Oleh: Lidya Margaretta Br Manullang
Tuhan bekerja untuk menolong umat-Nya secara unik. Ia bisa memakai pahlawan perkasa, tetapi juga orang biasa-biasa untuk mencapai maksud-Nya.
Tuhan juga bisa memakai peperangan biasa, ataupun strategi tipu daya seperti yang dilakukan Ehud, juga lewat peristiwa yang sepintas tidak masuk akal.
Debora adalah seorang nabiah; ia juga memiliki karunia-karunia bernubuat yang memungkinkan dia untuk mendengar berbagai amanat Allah dan menyampaikan kehendak-Nya kepada umat itu (ayat Hak 4:6-7; Hubungan erat antara Debora dengan Allah membuat dirinya sangat berpengaruh di antara umatnya (ayat Hak 4:8).
Tuhan juga memakai Debora, yang saat itu menjadi hakim dan sekaligus menjadi seorang "ibu" bagi orang Israel yang datang mencari pertolongan (band. Hak. 5:7).
Sebagai pemimpin rohani bagi umat-Nya, ia peka akan hati Allah. Dan Ia tahu persis waktu pembebasan Tuhan akan segera tiba. Ia sadar bahwa sebagai wanita ia memiliki keterbatasan dalam hal kemampuan perang. Namun ia tahu siapa yang tepat untuk memimpin perang. Maka ia memanggil Barak (ayat 6-7).
Namun sebaliknya, Barak ternyata tidak berani maju tanpa dukungan Debora (ayat 8). Apakah ketidakberanian Barak maju sendiri semata karena kerendahan hatinya, menghormati Debora yang lebih berkharisma, ataukah karena ia kurang beriman?
Yang jelas, sikap Barak seperti itu membuat kehormatan dalam memenangkan perang akan jatuh ke tangan seorang wanita (ayat 9).
Benar saja, Tuhan memakai keduanya Debora dan Barak untuk membuat tentara Yabin kocar kacir. Yang sangat tidak terduga kemenangan yang menuntaskan peperangan ini justru datang dari seorang ibu rumah tangga yang sederhana, Yael, istri Heber, orang Keni. Dan di balik kemenangan Israel atas Yabin dan panglimanya Sisera, kita tahu bahwa Tuhan yang berkarya (ayat 15). Debora yang peka, Barak yang bimbang, maupun Yael yang tidak pernah bermimpi akan terlibat, merupakan alat-alat Yang Mahakuasa. Saat mereka peka pimpinan Tuhan dan bersedia untuk Dia pakai, maka kemenangan pun tidak lagi mustahil.[br]
Laskar Kristus biasanya terdiri dari orang-orang yang tidak sempurna, sederhana, penuh kelemahan, bahkan sering pula kurang beriman. Namun, kemenangan melawan musuh bukan ditentukan oleh siapa orang-orangnya, melainkan siapa panglimanya.
Demikianlah Allah pada hari itu menundukkan Yabin, Raja Kanaan, di depan orang Israel. Alkitab tidak memisahkan Allah dari proses sejarah. Tindakan Yael tersebut dikemukakan, namun kemenangan itu tetap disebut sebagai kemenangan Allah. Sikap Alkitab terhadap sejarah senantiasa sama. Allah mengizinkan orang kafir untuk menghajar umat-Nya, dan Allah juga yang mengangkat seorang penolong untuk melepaskan mereka. Hubungan sebab akibat itu penting di dalam sejarah, namun Allah dilihat sebagai Kekuatan di balik segala sesuatu yang terjadi, baik atau tidak baik. Bahkan tindakan-tindakan yang paling jahat di dalam Alkitab dikemukakan sebagai melaksanakan maksud Allah (bdg. Kis. 2:23, 24; Mzm. 76:10).
Dan dari Kitab hakim-hakim pasal 4 : 1-24 ini juga, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal-hal kerohanian yang terdapat dalam nats tersebut tentang Debora dan Barak, yaitu:
1. Meninggalkan Tuhan mengakibatkan penyembahan berhala, dosa, dan kekalahan. Barang kali semuanya itu disebabkan orang Israel mengabaikan Firman Tuhan. Kalau seandainya bangsa Israel sering membaca kitab Musa, pasti mereka akan menjadi umat yang kudus dan sejahtera. Demikian pula bagi kita semua sebagai orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, tidak cukup hanya masuk saja dalam berkat rohani (seperti yang dilakukan oleh orang Israel yang telah masuk dalam tanah perjanjian-Kanaan); tetapi hanya melalui cara hidup kita yang penuh iman dan ketaatanlah dapat mengawetkan persekutuan kita dengan Tuhan serta tumbuh dalam kasih karunia.
2. Dosa harus dihukum oleh Tuhan, baik yang dilakukan oleh siapa pun apa pun bentuk pelanggaran yang dapat menyakiti hati Tuhan, dan itulah yang harus diterima oleh banyak orang yang hidup dalam dosa. Dalam hal ini pun kekudusan Allah dan kedaulatan Allah terlihat, dimana Ia memakai bangsa-bangsa lain sebagai Alat-Nya untuk menghukum umat Israel yang tegar tengkuk yang tidak mau berubah oleh kebaikan Allah yang dinyatakan dalam perjalanan umat Israel. Tetapi penghukuman itu terutama dimaksudkan bukan sebagai pukulan saja, melainkan sebagai didikan untuk kebaikan orang Israel kepada jalan yang benar.
3. Allah bersifat murah hati dan sabar terhadap anak-anak-Nya yang sering berbuat salah. Asal mereka berbalik dan bertobat serta tidak melakukan hal yang serupa yaitu dosa yang dapat memisahkan hubungan kita dengan Allah. Sebab dia selalu bersedia untuk menerima mereka kembali serta melepaskan mereka dari akibat-akibat dosa.
4. Dalam kedaulatanNya, Allah sering kali bertindak dengan cara yang tidak dimengerti oleh manusia, sangat berbeda dengan cara manusiawi. Contohnya ketika barak ingin melawan orang Kanaan yang tangguh, namun Barak takut dan masih ragu-ragu dan barak bingung apa yang akan dilakukan Allah bagi bangsanya, dan secara heran Allah membuat bangsa Kanaan itu terserak-serak dengan menggunakan hujan dan alam dengan cara yang tidak dikenal oleh manusia yang dipikirkan kita mustahil namun Allah akan membuat sesuatu yang terbaik dengan cara apa pun yang tidak dimengerti oleh manusia dan cara berpikir kita sendiri. Oleh sebab itu kita jangan takut dan gelisah menghadapi segala sesuatu sebab Allah akan senantiasa akan menolong dan menyertai setiap orang yang mengandalkan kekuatan Allah yang luar biasa.
5. Pemimpin yang baik ialah pemimpin yang mengandalkan Tuhan dalam hidup atau dalam suatu organisasinya, serta seorang pemimpin harus berani untuk menyatakan kebenaran atau menguatkan sama halnya ketika barak mengalami kelemahan dan ketakutan, namun Debora memberikan inspirasi kepada kita untuk saling membangun sebagai orang yang percaya dalam Tuhan Yesus Kristus.
6.Perempuan dapat dipakai secara luar biasa dalam pelayanan yang sangat luar biasa, jadi janganlah kita merasa minder dan takut sebab jika Tuhan yang telah memanggil kita maka ia pula yang akan bertanggung jawab dan yang akan melakukan Tugas-Nya, oleh sebab itu tugas kita ialah untuk melayani Tuhan dan menyatakan kebenaran dalam dunia yang banyak menawarkan berbagai macam kenikmatan.
7. Dalam kenikmatan jangan kita mudah terbuai, jika kita diberkati oleh Tuhan hendaklah kita jangan sombong dan mulai meninggalkan Allah sebagai sumber berkat kita, namun tetap dalam kekudusan serta minta kekuatan Allah dalam hidup kita. (Lidya Margaretta Br Manullang, Pendidikan Agama Kristen (PAK), Sekolah Tinggi Teologi Baptis Medan)
Editor
: Bantors Sihombing