Medan (SIB)
Kondisi pejuang kemerdekaan yang masih hidup sekarang, umumnya masih memprihatinkan. Bahkan masih banyak yang belum punya rumah.
“Di Sumut, jumlah pejuang kemerdekaan tinggal 350 orang, tapi 75 persen hidupnya di bawah garis kemiskinan. Jangankan keturunan pejuang, kami para pejuang saja hidupnya masih di bawah garis kemiskinan,†kata Marjono, Wakil Ketua DPD Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Sumut kepada wartawan, Senin (9/10) di kantor LVRI Sumut Jalan Medan-Binjai.
Diakuinya, anggota LVRI diberi dana penghormatan Rp 1.800.000 sebulan. Tapi uang sebesar itu menurut dia tidak bisa dinikmati karena habis untuk bayar air, listrik dan gas. Dia berharap pemerintah meningkatkannya menjadi Rp 5 juta sebulan.
“Karena namanya saja dana penghormatan, diberi untuk menghormati para pejuang, jangan asal menghormati tapi target penghormatan itu tidak tercapai. Jika dibandingkan dengan perjuangan dahulu, yang diberikan pemerintah belum sepadan. Kami para pejuang di usia uzur ini tidak bisa berbuat apa-apa, mau narik beca sudah tidak mungkin, apakah dana Rp 1,8 juta itu cukup?†ungkapnya.
Seharusnya, kata Marjono, dana kehormatan itu Rp 5 juta agar cukup untuk membeli lauk pauk dan vitamin. Tapi meski kondisinya memprihatinkan, mereka tidak pernah merengek-rengek meminta kepada pemerintah, karena pada diri mereka sudah tertanam jiwa pejuang.
Hal senada dikatakan M Ibrahim Sinaga, Sumarjono Jatiko (Pengurus MADA LVRI Sumut) dan Sumbat Sembiring, Ketua Cabang LVRI Kota Medan. M Ibrahim Sinaga mengaku sampai saat ini belum memiliki rumah dan tinggal di asrama TNI Glugur Hong. Di Hari Pahlawan 10 Nopember 2020, para pejuang berharap pemerintah lebih memperhatikan kesejahteraan mereka.
Marjono mengatakan, di masa penjajahan kehidupan masyarakat sangat susah, tapi bisa sukses melawan penjajahan, karena ada nilai-nilai juang dimiliki para pejuang. Itu, kata dia, tidak dimiliki para generasi muda sekarang.
Sebaiknya, lanjut dia, para generasi muda memahami nilai juang tersebut. Karena di dalamnya diajarkan percaya kepada kekuatan diri sendiri, pantang menyerah, rela berkorban, mementingkan kepentingan umum. Itulah yang dimiliki para pejuang terdahulu, tapi tidak dihayati generasi muda.
“Inilah tugas kami untuk menularkan nilai-nilai juang kepada generasi muda. Jika ini diamalkan generasi muda, saya yakin korupsi di tanah air bisa dicegah, karena tidak mementingkan kepentingan pribadi. Kami akan memasyarakatkan nilai-nilai juang ini kepada para generasi muda, khususnya anak SMA/SMK,†tuturnya. (M10/d)