Penulis: Ambron Efaproditus Sitinjak*
Dalam perjalanan bangsa Israel, Alkitab mencatat bahwa Daud dan Salomo dikenal sebagai dua raja terbesar yang pernah memerintah bangsa Israel. Keduanya dipandang sebagai pemimpin yang bijak dan sukses, namun mereka memiliki karakter yang berbeda dalam ketaatan mereka kepada Tuhan. Melalui perbandingan kepemimpinan dan ketaatan Daud dan Salomo, kita dapat belajar banyak tentang bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik menurut Alkitab.
Daud, anak Isai, diangkat menjadi raja setelah Saul. Ia memerintah selama 40 tahun dan dikenal sebagai raja yang penuh dengan kesalehan, meskipun juga memiliki dosa-dosa yang terkenal seperti dosa dengan Batsyeba (2 Samuel 11:2-4). Meskipun demikian, ia dikenal sebagai raja yang sangat dekat dengan Tuhan, yang disebut sebagai "seorang yang berkenan di hati-Nya" (1 Samuel 13:14). Salah satu contoh dari ketaatan Daud kepada Tuhan adalah ketika ia ingin membangun Bait Suci, namun Allah tidak mengizinkannya karena ia telah banyak menumpahkan darah (1 Tawarikh 17:4). Namun, Daud tidak marah atau kecewa. Ia tetap bersyukur kepada Tuhan dan mempersiapkan segala sesuatu untuk pembangunan Bait Suci agar bisa dilaksanakan oleh anaknya, Salomo.
Salomo, putra Daud, kemudian menggantikan ayahnya sebagai raja Israel. Ia dikenal sebagai raja yang bijaksana dan kaya raya, namun juga memiliki kelemahan dalam hubungannya dengan Tuhan. Pada awal pemerintahannya, ia meminta kebijaksanaan dari Tuhan dan diberikan hikmat yang besar (1 Raja-Raja 3:9). Namun, kemudian Salomo mulai mendirikan bukit pengorbanan untuk berhala-berhala dan mengambil istri dari bangsa-bangsa lain, yang menyebabkan ia menjadi tidak taat kepada Tuhan (1 Raja-Raja 11). Meskipun demikian, Salomo masih diakui sebagai seorang pemimpin yang hebat dalam membangun kerajaannya, termasuk pembangunan Bait Suci yang menjadi lambang kemuliaannya.
Jadi, bagaimana perbandingan kepemimpinan dan ketaatan Daud dan Salomo?
1. Ketaatan
Baik Daud dan Salomo, keduanya adalah raja yang bijak dan berhasil memimpin bangsa Israel dengan baik. Daud dan Salomo, keduanya memiliki kemampuan untuk memimpin dan mengambil keputusan yang tepat dalam situasi yang sulit. Namun, yang membedakan keduanya adalah ketaatan mereka kepada Tuhan. Daud sangat dekat dengan Tuhan dan selalu berusaha untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Sementara itu, Salomo memiliki kelemahan dalam hubungannya dengan Tuhan, meskipun ia diberkati dengan kebijaksanaan yang besar.
2. Gaya Kepemimpinan
Daud dan Salomo memimpin dengan cara yang berbeda. Daud lebih memimpin dengan hati yang penuh kasih dan memperhatikan rakyatnya, sementara Salomo lebih memimpin dengan kekuatan dan kebijaksanaan. Salomo dikenal sebagai raja yang kaya raya dan bijaksana, namun ia juga mengambil banyak istri dan membina hubungan diplomatik dengan bangsa-bangsa lain. Meskipun ini adalah hal yang normal pada zaman itu, namun hal tersebut membuatnya menjadi kurang taat kepada Tuhan. Dalam Alkitab, Allah melarang bangsa Israel untuk menikahi orang asing dan menyembah berhala-berhala, namun Salomo melanggar aturan ini.
3. Menyikapi Dosa
Perbedaan lain antara Daud dan Salomo adalah dalam cara mereka menyikapi kesalahan dan dosa. Daud, meskipun melakukan dosa besar dengan Batsyeba, ia dengan cepat bertobat dan meminta pengampunan dari Tuhan. Dalam Mazmur 51, tertuis bagaimana Daud mengungkapkan rasa penyesalan atas dosanya dan memohon belaskasihan dari Tuhan. Sementara itu, Salomo tidak pernah menunjukkan tanda-tanda penyesalan atau pertobatan atas dosanya. Sebaliknya, ia terus membangun kuil-kuil bagi berhala-berhala dan menjadi semakin jauh dari Tuhan.[br]
Dalam kesimpulannya, perbandingan kepemimpinan dan ketaatan Daud dan Salomo memberikan kita beberapa pelajaran tentang bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik menurut Alkitab. Pertama, seorang pemimpin harus bijaksana dan berhikmat dalam memimpin bangsanya. Kedua, ketaatan kepada Tuhan adalah hal yang sangat penting dan terutama bagi seorang pemimpin. Daud dan Salomo, keduanya memiliki kebijaksanaan dan kemampuan memimpin, namun Daud yang memiliki ketaatan dan kedekatan yang lebih erat dengan Tuhan. Ketiga, seorang pemimpin yang baik harus memiliki kemampuan untuk mengakui kesalahannya dan bertobat jika melakukan kesalahan.
Akhirnya, perbandingan antara Daud dan Salomo mengingatkan kita bahwa bahkan orang yang paling hebat dan bijaksana dapat jatuh ke dalam dosa dan membuat kesalahan. Namun, jika seseorang memiliki ketaatan dan kedekatan dengan Tuhan, ia dapat meminta pengampunan dan belajar dari kesalahan-kesalahannya. Sebagai pemimpin, kita harus berusaha untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan dan memimpin dengan hati yang penuh kasih dan bijaksana.(Penulis mahasiswa Jurusan Teologi, Sekolah Tinggi Teologi Baptis Medan (STTBM))
Editor
: Bantors Sihombing