Oleh: Refida Simanjuntak, Sekolah Tinggi Teologi Baptis Medan (STTBM)
Ezra adalah seorang Israel atau Yahudi dari suku Lewi yang lahir di pembuangan, Persia. Kerajaan Israel selatan ditaklukan oleh Nebukadnezar raja Babel, dan Sebagian besar dari mereka termasuk raja Yehuda, dibuang keBabel. Hal ini terjadi sebagai akibat pemberontakan bangsa Yehuda kepada Allah.
Ezra juga merupakan pemimpin rombongan kedua Israel/Yehuda yang Kembali dari pembuangan dari Persia menuju Yerusalem. (Ezra 7:1). Sebelumnya telah ada rombongan pertama yang Kembali ke Yerusalem, yang berhasil membangun Kembali Bait Suci kedua. Orang-orang Israel memang tidak kembali dari pembuangan dalam satu rombongan atau satu tahap, tetapi dalam beberapa tahap dan rombongan.
Ezra adalah seorang keturunan Harun, oleh sebab itu Ezra adalah seorang iman. Alkitab sendiri yang menyebut Ezra sebagai seorang iman Isrel (Ezra 7:11). Ezra juga seorang ahli kitab/ahli hukum Taurat Musa (Ezra 7:6). Dialah ahli Taurat Yahudi yang pertama. Ezralah yang berupaya mengembalikan ibadah dan penyembahan hanya kepada Allah Israel.
Kembalinya bangsa Israel dari pembuangan di Babel ke Yerusalem adalah karena kebaikan Tuhan semata. Ezra berkotmimen untuk mendalami Taurat Tuhan, yaitu supaya bangsa Israel kembali memiliki keyakinan dan iman kepada Tuhan. Tujuh puluh tahun tahun lamanya mereka dibuang kenegeri yang tidak menegenal Tuhan dan tidak menyembah Tuhan secara bebas (Yeremia 29:10). Bukan tidak mungkin juga, banyak nilai-nilai yang salah mereka adopsi dari sana.
Ezra ingin mereka bertobat, kembali kepada Tuhan yang sudah begitu baik kepada mereka. Dan tentunya, Ezra ingin agar bangsa ini tidak dibuang lagi karena dosa-dosa mereka. Ezra ingin bangsa pilihan Tuhan ini, dapat hidup dalam kebenaran Tuhan.
Tetapi Ezra mendengar laporan bagaimana orang Israel memperistri dari bangsa-bangsa lain. Kawin campur seperti ini merupakan pelanggaran serius. Dalam hal ini, yang memberikan contoh yang tidak baik adalah para pemuka dan penguasa. Perkawinan dengan bangsa lain akan menjerumuskan umat Israel kepada penyembahan berhala. Padahal misi yang diinginkan Ezra adalah menegakkan peribadahan kepada Tuhan dengan membangun Kembali Yerusalem.
Kesalahan yang fatal yang dilakukan umat Israel mendorong Ezra berkabung dan memohon pengampunan kepada Tuhan(Ezra 9:3-5). Pada ayat 9-15 terlihat jelas doa yan diungkapkan Ezra yang mewakili bangsanya kepada Tuhan. Di awal doanya, secara pribadi Ezra mengakui kesalahan bangsanya kemudian dilanjutkan dengan pengakuan secara bersama-sama.
Doa pengakuan Ezra ini mengingatkan, mengajar, dan memurnikan semangat pembaruan sebagai umat pilihan. Disini Ezra mengajar kita berpikir dari sudut pandang kebenaran dan kesucian Allah. Sebelum bertindak, seharusnya seorang pemimpin memikirkan resiko dan dampak yang akan diterima oleh rakyatnya. Jangan karena contoh yang tidak baik membuat rakyat ikut meniru perilaku yang buruk.
Jika seorang pemimpin telah melakukan kesalahan, sepatutnya ia berani meminta maaf dihadapan rakyatnya. Bukannya berusaha menutupi aibnya dengan cara pencitraan. Mengaku dosa di hadapan Tuhan dan dengan segenap bangsa adalah awal menyelesaikan persoalan.(Refida Simanjuntak, Pendidikan Agama Kristen (PAK), Sekolah Tinggi Teologi Baptis Medan)
Editor
: Bantors Sihombing