Nats: Mika 6:8
Dalam hukum kehidupan telah lumrah kita kenal istilah hak dan kewajiban. Secara sederhana dapat kita pahami sebagai hukum keseimbangan. Dan ini dilakukan baik dengan kesepakatan yang tertulis maupun lisan (verbal). Artinya, apabila seseorang telah melakukan kewajibannya maka ia akan memperoleh hak-haknya. Dalam hal ini, bila dalam relasi dua pihak melakukan hak dan kewajibannya maka akan menimbulkan kelanggengan, rasa keadilan, kenyamanan, ketenteraman dan saling membutuhkan. Ada hubungan saling menguntungkan dan membangun. Tetapi sebaliknya, apabila satu pihak atau kedua pihak melanggar hukum tersebut maka akan menimbulkan keresahan, merasa dizolimi, tidak nyaman dan menumbuhkan kebencian serta rasa permusuhan.
Dalam nats renungan kita dikatakan: “Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut Tuhan dari padamu: Selain berlaku adil, mencintai kesetiaan dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmuâ€. Tuntutan Tuhan atas umatNya ini bukan tanpa dasar. Tuhan telah lebih dahulu melakukan “kewajibanNyaâ€. Ia telah melepaskan umatNya Israel dari perbudakan di Mesir. Membawa mereka sampai di tanah perjanjian yang penuh susu dan madu. Artinya, Allah telah menunjukkan kasih, berkat dan perlindungan atas umatNya. Atas dasar itulah Tuhan menuntut hak atas umatNya untuk berlaku adil, setia dan rendah hati di hadapan Allah.
Bak pepatah “Air susu dibalas dengan air tubaâ€, demikianlah perlakuan umatNya. Sesampai mereka di tanah perjanjian itu, umatNya melupakan kewajibannya. Mereka menyembah illah lain, menumpuk harta dengan jalan kefasikan, yang kuat menindas yang lemah, melakukan dusta dan sebagainya. Perlakuan ini adalah bertentangan dengan hakekat dan panggilan kepada umatNya untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa (band.Kej.12:1-3).
Bertentangan dengan panggilan mereka, sebagaimana istilah Tuhan Yesus “menjadi garam dan terang dunia†(band. Mat.5:13-16). Dan Allah yang Maha Tahu melihat semua pengingkaran itu. Kong-kali-kong yang sehalus dan serapi apapun tak luput dari penglihatanNya. Dan sebagai konsekwensi terhadap pengingkaran akan kewajiban mereka, Allah membiarkan mereka dijajah bangsa asing, dirampas, dibuang ke pembuangan. Alih-alih mendapat hak sebagai bangsa pilihan, justeru umatNya “dihajar†dengan cara yang amat menyakitkan.
Sebagai umat Tuhan kita telah ditebus, diberkati dan disertaiNya. Kita telah didaulat menjadi anak-anak Tuhan. Suatu status yang tiada taranya. Ini boleh jadi hanya oleh kasih karunia. Sulit memahaminya secara logika. Tetapi yang jelas, Allah telah menunjukkan kasih setiaNya sampai memberikan AnakNya yang Tunggal bagi keselamatan kita. Allah telah melakukan “kewajibanNyaâ€. Karena kasih Allah kita mendapat hak-hak yang istimewa. Tetapi bagaimana kita menunaikan kewajiban atas hak istimewa itu? Tuntutan Tuhan jelas: berlaku adil, mencintai kesetiaan dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allah. Tuhan telah menerangi kegelapan kita, tuntutanNya adalah supaya kita juga menjadi terang (Ephipanias).
Di awal tahun 2014 ini negeri kita tercinta Indonesia telah mengalami bencana alam di berbagai tempat: Sinabung, Manado, beberapa tempat di pulau Jawa dan sebagainya. Belum lagi masalah moralitas yang bermuara pada tindakan korupsi, pergaulan bebas dan narkoba yang juga berdampak pada meningkatnya penderita HIV/AIDS. Dan kita pun telah mendekati pemilihan umum bagi seleksi anggota Legislatif dan Presiden. Ada pula gereja yang mengadakan pemilihan Penatua dan Diaken (GBKP) tahun ini. Dalam semua hal ini, melalui renungan ini, sebagai umat Tuhan, kita dituntut untuk berlaku adil, setia pada kebenaran, rendah hati di hadapan Tuhan. Menjadi garam dan terang dalam semua situasi. Dan dengan ini, kita percaya akan janji Tuhan: “Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan apa yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung†(Jos.1:8). Tetapi bila kita mengingkari tuntutan Tuhan, ingatlah perkataanNya: “Masakan Aku membiarkan tidak dihukum orang yang membawa neraca palsu atau pundi-pundi berisi batu timbangan tipu?†(Mik.5:8). Jadi, sebagai umat Tuhan, di lini manapun kita berada, tetaplah melakukan tuntutan Tuhan dalam hidup kita. Jadilah terang dalam kegelapan! Dan percayalah Ia akan membuat kita berhasil dan beruntung. Amin!
(q)