keluarga akan berupaya maksimal mencari dan mendapatkannya. Tetapi sebaliknya pihak rumah sakit baru memberitahukannya saat-saat ia mengalami kejang-kejang beberapa jam setelah operasi ungkap Ginting.

Sahrudin Purba suami korban menuturkan, Rabu (6/1) pagi, awalnya membawa istrinya ke Puskesmas Ujungbatu, Rohul. Kemudian Bidan Puskesmas merujuknya ke RS Awal Bros Ujungbatu, tetapi karena pihak rumah sakit tersebut mempermasalahkan surat rujukan, akhirnya Bidan Puskesmas tersebut merujuknya ke RSUD Rohul. Setelah dilakukan pemeriksaan, pihak RSUD memberitahu operasi bersalin akan dilakukan besok harinya yakni Kamis (7/1) pukul 08.00 WIB. Sekira pukul 01.00 WIB, Kamis (7/1) dinihari, keadaan istri semakin gawat lalu memberitahu kepada perawat yang kemudian pihak rumah sakit memutuskan untuk dilakukan operasi pada saat itu juga. Satu jam usai operasi mengalami kejang-kejang, lalu pihak rumah sakit minta menyediakan darah. Berhubung waktu sudah sekira jam 03.00 WIB dinihari tidak berhasil mendapatkannya. “Kepada pihak rumah sakit kami meminta tolong untuk mencarikannya. Berapun harga darah akan dibayar pihak keluarga (diluar BPJS). Tetapi hingga istri saya meninggal dunia sekira pukul 07.15 WIB, darah tidak berhasil didapatkan,” ungkap Purba.

Direktur RSUD Rohul, dr Wildan Aspan Hasibuan MKes, yang ditemui di ruang kerjanya, Senin (11/1) guna konfirmasi seputar kasus tersebut, kepada SIB menjelaskan, menurut dr R SPOG yang melakukan operasi, seluruh proses berjalan dengan bagus, kelemahannya adalah terjadi pendarahan (darah terus menetes) pada dinding rahim korban (yang terus terbuka) di area cantolan pangkal tali pusara bayi (anggi2-red). Lazimnya usai bayi lahir, setelah obat disuntikkan rahim sang ibu langsung terkatub (tertutup), tetapi ini terjadi sebaliknya rahim korban terus terbuka. Saat itu stok darah O dalam keadaan kosong dan hal itu secara umum terjadi di Riau, pendonor lebih sedikit dari pemakai dan memang penyediaan darah merupakan tanggung-jawab PMI (Palang Merah Indonesia) bukan rumah sakit, ungkapnya.

Menjawab pertanyaan, tentang pihak rumah sakit yang tidak mempersiapkan darah dan tidak memberitahu keluarga untuk menyediakannya sebelum operasi, Wildan menandaskan, si korban seyogianya akan dilakukan operasi biasa, Kamis (7/1) sekira pukul 08.00 WIB. Tetapi pada malam itu harus dilakukan operasi dalam kedaruratan, karena pada malam itu timbul kontraksi yang sangat hebat terhadap korban yakni terus mompa, ada risiko yang diperhitungkan dokter yakni rahim korban ditakutkan bisa pecah pada bekas operasi melahirkan anak pertama. Selain itu, keadaan HB korban saat itu cukup bagus yakni 14, HB normal untuk seorang ibu yang akan dioperasi adalah 10, dalam keadaan HB seperti itu sangat jarang terjadi transfusi pasca operasi, jadi ini di luar perkiraan, terang mantan Kadis Kesehatan Kabupaten Rohul ini. (F04/q)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru