Minahasa (SIB) -Sebagai salah satu kota besar di Minahasa, Bitung ditinggali oleh penduduk dari berbagai latar belakang agama dan suku.
Di kota ini pula kekristenan hadir, berkembang dan meninggalkan jejak sejarahnya. Salah satu saksi sejarah masuknya Kristen Protestan ke Bitung adalah gedung Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) Pniel di Kecamatan Manembo-nembo, Bitung.
Gereja ini sudah berdiri sejak 115 tahun yang lalu dan merupakan salah satu gereja tertua di sana.
Menurut cerita dari Pendeta GMIM Pniel Rita Nelwan, gereja tua ini dulu didirikan oleh orang-orang Tonsea yang datang untuk berkebun di sana. Lama kelamaan, akhirnya mereka membuat perkampungan yang kini dikenal dengan Manembo-nembo.
“Dari sejarah kampung, dulu ini dibuat oleh orang-orang Tonsea, marga Kandio. Mereka datang berkebun ke sini, lama-kelamaan jadi satu kampung, Manembo-nembo ini dan bikin gereja,†ucap Rita.
Sementara untuk tanggal berdirinya, GMIM Pniel tak tahu persis kapan dibangun. Tapi tepat di bagian depan gereja tertulis tanggal 5 Januari 1899 sebagai tanggal berdirinya gereja. Jika hal itu benar, berarti gereja ini seharusnya sudah genap 120 tahun.
Sementara untuk namanya sendiri, Rita menjelaskan jika nama Pniel diambil dari kata Alkitab yang artinya ‘pergumulan’.
“Pniel itu diambil dari Alkitab, artinya pergumulan. Dulu sempat ada masalah di antara jemaat gereja, sampai ada yang beribadah sendiri. Tapi setelah itu jadi menyatu lagi. Oleh karena itu, diberi nama Pniel. Maknanya ‘persatuan’,†katanya.
Usianya yang sudah rentan membuat gedung gereja ini menjadi rapuh. Itu sebabnya gereja sudah mengalami empat kali renovasi. Dan saat ini gereja sedang menjalani renovasi keempat kalinya, khususnya di bagian balkon dan plafon.
Bila memang sedang berkunjung ke Minahasa, sempatkanlah untuk menghampiri GMIM Pniel dan rasakan atmosfer kekristenan di sana. (jb.com/a)